Mela yang masih merebahkan tubuhnya diatas ranjang kamar hotel, memicingkan matanya mendengar pertanyaan dari Nick.Yang seharusnya tidak akan ditanyakan oleh pria beristri.Mela sekarang menyunggingkan senyum sinis dari sebelah sudut bibirnya. "Semua pria sama saja, tidak akan puas dengan satu wanita." ucapnya, karena hampir semua pria hidung belang yang pernah ia layani saat masih menjadi wanita penghibur sudah memiliki istri. "Pak, cobalah untuk setia pada satu wanita."Nick tahu maksud dari ucapan Mela, dan kini dirinya duduk di pinggiran ranjang dimana Mela berada, tak lupa mengukir senyum dengan tatapan tertuju pada wanita yang entah sejak kapan sudah mendiami hatinya."Maksud aku, perasaan antar bos dan juga sekretaris dalam bekerja, Mel. Kalau aku tidak memiliki rasa padamu, tentu saja diantara kita tidak akan ada kemistri dalam bekerja. Kamu pikir aku memiliki rasa cinta padamu? Tidak," ucap Nick meralat ucapannya.Dari perkataan Mela, Nick memastikan sekretarisnya itu past
Mendapati bibirnya menempel dengan bibir sang atasan, Mela segera menjauhkan kepalanya, dan berdiri menjauh dari tubuh Nick yang masih menahan tubuhnya."Maaf Pak." Senyum terukir dari kedua sudut bibir Nick. "Tidak masalah.""Aku ke kamar mandi dulu," Mela kembali melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, dan melupakan insiden yang baru saja terjadi.Tanpa ia sadari, kedua mata Nick terus mengikuti ke mana Mela melangkah. Dengan senyum yang menghiasi kedua bibirnya, dan setelahnya Nick memegang bibirnya yang baru saja menempel di bibir Mela.Meskipun itu hanya insiden, tapi membuat Nick begitu bahagia. Namun, kebahagiaan itu harus ternodai ketika ponselnya berdering, dan yang menghubunginya adalah Valen sang istri."Apa?" tanya Nick sedikit terkejut, setelah mengangkat telepon dari sang istri, yang ternyata sudah menunggunya di Buffet yang ada di hotel tempatnya menginap. "Kamu tunggu saja, aku akan menemuimu disana, sebentar lagi aku check out." Tentu saja Nick akan mengatakan ha
Setelah melihat sang istri dan juga Wili, sekarang Nick mengalihkan tatapannya pada Mela yang masih terus menatap pada keduanya, dengan aneh."Kenapa kamu menatap mereka seperti itu?" tanya Nick. Mendengar pertanyaan dari sang atasan, kedua bola mata Mela yang masih terus menatap pada Valen dan juga Wili, dimana keduanya tidak melihat keberadaannya dan juga Nick.Sekarang Mela beralih menatap pada sang atasan, bingung dengan sikap Nick yang seolah tidak cemburu dengan sang istri.Jelas-jelas istri dari atasannya tersebut, dengan mesra memeluk lengan pria lain. "Kamu pikir mereka memiliki hubungan?" Pertanyaan Nick membuat Mela langsung menautkan dahinya, mendapati sang atasan tahu isi hatinya. Karena tidak Mela pungkiri, dengan melihat Valen dan juga Wili, dirinya yakin keduanya memiliki hubungan."Jika kamu berfikir demikian, kamu salah. Mereka berdua sudah sangat lama bersahabat, dan dengan Valen memeluk lengan Wili, itu hal biasa." Nick menjelaskan pada Mela.Kemudian Nick mena
Tidak mendapat tanggapan dari apa yang dikatakannya, membuat Wili kini meraih satu lengan Viona sang istri, yang mulai menitikan air mata."Sayang aku—" Wili tidak jadi meneruskan ucapannya. Ketika tangan mungil sang istri menampar sebelah pipinya dengan keras.Marah, sedih, kecewa, benci, semua rasa itu menjadi satu di dalam diri Viona melihat apa yang seharusnya tidak dirinya lihat.Dengan kedua bola matanya sendiri, sang suami sedang bercinta dengan wanita lain, terlebih lagi wanita tersebut tak lain dan tak bukan adalah sahabat baiknya selama ini.Memang Viona pernah mencurigai keduanya memiliki hubungan, ketika melihat sang suami dan juga sahabatnya tersebut bermesraan dan itu lebih dari sekali.Tapi Viona selalu membuang jauh prasangkanya tersebut, tapi ternyata kecurigaannya tersebut sekarang terjawab sudah.Air mata tidak putus mengaliri kedua pipi Viona, entah apa yang harus dirinya lalukan melihat semuanya, apa lagi ia sedang mengandung anak dari sang suami."Sayang, maafkan
Mela memutar tubuhnya, untuk menatap pada Nick yang sudah duduk diatas sofa sambil mengedarkan tatapannya keseluruh penjuru ruangan.Kamar kost yang menurut Nick sangat kecil, yang lebarnya hanya sepertiga kamarnya.Tapi sepertinya sangat nyaman berada di dalam kamar kost tersebut, yang begitu rapi dan juga sangat wangi.Wangi parfum yang sering sang sekretaris gunakan, dan Nick sangat senang dengan wangi tersebut yang bisa menenangkannya.Nick kini mengalihkan tatapannya pada Mela, dan langsung menautkan dahinya melihat sekretarisnya itu hanya diam di tempat sambil menatap kearahnya."Kenapa hanya diam, cepat ganti pakaian!" perintah Nick. "Aku tidak mau tahu, kamu harus ikut pergi, mengerti!"Namun, Mela tidak menanggapi ucapannya. Yang ada, ia melipat kedua tangannya dengan tatapan terus tertuju pada Nick.Melihat reaksi dari Mela, membuat Nick beranjak dari duduknya. Kemudian berjalan mendekati sang sekretaris. "Kenapa?" tanya Nick.Kemudian dirinya mengulurkan tangannya untuk mem
Bara dan juga Daniel sama-sama menggelengkan kepalanya setelah mendengar apa yang Frans katakan.Sedangkan Nick menatap tajam pada dokter pribadinya sekaligus sahabatnya itu, yang sudah memberi tahu kebenaran tentangnya yang memang memiliki rasa pada Mela."Gila kau, Nick!""Betul, aku kira kamu sudah berubah setelah kecelakaan itu dan burung kamu mati suri, ternyata eh ternyata semakin suhu," Daniel membenarkan ucapan dari Bara."Sadar Nick, kamu sudah memiliki istri, mending dia buat aku saja, oke!"Nick mengalihkan tatapannya pada Bara, setelah mendengar apa yang dikatakannya. "Apa tidak ada pembahasan lain?" tanya Nick yang tidak ingin membahas hal tersebut.Meskipun Mela dan juga dokter Feni sudah tidak berada di meja tersebut, dan pergi untuk mengambil makanan. "Nick, Nick. Jangan bermain api jika kamu tidak ingin terbakar, kalau buat Bara tidak boleh, buat aku saja bagaimana?" Daniel tersenyum sambil mengangkat sebelah alisnya."Enak saja, buat aku Niel!""Aku saja Bar,""Aku
Nick tersenyum dan beranjak dari duduknya, berniat untuk menghampiri Mela yang baru saja ditinggal pergi oleh dokter Feni.Namun, senyum itu hilang. Belum juga Nick pergi melangkahkan kakinya untuk menghampiri Mela.Tiba-tiba entah dari mana munculnya, Wili sudah menempati kursi yang tadi di duduki oleh dokter Feni."Kurang ajar!" seru Nick.Mela terkejut dan menautkan keningnya mendapati Wili sudah duduk tidak jauh darinya."Hai cantikku, Mela." sapa Wili yang memang terobsesi pada Mela. "Malam ini kamu benar-benar cantik, dan kecantikan kamu mengalahkan bidadari."Gombalan yang Wili katakan, bukannya membuat Mela senang. Yang ada membuatnya ingin muntah."Jangan kurang ajar!" seru Mela, lalu menjauhkan tangannya yang masih berada di atas meja, ketika Wili ingin meraihnya."Ya ampun, jika kamu marah seperti ini. Kecantikan kamu bertambah berkali-kali lipat, Mel."Namun, Mela enggan untuk menanggapi ucapan dari Wili."Mel, lima ratus juta buat malam ini. Pasti kamu mau kan? Short time
Nick dan juga Mela yang sudah berada di dalam mobil dan duduk berdampingan di bangku penumpang, hanya diam tanpa mengatakan apa pun, setelah mobil yang Pak Remi kendarai sudah lebih dari sepuluh menit meninggalkan tempat acara.Nick sekarang menatap pada Mela dimana sekretarisnya tersebut sedang sibuk dengan layar ponsel disalah satu tangannya. "Mel," panggilnya.Mendengar sang atasan memanggil namanya, Mela menoleh pada Nick. "Iya Pak." sahutnya."Temani aku ya,"Mela menautkan keningnya. "Ke mana Pak?""Makan malam, aku sangat lapar, tadi belum sempat makan apa pun." jujur Nick, karena di tempat acara tadi dirinya tidak sama sekali menyentuh makanan, karena terus mengagumi sekretarisnya tersebut.Dan ternyata mengagumi orang yang kita cintai tidak membuat kenyang, tetap saja selain hati yang bahagia, perut juga harus diisi, karena cinta tidak membuat kenyang."Maaf Pak, aku tidak bisa.""Kenapa Mel?""Aku ingin segera kembali ke tempat kost," jawab Mela dan langsung memanggil Pak Re