"Apa kamu benar-benar melupakan malam itu?" tanya Nick balik tanpa menjawab pertanyaan dari Mela."Aku tidak tahu maksud Pak Nick apa." kata Mela yang enggan untuk menanggapi ucapan dari Nick, karena itu membuatnya semakin bingung.Mela beranjak dari duduknya, ingin segera meninggalkan kafe tersebut setelah menghabiskan semua makanan yang di pesannya.Lebih tepatnya ingin meninggalkan atasannya tersebut, yang seperti bunglon. Selalu berubah-ubah, tadi Nick seolah menuduhnya yang tidak-tidak.Tapi sekarang, mengajaknya berbicang seolah tadi tidak terjadi sesuatu.Mela yang ingin melangkahkan kakinya, ia urungkan. Ketika satu tangannya di tahan oleh Nick, membuatnya segera menoleh pada atasannya tersebut. "Lepas!" perintahnya.Dan Nick segera melepas tangan sekretaris barunya tersebut."Beberapa tahu silam, kita pernah menghabiskan malam di sebuah kamar hotel yang hanya di terangi satu lampu tidur tepat disisi ranjang. Tepatnya di hotel Prince, kamar deluxe room nomor dua puluh sembilan
"Perintah?" tanya Mela, menanggapi ucapan dari pak Remi.Pak Remi menganggukkan kepalanya, tentu saja sang atasan yang memerintahnya. Dimana Nick mengirim pesan pada supirnya tersebut, untuk pergi ke salah satu apartemen miliknya, yang sering Nick tempati jika malas untuk pulang ke rumah."Silakan." Pak Remi mempersilakan Mela untuk ikut.Namun, Mela hanya diam di tempatnya. Sedang berpikir, apakah Nick sang atasan berbuat baik padanya karena ada maksud tertentu?"Mbak, mari aku antar." kata Pak Remi, karena Mela hanya diam di tempatnya. "Ini sudah sangat larut malam. Aku sangat lelah dan ingin istirahat setelah mengatar Pak Nick pulang, jadi tidak bisa mengantar Mbak Mela pulang." ujarnya."Aku bisa pulang sendiri dengan naik taksi, Pak." sambung Mela."Ya ampun, aku baru ingat. Jika semua sopir taksi sedang mengadakan demo, makanya itu sepanjang perjalanan tadi kita tidak melihat ada taksi yang lewat kan?"Mela mengingat lagi, benar apa yang Pak Remi katakan, jika memang sepanjang p
Hanya butuh waktu satu jam untuk pak Remi mengendarai mobil, dan sekarang sudah memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang ada di kompleks apartemen sang atasan dimana Mela berada.Sepanjang perjalanan ke apartemen miliknya, Nick terus menghubungi Mela, tapi tetap saja ponsel sekretaris barunya itu tidak dapat di hubungi, membuat Nick semakin kuatir jika terjadi sesuatu pada Mela.Aneh bukan? Untuk apa Nick kuatir dengan sekretaris barunya itu. Apa mungkin Nick memiliki rasa pada Mela setelah dirinya tahu. Mela adalah gadis yang pertama kali ia nikmati mahkotanya, dan juga wanita yang pernah mengandung bayinya.Entahlah, tapi Nick benar-benar kuatir. Hingga ia yang sudah keluar dari dalam mobil, bergegas menuju sebuah lift ingin segera tiba di unit apartemennya.Nick yang sudah masuk ke dalam unit apartemen, segera bergegas menuju kamar tamu dimana pak Remi meminta sekretaris barunya itu tidur di kamar tersebut.Nick yang baru saja membuka pintu kamar tamu, langsung diam terpaku meli
Nadin yang sudah berada di meja kerjanya segera beranjak dari duduknya, untuk menyambut kedatangan atasannya yang berjalan menuju ruang kerjanya, tentu diikuti oleh Mela dari belakang.Dan baru kali ini selama bekerja dengan Nick, Nadin mendapati atasannya tersebut datang begitu siang.Dimana jam meja yang berada di atas meja kerja Nadin sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.Karena biasanya jika jam sembilan pagi Nick belum sampai kantor, berarti atasannya tersebut tidak masuk kerja."Selamat pagi menjelang siang Pak," sapa Nadin, saat Nick berjalan tepat di depan meja kerjanya.Nick hanya melirik pada sekretarisnya tersebut yang beberapa hari lagi akan cuti melahirkan, dan terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kerjanya.Setelah sang atasan masuk ke dalam ruangannya, Nadin duduk kembali di kursi kerjanya, sambil menoleh pada Mela yang juga sudah duduk di kursinya."Mel, kenapa kamu datang terlambat? Dan ya, kenapa kamu bersama dengan pak Nick?" tanya Nadin penasaran."Aku ba
Begitu–pun dengan Vian, yang langsung menoleh pada sumber suara yang tidak asing baginya.Setelahnya ia beranjak dari duduknya, ketika atasannya itu berjalan mendekati meja dimana ia dan juga Vian masih berada."Maksud Pak Nick?" tanya Vian yang tadi mendengar dengan jelas jika atasannya tersebut mengatakan, Mela menginap di apartemennya."Mela semalam menginap di apartemen milikku," Nick mengulangi perkataan sebelumnya. "Aku tidak tega melihat karyawanku pulang tengah malam seorang diri, apa lagi dia perempuan." jelas Nick.Vian yang tahu atasannya tersebut sangat baik pada semua karyawan, percaya dengan ucapannya. "Terima kasih Pak." ucap Vian.Nick tidak ingin menanggapi ucapan dari Vian, dan memilih pergi menuju sebuah Meja tempat yang selalu ia tempati ketika makan siang dia kafe tersebut.Kafe yang sering di datangi para petinggi perusahaan, karena harga makanan di kafe tersebut tergolong mahal untuk para karyawannya biasa.Vian mengalihkan tatapannya pada Mela yang masih berdir
Nick tersenyum mendengar tanggapan dari Mela. "Pembantu?""Ya, ucapan Pak Nick barusan seolah-oleh memintaku menempati apartemen, sekaligus memintaku membersihkannya, dan maaf aku tidak mau!""Aku tidak mengatakan hal tersebut, mungkin kamu salah tangkap.""Tapi Pak—""Dua hari sekali petugas cleaning service langganan, selalu datang untuk membersihkan apartemen, jadi kamu tidak perlu kuatir jika tinggal di sana," jelas Nick memotong perkataan dari Mela."Maaf, aku tidak bisa tinggal di apartemen Pak Nick," ujar Mela, yang benar-benar tidak ingin tinggal di apartemen Nick.Meskipun atasannya tersebut memang baik pada semua karyawan, dan menyediakan tempat tinggal untuk karyawan yang rumahnya jauh.Tapi jujur, Mela tidak tertarik dengan tawaran Nick tersebut, karena jika ia tinggal di apartemen atasannya, dirinya tidak bebas, karena kapan saja pasti Nick akan berkunjung ke apartemen itu."Kenapa tidak bisa?" tanya Nick penasaran."Tidak ada alasan." jawab Mela. "Lebih baik Pak Nick mak
Entah ke apotek mana pak Remi membeli obat, dan sudah hampir satu jam dia belum kembali juga.Membuat Mela terus mendekap tubuh Nick yang sudah bertelanjang dada untuk melakukan skin to skin pada atasannya tersebut berharap demamnya segera turun.Tanpa Mela sadari, dirinya tertidur sambil terus memeluk tubuh Nick.Pak Remi yang baru tidak di unit apartemen Nick tepat jam dua belas malam, segera menuju kamar sang atasan, dengan langkah gontai, saat sebelah kakinya terluka, setelah tadi dirinya yang baru saja keluar dari dalam mobil ingin menuju apotek, tiba-tiba ada motor yang menabraknya.Membuat Pak Remi segera dibawa ke klinik setempat untuk mendapat penanganan. Hingga dirinya tidak sempat menghubungi Nick atau pun Mela.Pak Remi menghentikan langkah kakinya tepat di ambang pintu kamar sang atasan yang tidak tertutup rapat.Dan kedua bola matanya melihat Mela dan juga Nick saling berpelukan di atas kasur.Membuat pak Remi kembali melangkahkan kakinya mendekati tempat tidur.Karena i
Mendengar seruan Nick berbarengan dengan gebrakan meja, membuat Mela terkejut.Begitupun dengan Wili, yang tidak jadi meraih tangan Mela, dan sekarang menoleh pada Nick yang sudah beranjak dari duduknya.Senyum sinis tersungging dari sebelah sudut bibir Wili ketika menatap Nick.Entah mengapa Wili merasa Nick ada main dengan Mela yang ia ketahui adalah seorang wanita penghibur yang begitu wow, sehingga banyak pria hidung belang tidak pikir panjang merogoh kocek yang begitu banyak untuk menghabiskan malam dengan Mela, meskipun hanya short time.Termasuk dengan Wili yang pernah bermalam dengan Mela, meskipun baru sekali, dirinya ingin lagi menikmati tubuh Mela yang benar-benar berbeda dengan wanita pada umumnya."Mel, silakan kembali bekerja!" perintah Nick.Entah mengapa ia tidak rela jika Wili menyentuh tubuh sekretarisnya tersebut, aneh bukan?Tentu saja tidak aneh, setelah Nick mengingat sebagian ingatannya yang sempat hilang.Jujur Ia saat ini merasa memiliki perasaan pada Mela, y