Mela merasa bingung, sudah hampir satu jam di perjalanan, tapi Vera saudari tirinya tersebut masih menyuruh supir taksi online yang keduanya naiki, untuk terus melajukan mobilnya.Padahal Vera mengajaknya pergi untuk makan malam di kafe.Tapi nyatanya sudah beberapa kafe kekinian terlewati.Mela menoleh pada Vera yang duduk tepat disampingnya."Ver, ini sudah satu jam lebih, dan kita sudah melewati beberapa kafe kekinian. Sebenarnya kamu ingin ke kafe yang mana?" tanya Mela untuk memastikan, saudari tirinya tersebut mau ke kafe yang mana."Ada, masih jauh. Aku ingin mencoba makanan di kafe itu yang baru buka." jawab Vera, tanpa menoleh pada Mela, dan fokus pada ponsel yang ada di tangannya.Jika buka perintah dari Madam untuk membawa Mela padanya. Enggan untuk Vera duduk dan juga berbicang dengan saudari tirinya tersebut.Tapi demi uang yang sudah Madam janjikan padanya, jika berhasil membawa Mela pada wanita itu, Vera mau tidak mau harus melakukan hal tersebut.Karena dirinya tidak l
Setelah keluar dari dalam mobil, bergegas Nick menghampiri Mela yang masih diam terpaku di tempatnya.Untung saja jalanan tersebut sepi, kalau tidak. Tentu saja sudah banyak bunyi klakson agar mobil yang dikendari supir Nick segera melaju.Nick yang sudah berdiri tidak jauh dari Mela, mengulurkan satu tangannya untuk memegang lengan sekretarisnya tersebut.Membuat pemilik lengan, yang masih begitu terkejut dengan kejadian tersebut, karena hampir saja Mela tertabrak oleh sebuah mobil.Kini menoleh pada Nick sang atasan. "Pak Nick?""Iya, apa kamu sudah bosan hidup?" tanya balik Nick.Namun, tidak mendapat jawaban dari Mela yang kini meraih satu tangan Nick."Pak, tolong aku." pinta Mela, ketika ia melihat dua anak buah Madam berlari mendekat. "Pak, mereka mendekat." ucap Mela, lalu berlari masuk ke dalam mobil sang atasan.Meninggalkan Nick, yang merasa sekretarisnya itu sedang ketakutan. Kemudian mengalihkan tatapannya pada objek yang tadi menjadi fokus Mela.Dimana ada dua pria bertu
"Apa kamu benar-benar melupakan malam itu?" tanya Nick balik tanpa menjawab pertanyaan dari Mela."Aku tidak tahu maksud Pak Nick apa." kata Mela yang enggan untuk menanggapi ucapan dari Nick, karena itu membuatnya semakin bingung.Mela beranjak dari duduknya, ingin segera meninggalkan kafe tersebut setelah menghabiskan semua makanan yang di pesannya.Lebih tepatnya ingin meninggalkan atasannya tersebut, yang seperti bunglon. Selalu berubah-ubah, tadi Nick seolah menuduhnya yang tidak-tidak.Tapi sekarang, mengajaknya berbicang seolah tadi tidak terjadi sesuatu.Mela yang ingin melangkahkan kakinya, ia urungkan. Ketika satu tangannya di tahan oleh Nick, membuatnya segera menoleh pada atasannya tersebut. "Lepas!" perintahnya.Dan Nick segera melepas tangan sekretaris barunya tersebut."Beberapa tahu silam, kita pernah menghabiskan malam di sebuah kamar hotel yang hanya di terangi satu lampu tidur tepat disisi ranjang. Tepatnya di hotel Prince, kamar deluxe room nomor dua puluh sembilan
"Perintah?" tanya Mela, menanggapi ucapan dari pak Remi.Pak Remi menganggukkan kepalanya, tentu saja sang atasan yang memerintahnya. Dimana Nick mengirim pesan pada supirnya tersebut, untuk pergi ke salah satu apartemen miliknya, yang sering Nick tempati jika malas untuk pulang ke rumah."Silakan." Pak Remi mempersilakan Mela untuk ikut.Namun, Mela hanya diam di tempatnya. Sedang berpikir, apakah Nick sang atasan berbuat baik padanya karena ada maksud tertentu?"Mbak, mari aku antar." kata Pak Remi, karena Mela hanya diam di tempatnya. "Ini sudah sangat larut malam. Aku sangat lelah dan ingin istirahat setelah mengatar Pak Nick pulang, jadi tidak bisa mengantar Mbak Mela pulang." ujarnya."Aku bisa pulang sendiri dengan naik taksi, Pak." sambung Mela."Ya ampun, aku baru ingat. Jika semua sopir taksi sedang mengadakan demo, makanya itu sepanjang perjalanan tadi kita tidak melihat ada taksi yang lewat kan?"Mela mengingat lagi, benar apa yang Pak Remi katakan, jika memang sepanjang p
Hanya butuh waktu satu jam untuk pak Remi mengendarai mobil, dan sekarang sudah memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang ada di kompleks apartemen sang atasan dimana Mela berada.Sepanjang perjalanan ke apartemen miliknya, Nick terus menghubungi Mela, tapi tetap saja ponsel sekretaris barunya itu tidak dapat di hubungi, membuat Nick semakin kuatir jika terjadi sesuatu pada Mela.Aneh bukan? Untuk apa Nick kuatir dengan sekretaris barunya itu. Apa mungkin Nick memiliki rasa pada Mela setelah dirinya tahu. Mela adalah gadis yang pertama kali ia nikmati mahkotanya, dan juga wanita yang pernah mengandung bayinya.Entahlah, tapi Nick benar-benar kuatir. Hingga ia yang sudah keluar dari dalam mobil, bergegas menuju sebuah lift ingin segera tiba di unit apartemennya.Nick yang sudah masuk ke dalam unit apartemen, segera bergegas menuju kamar tamu dimana pak Remi meminta sekretaris barunya itu tidur di kamar tersebut.Nick yang baru saja membuka pintu kamar tamu, langsung diam terpaku meli
Nadin yang sudah berada di meja kerjanya segera beranjak dari duduknya, untuk menyambut kedatangan atasannya yang berjalan menuju ruang kerjanya, tentu diikuti oleh Mela dari belakang.Dan baru kali ini selama bekerja dengan Nick, Nadin mendapati atasannya tersebut datang begitu siang.Dimana jam meja yang berada di atas meja kerja Nadin sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.Karena biasanya jika jam sembilan pagi Nick belum sampai kantor, berarti atasannya tersebut tidak masuk kerja."Selamat pagi menjelang siang Pak," sapa Nadin, saat Nick berjalan tepat di depan meja kerjanya.Nick hanya melirik pada sekretarisnya tersebut yang beberapa hari lagi akan cuti melahirkan, dan terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kerjanya.Setelah sang atasan masuk ke dalam ruangannya, Nadin duduk kembali di kursi kerjanya, sambil menoleh pada Mela yang juga sudah duduk di kursinya."Mel, kenapa kamu datang terlambat? Dan ya, kenapa kamu bersama dengan pak Nick?" tanya Nadin penasaran."Aku ba
Begitu–pun dengan Vian, yang langsung menoleh pada sumber suara yang tidak asing baginya.Setelahnya ia beranjak dari duduknya, ketika atasannya itu berjalan mendekati meja dimana ia dan juga Vian masih berada."Maksud Pak Nick?" tanya Vian yang tadi mendengar dengan jelas jika atasannya tersebut mengatakan, Mela menginap di apartemennya."Mela semalam menginap di apartemen milikku," Nick mengulangi perkataan sebelumnya. "Aku tidak tega melihat karyawanku pulang tengah malam seorang diri, apa lagi dia perempuan." jelas Nick.Vian yang tahu atasannya tersebut sangat baik pada semua karyawan, percaya dengan ucapannya. "Terima kasih Pak." ucap Vian.Nick tidak ingin menanggapi ucapan dari Vian, dan memilih pergi menuju sebuah Meja tempat yang selalu ia tempati ketika makan siang dia kafe tersebut.Kafe yang sering di datangi para petinggi perusahaan, karena harga makanan di kafe tersebut tergolong mahal untuk para karyawannya biasa.Vian mengalihkan tatapannya pada Mela yang masih berdir
Nick tersenyum mendengar tanggapan dari Mela. "Pembantu?""Ya, ucapan Pak Nick barusan seolah-oleh memintaku menempati apartemen, sekaligus memintaku membersihkannya, dan maaf aku tidak mau!""Aku tidak mengatakan hal tersebut, mungkin kamu salah tangkap.""Tapi Pak—""Dua hari sekali petugas cleaning service langganan, selalu datang untuk membersihkan apartemen, jadi kamu tidak perlu kuatir jika tinggal di sana," jelas Nick memotong perkataan dari Mela."Maaf, aku tidak bisa tinggal di apartemen Pak Nick," ujar Mela, yang benar-benar tidak ingin tinggal di apartemen Nick.Meskipun atasannya tersebut memang baik pada semua karyawan, dan menyediakan tempat tinggal untuk karyawan yang rumahnya jauh.Tapi jujur, Mela tidak tertarik dengan tawaran Nick tersebut, karena jika ia tinggal di apartemen atasannya, dirinya tidak bebas, karena kapan saja pasti Nick akan berkunjung ke apartemen itu."Kenapa tidak bisa?" tanya Nick penasaran."Tidak ada alasan." jawab Mela. "Lebih baik Pak Nick mak