Sudah hampir satu jam, Valen dan juga Wili bermandi peluh diatas ranjang akibat aktivitas panas yang keduanya lakukan.Dan sekarang keduanya memutuskan untuk mengakhiri aktifitas tersebut, setelah Valen dan juga Wili sama-sama mendapat apa yang keduanya inginkan dari aktifitas tersebut.Wili menatap pada Valen yang baru saja merebahkan tubuhnya tepat disampingnya. "Gila, punya kamu tidak sesempit dulu, Len. Apa punya Nick lebih besar dari pada milikku?""Percuma besar jika tidak digunakan dengan baik!" sahut Valen kesal.Memang ia akui, senjata milik suaminya itu lebih besar dan juga panjang di banding punya Wili."Jadi mending punya aku dong, Len?"Valen memiringkan tubuhnya, untuk menatap Wili yang baru bertanya padanya. Lalu satu tangannya ia ulurkan untuk membelai pipi pria yang berstatus sahabatnya, buka hanya itu saja. Pria tersebut juga berstatus sebagai suami sang sahabat Viona."Tentu saja punya kamu paling oke, meskipun ukurannya standar,""Yang penting tahan lama, kan?""Ya
Pak Johan yang datang bersama dengan mami Julia, segera menghampiri majikannya tersebut, apa lagi mendengarnya mengatakan pelacur.Yang harusnya tidak mami Julia katakan di depan umum, meskipun kenyataannya Mela pernah menjadi pelacur.Karena jika orang lain tahu dengan apa yang mami Julia katakan, bukan hanya Mela yang akan ketahuan siapa dirinya, tapi para mata-mata dan juga telinga yang berada di setiap tembok perusahaan tersebut akan tahu tentang Nick yang pernah mengalami impoten, dan pernah menghabiskan malam dengan Mela."Nyonya, mari silakan." Pak Johan mempersilakan mami Julia untuk melangkahkan kakinya kembali menuju ruang kerja Nick.Sebelum melangkah kembali, mami Julia menatap tajam pada Mela.Membuat Mela bertanya tanya, apakah wanita paruh baya yang Nadin katakan adalah mami dari sang atasan. Tahu mengenai masa lalunya, atau dia tahu dirinya dan juga Nick pernah menghabiskan malam, hingga mengatakan kata pelacur pada Mela.Nadin menarik satu tangan Mela untuk duduk di
Mela yang memang sudah sangat lapar karena tidak jadi makan malam dengan Vian, dan meminta kakak tirinya itu, membawa pulang makanan yang Mela pesan lewat ojek online, agar Vian bisa makan malam dengan Vera.Mela kini segera memakan makanan yang baru saja di letakan diatas meja oleh pelayan.Tanpa menyadari jika Nick sedang menatapnya tanpa berkedip.Tatapan penuh harap, jika wanita yang sedang ditatapnya akan menjadi miliknya, tidak peduli jika Nick sudah berstatus sebagai suami orang.Tapi jujur bagi Nick, jika ia disuruh memilih antara sang istri atau Mela.Tentu saja Nick akan memilih Mela, wanita yang tidak dirinya pungkiri sangat berkesan dalam hidupnya, tidak peduli dengan masa lalunya.Toh semua orang punya masa lalu, termasuk dengan dirinya. Sekarang Nick menautkan kedua alisnya, ketika melihat Mela tiba-tiba menghentikan makan malamnya, lalu memijat keningnya."Mel, kamu baik-baik saja?" tanya Nick.Namun, tidak mendapat jawaban dari Mela yang terus memegangi keningnya, en
Mela yang masih merebahkan tubuhnya diatas ranjang kamar hotel, memicingkan matanya mendengar pertanyaan dari Nick.Yang seharusnya tidak akan ditanyakan oleh pria beristri.Mela sekarang menyunggingkan senyum sinis dari sebelah sudut bibirnya. "Semua pria sama saja, tidak akan puas dengan satu wanita." ucapnya, karena hampir semua pria hidung belang yang pernah ia layani saat masih menjadi wanita penghibur sudah memiliki istri. "Pak, cobalah untuk setia pada satu wanita."Nick tahu maksud dari ucapan Mela, dan kini dirinya duduk di pinggiran ranjang dimana Mela berada, tak lupa mengukir senyum dengan tatapan tertuju pada wanita yang entah sejak kapan sudah mendiami hatinya."Maksud aku, perasaan antar bos dan juga sekretaris dalam bekerja, Mel. Kalau aku tidak memiliki rasa padamu, tentu saja diantara kita tidak akan ada kemistri dalam bekerja. Kamu pikir aku memiliki rasa cinta padamu? Tidak," ucap Nick meralat ucapannya.Dari perkataan Mela, Nick memastikan sekretarisnya itu past
Mendapati bibirnya menempel dengan bibir sang atasan, Mela segera menjauhkan kepalanya, dan berdiri menjauh dari tubuh Nick yang masih menahan tubuhnya."Maaf Pak." Senyum terukir dari kedua sudut bibir Nick. "Tidak masalah.""Aku ke kamar mandi dulu," Mela kembali melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, dan melupakan insiden yang baru saja terjadi.Tanpa ia sadari, kedua mata Nick terus mengikuti ke mana Mela melangkah. Dengan senyum yang menghiasi kedua bibirnya, dan setelahnya Nick memegang bibirnya yang baru saja menempel di bibir Mela.Meskipun itu hanya insiden, tapi membuat Nick begitu bahagia. Namun, kebahagiaan itu harus ternodai ketika ponselnya berdering, dan yang menghubunginya adalah Valen sang istri."Apa?" tanya Nick sedikit terkejut, setelah mengangkat telepon dari sang istri, yang ternyata sudah menunggunya di Buffet yang ada di hotel tempatnya menginap. "Kamu tunggu saja, aku akan menemuimu disana, sebentar lagi aku check out." Tentu saja Nick akan mengatakan ha
Setelah melihat sang istri dan juga Wili, sekarang Nick mengalihkan tatapannya pada Mela yang masih terus menatap pada keduanya, dengan aneh."Kenapa kamu menatap mereka seperti itu?" tanya Nick. Mendengar pertanyaan dari sang atasan, kedua bola mata Mela yang masih terus menatap pada Valen dan juga Wili, dimana keduanya tidak melihat keberadaannya dan juga Nick.Sekarang Mela beralih menatap pada sang atasan, bingung dengan sikap Nick yang seolah tidak cemburu dengan sang istri.Jelas-jelas istri dari atasannya tersebut, dengan mesra memeluk lengan pria lain. "Kamu pikir mereka memiliki hubungan?" Pertanyaan Nick membuat Mela langsung menautkan dahinya, mendapati sang atasan tahu isi hatinya. Karena tidak Mela pungkiri, dengan melihat Valen dan juga Wili, dirinya yakin keduanya memiliki hubungan."Jika kamu berfikir demikian, kamu salah. Mereka berdua sudah sangat lama bersahabat, dan dengan Valen memeluk lengan Wili, itu hal biasa." Nick menjelaskan pada Mela.Kemudian Nick mena
Tidak mendapat tanggapan dari apa yang dikatakannya, membuat Wili kini meraih satu lengan Viona sang istri, yang mulai menitikan air mata."Sayang aku—" Wili tidak jadi meneruskan ucapannya. Ketika tangan mungil sang istri menampar sebelah pipinya dengan keras.Marah, sedih, kecewa, benci, semua rasa itu menjadi satu di dalam diri Viona melihat apa yang seharusnya tidak dirinya lihat.Dengan kedua bola matanya sendiri, sang suami sedang bercinta dengan wanita lain, terlebih lagi wanita tersebut tak lain dan tak bukan adalah sahabat baiknya selama ini.Memang Viona pernah mencurigai keduanya memiliki hubungan, ketika melihat sang suami dan juga sahabatnya tersebut bermesraan dan itu lebih dari sekali.Tapi Viona selalu membuang jauh prasangkanya tersebut, tapi ternyata kecurigaannya tersebut sekarang terjawab sudah.Air mata tidak putus mengaliri kedua pipi Viona, entah apa yang harus dirinya lalukan melihat semuanya, apa lagi ia sedang mengandung anak dari sang suami."Sayang, maafkan
Mela memutar tubuhnya, untuk menatap pada Nick yang sudah duduk diatas sofa sambil mengedarkan tatapannya keseluruh penjuru ruangan.Kamar kost yang menurut Nick sangat kecil, yang lebarnya hanya sepertiga kamarnya.Tapi sepertinya sangat nyaman berada di dalam kamar kost tersebut, yang begitu rapi dan juga sangat wangi.Wangi parfum yang sering sang sekretaris gunakan, dan Nick sangat senang dengan wangi tersebut yang bisa menenangkannya.Nick kini mengalihkan tatapannya pada Mela, dan langsung menautkan dahinya melihat sekretarisnya itu hanya diam di tempat sambil menatap kearahnya."Kenapa hanya diam, cepat ganti pakaian!" perintah Nick. "Aku tidak mau tahu, kamu harus ikut pergi, mengerti!"Namun, Mela tidak menanggapi ucapannya. Yang ada, ia melipat kedua tangannya dengan tatapan terus tertuju pada Nick.Melihat reaksi dari Mela, membuat Nick beranjak dari duduknya. Kemudian berjalan mendekati sang sekretaris. "Kenapa?" tanya Nick.Kemudian dirinya mengulurkan tangannya untuk mem
"Liza," ucap Nick ketika melihat seseorang yang Mela tunjuk. Dimana Vian sedang berbicang dengan Eliza, dan sepertinya perbincangan itu tidak seperti perbincangan biasa. "Iya mantan pacar kamu, kan?" "Sayang, jangan bicara tentang masa lalu." "Maaf, refleks Sayang." ucap Mela sambil mengukir senyum. "Kamu yang mengundang dia?" "Tidak." jawab Nick benar adanya. Karena memang dirinya tidak mengundang Eliza. Tapi entah dengan Bara atau sehabatnya yang lain. "Mungkin Bara yang mengundang dia, sayang." Namun, Mela tidak menimpali ucapan dari sang suami. Karena kedua matanya masih menatap pada Vian dan juga Eliza. Dimana keduanya bukan lagi sedang berbincang, tapi beralih mengambil bayi Vera yang sedari tadi bersama dengan sang perawat. Lalu menggodongnya bergantian, sambil memanjakan bayi itu. "Mungkin Vian yang mengundang Liza, sayang." kata Mela. Dirinya masih mengingat beberapa hari lalu, Vian menceritakan jika sedang dekat dengan seorang wanita, setelah mengalami kecelakaan motor
Nick menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Bara.Yang menanyakan apakah dirinya mengundang seseorang yang Nick anggap sebagai kakaknya meskipun keduanya lahir dari ibu yang berbeda.Tentu saja Nick tidak mengundang pria tersebut, karena ia telah berkomitmen untuk tidak berurusan dengan Noah lagi.Nick pun juga bingung kenapa Noah menghadiri acara pernikahannya."Ada yang tidak beres Nick," ujar Bara yang terus menatap pada Noah.Dimana pria itu juga berjalan menggunakan dua tongkat, karena memang mengalami patah tulang, dan yang Noah alami lebih serius di banding dengan Sasa sang istri."Kamu tetap berada disini, aku yang akan menghadapinya Nick."Bara segera meninggalkan sahabatnya, dan berjalan menuju dimana Noah berada. Yang datang tidak hanya seorang diri, tapi juga dengan Fred."Acara ini tidak di peruntukan untuk orang yang tidak punya hati sepertimu, lebih baik kamu pergi. Jangan sampai aku memanggil security untuk menarik kalian keluar dari sini." kata Bara ya
Hari bahagia yang di tunggu Nick dan juga Mela akhirnya tiba juga.Hari dimana keduanya akan menjadi sepasang suami istri dalam beberapa menit lagi.Tentu saja bukan hanya keduanya yang bahagia, tapi semua orang yang dekat dengan Nick maupun Mela juga merasakan hal bahagia tersebut.Seperti apa yang ketiga sahabat Nick mau, pernikahan hari ini diadakan cukup megah.Sorakan begitu meriah dari semua yang menghadiri acara tersebut terdengar di setiap sudut diadakan acara, setelah Nick dan juga Mela sama-sama mengikat janji suci sehidup semati, dan sekarang sudah resmi menjadi suami istri.Tangis haru tidak bisa Nick tahan, untuk mengungkapkan betapa bahagianya ia saat ini. Setelah perjalanan cinta yang sangat rumit dengan Mela. Akhirnya ia bisa menjadikannya sebagai istrinya.Begitu pun dengan Mela, yang juga menitikan air mata kebahagiaan. Ia tidak pernah membayangkan hidupnya akan sebahagia ini bersama dengan pria yang sangat mencintainya, dan tidak peduli dengan masa lalunya."Hei, in
Kebahagian tidak bisa lagi Bara tutupi, setelah ia menerima dengan ikhlas jika sang istri tidak bisa hamil. Dan ia beserta sang istri sempat berniat untuk mengadopsi anak.Sekarang tanpa mengadopsi anak, Bara ada juga Sasa akan mempunyai anak dan itu darah daging keduanya.Tentu saja kebahagian itu membuat Bara menghujani ciuman pada wajah sang istri. Dimana Sasa kini sudah di pindah ke ruang perawatan.Tentu saja Sasa yang sedang terbaring di ranjang perawatannya. Bingung dengan sikap Bara, meskipun ia tahu suaminya sangat masum."Sayang, aku baik-baik saja. Dokter juga bilang tidak butuh waktu berbulan bulan kakiku bisa normal kembali." ujar Sasa mengira sang suami begitu mengkhuatirkannya. Karena memang, Sasa belum tahu jika dirinya sedang hamil. Dimana usia kandungannya sudah memasuki usia lima minggu.Bara menatap wajah sang istri. " Aku tahu sayang," ucapnya menimpali perkataan sang istri. "Dan terima kasih, sayang." Bara kembali mencium setiap inci wajah sang istri.Ucapan teri
Nick terpaksa mengakhiri perbincangan bersama pihak WO yang akan mengurus acara pernikahannya. Ketika mendengar kabar kecelakaan yang menimpa Mela calon istrinya.Bergegas Nick menuju rumah sakit, dimana sang kekasih berada."Buruan bodoh!" seru Nick pada Daniel. Salah satu sahabatnya yang hari ini menemaninya."Sabar Nick, tidak lama lagi kita sampai di rumah sakit.""Kamu menyuruh aku sabar, kamu tahu apa yang terjadi pada Mela kan?!" dengan nada emosi Nick mengucapkannya.Diam, hal terbaik yang bisa Daniel lakukan saat ini. Jangan sampai membuat sahabatnya tersebut marah, setelah mendapat kabar buruk tentang sang kekasih.Setibanya di rumah sakit, Nick segera berlari menuju tempat yang di beri tahu Vian. Kakak tiri dari sang kekasih yang memberi tahunya tentang kecelakaan yang meninpa wanita yang sangat dicintainya.Tentu saja Daniel yang tidak ingin tertinggal sang sahabat, segera mengikuti Nick yang berlari terburu-buru.Sampai akhirnya Daniel harus menghentikan langkahnya, mengi
Mela menahan tangan Sasa yang ingin pergi menyusul sang suami.Hingga sahabatnya tersebut menoleh kearahnya."Bicara baik-baik dengan Bara, Sa. Ingat, kamu salah dalam hal ini." ujar Mela.Sasa menganggukkan kepalanya, karena benar dalam hal ini dirinya yang salah. Sudah menyembunyikan kebenaran dari sang suami."Aku pergi dulu, Mel.""Hati-hati."Tek berselang lama setelah kepergian sahabatnya. Mela kedatangan tamu yang tidak ia duga.Siapa lagi jika bukan Wili yang sudah mengetahui jika Vera telah melahirkan dan wanita itu sudah meninggal dunia.Tentu saja kedatangan Wili membuat Mela kuatir, jika pria itu akan membawa bayi Vera. Meskipun seharusnya Wili berhak atas bayi itu."Aku tidak akan membiarkan kamu membawa bayi itu!" seru Mela, setelah Wili berdiri tepat dihadapannya.Namun, setelahnya Mela menautkan keningnya. Karena Wili tidak sama sekali menanggapi ucapannya. Yang ada pria tersebut duduk di sebuah kursi tepat di belakang Mela.Mela menoleh pada Wili yang tidak garang la
Akhirnya Mela pulang ke rumah yang Vian dan juga Vera tempati.Saat kakak tirinya itu meminta Mela untuk pulang secepatnya.Tentu saja Mela tidak pulang sendiri, melainkan bersama dengan Nick yang tidak ingin jauh dari sang kekasih, kekasih yang tidak lama lagi akan menjadi istrinya.Dan alangkah terkejutnya Mela, saat sudah sampai di rumah. Karena di rumah tersebut sudah ada Wili dan juga Valen, mantan istri dari sang kekasih.Dan keduanya coba untuk memaksa Vera keluar dari rumah tersebut, mengingat lagi Wili adalah suami Vera yang hanya menginginkan anak yang sedang dikandungnya demi sebuah tujuan.Tentu saja Vian tidak membiarkan Wili untuk membawa Vera sang adik pergi, tahu tujuan pria tersebut membawa adiknya tak lain dan tak bukan hanya ingin mengambil bayi Vera.Karena sebentar lagi Vera akan melahirkan."Lepas brengsek!" seru Wili, karena Vian menyembunyikan sang adik di belakang tubuhnya."Pergi dari rumahku!" usir Vian entah sudah berapa kali semenjak kedatangan Wili."Aku
Naoh meraih gelas yang ada diatas meja tepat disamping ranjang perawatannya, lalu melempar gelas tersebut hingga hancur berantakan kaatas lantai.Setelah pak Johan memberikan bukti jika Mela tidak lagi ditahan di kantor polisi. Dan polisi tidak lagi memproses laporannya seperti apa yang Noah inginkan."Sialan!" Teriakan dari Noah memenuhi ruangan dimana dirinya berada.Kemudian dirinya menatap pada pak Johan, yang masih berdiri disisi ranjang perawatannya. "Bodoh!" "Maafkan aku, Noah. Ini benar-benar di luar prediksiku." kata Pak Johan."Aku tidak ingin tahu, yang aku ingin. Nick hancur!""Noah, dia sudah tidak memiliki apa pun. Jadi lupakan saja tentang dia, dan fokus pada dirimu sendiri."Noah memicingkan matanya saat masih menatap pak Johan, apa lagi setelah mendengar yang dikatakannya.Kemudian Noah tersenyum miring. Entah mengapa tiba-tiba ia berpikir jika pak Johan akan mengkhianatinya dan kembali berada di pihak Nick."Tinggalkan aku sendiri." pinta Noah, tidak ingin berdiskus
Noah tersenyum mendengar apa yang baru saja Frans katakan. "Jadi kamu benar-benar ingin meninggalkan Nick?" tanya Noah untuk memastikan."Aku tidak mengatakan hal itu."Jawaban Frans membuat Noah semakin bingung, dirinya tidak salah dengar. Jika Frans tadi mengatakan kata "Baiklah" kata yang Noah anggap jika Frans mantan sahabatnya tersebut ingin meninggalkan Nick dan kembali bersahabat dengannya seperti dulu."Frans, jangan bercanda. Kamu sendiri yang bilang baiklah, jika kamu menerima tawaranku." ujar Noah."Maksud aku, baiklah jika kamu tidak akan mendengar apa yang aku katakan. Aku tidak akan memaksa kamu." ujar Frans, karena tidak mungkin dirinya mengkhianati Nick, salah satu pria yang sangat tulus bersahabat dengannya.Hingga Nick bisa mengerti akan dirinya sebagai saudara.Senyum tersungging dari sebelah sudut bibir Noah. Bisa-bisanya ia langsung percaya pada ucapan yang Frans lontarkan."Pergilah, aku tidak ingin melihatmu ada disini!" perintah Noah.Namun, Frans tetap berdiri