Share

Bab 6

Penulis: Kenong Auliya Zhafira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

WANITA PANGGILAN 6

Oleh: Kenong Auliya Zhafira

Pertemuan yang tidak disengaja seakan menjadi pertanda akan adanya ikatan istimewa. Entah itu ikatan hati atau hanya sekedar persinggahan sementara. Namun, satu hal yang pasti, tidak ada pertemuan tanpa meninggalkan kesan. Sekali pun bertemu dalam keadaan gi-la.

Mayasha masih menatap pria yang tengah duduk sembari melihatnya. Bertemu dengannya di sini rasanya seperti mimpi. Sebisa mungkin kesadaran akan statusnya harus menjadi benteng terkuat agar cinta tidak berani menyelusup masuk. 

Bayangan kehancuran hidup beberapa tahun silam tidak ingin terulang lagi. Raganya sudah lelah bermain dengan cinta. Hatinya bahkan layu dan membeku. Namun, si-alnya seorang Lian mampu memberi secawan air hingga gersangnya hati menjadi keterbasahan.

"Hai juga ... senang bertemu denganmu lagi. Terima kasih sudah bayarin makannya. Saya permisi." Mayasha membungkuk sejenak sebagai tanda terima kasih, lalu menarik tangan Elena agar bergegas pergi meninggalkan warung.

Sementara Lian melihat punggung wanita itu dengan senyum yang entah. Rasanya setiap melihat Mayasha hati merasa lega, bisa melupakan segala problema.

"Satu kali kita bertemu lagi, aku akan menjadikan kamu sebagai wanita yang selalu kupanggil. Begitu juga sebaliknya, aku akan membuat diriku menjadi tamu satu-satunya yang memanggilmu," lirih Lian sembari memandang bubur ayam yang aromanya menggoda. Bertemu dengan Mayasha di pagi hari ternyata mampu mengubah emosinya menjadi lebih baik.

Elena yang mulai mengerti suasana hanya pasrah saat pergelangan tangannya ditarik pak-sa. Meski sedikit sakit, ia hanya diam hingga sampai di parkiran motor. Melihat gelagat Mayasha yang aneh, Elena bisa tahu kalau hatinya mulai terjatuh pada pria di sana.

"Udah belum, May, jalannya? Aku nggak akan hilang selama masih di sini, kamu nggak perlu nuntun aku begini. Aku udah gede," celetuk Elena sambil melihat Mayasha mengatur napasnya. 

Wanita yang masih syok itu melirik tangannya sendiri. Menyadari ucapan Elena, Mayasha melepas pegangannya dengan cepat.

"Sorry, El. Aku tadi ...." Mayasha tidak tahu harus mengatakan apa untuk pertemuannya pagi ini dengan Lian. Kepalanya mendadak kosong.

"Aku tadi apa? Aku tadi gugup ketemu sama Lian, begitu?" ujar Elena yang membuat wajah sahabatnya menghangat.

"Pipi kamu udah kaya tomat tau nggak? Merona," goda Elena lagi.

"Haish! Udah sih! Lebih baik kita pulang, kamu ke rumahku, kan? Biar nanti sekalian shoping," tanyanya sengaja mengalihkan pembicaraan.

Elena mengangguk, lalu keduanya menaiki motor yang sama persis dengan di sebelahnya, hanya beda warna saja. Mayasha melirik sekilas plat yang terpasang di belakang motor, nama Lian tertulis di bawah deretan empat angka.

"Ternyata bukan pria sembarangan. Pantas aja bajunya juga rapi," batin Mayasha lalu kembali fokus ke jalanan. 

Pikiran Mayasha terus berputar mengenang kejadian malam itu dan hari ini. Berada di tempat yang sama di pagi hari, membuat kepalanya berpikir kalau tempat tinggal Lian bisa saja tidak jauh dari rumahnya. Di kota ini, perumahan yang terkenal elit memang ada beberapa. Mayasha sendiri memilih dengan kualitas nomor dua, yang penting bisa melindungi dirinya dari hujan dan angin. 

Selain itu, tujuan Mayasha mengganti nama dan penampilan juga untuk menghindari Kai dan Keya. Dua manusia yang memiliki peran awal kelamnya dunia seorang Yesha Sasmaya. Ia bahkan menyembunyikan nomor ponsel pribadinya dari banyak orang. Media soisal pun sengaja tidak begitu aktif. Melalui Elena lah tamunya bertemu dengannya. Pria pertama yang meminta nomor ponselnya baru Lian seorang.

Mayasha menyadari, keterpurukan dirinya hingga memilih jalan ini karena lemahnya iman dalam dada. Selama ini berjuang kuat menghadapi rasa sakit, tetapi selalu berujung lebih sakit. Karena luka yang ditorehkan mereka memang begitu dalam. 

Membayangkan masa silam membuat perjalanan menjadi cepat sampai di rumah. Elena terus memperhatikan gerak Mayasha yang lebih pendiam sejak bertemu dengan Lian. Ada rasa khawatir jika harus melihatnya kesakitan seperti dulu, tetapi menyuruhnya berhenti memikirkan Lian itu bukan haknya. 

Mayasha bebas menentukan pilihan hidupnya. Bahkan jika nanti suatu saat, jasa ini harus berhenti, Elena tidak keberatan. Karena dalam diam, ia selalu mendoakan untuk semua kebaikannya.

"May ...." Elena memanggil sembari menepuk lembut punggung wanita yang masih melepaskan pengait helm.

"Hmm ... kenapa, El?" jawabnya setelah helm berhasil bebas dari kepalanya.

"Apa kamu jatuh cinta sama Lian?" 

Elena menatap lekat kedua mata Mayasha. Matanya menyiratkan antara iya dan tidak. Hatinya pasti ragu, pengalaman lalu mungkin meninggalkan trauma bekas luka.

"Em ... aku nggak tahu, El. Nggak usah dibahas ya? Nanti kalau memang benar aku jatuh cinta, pasti kamu orang pertama yang tahu." Mayasha masuk ke rumah, diikuti Elena yang lumayan mengerti kegelisahan hati wanita di depannya.

Mereka berdua menikmati waktu bersama dengan banyak cerita dan tawa, hingga nanti waktunya shoping tiba. Sesekali mereka juga berbagi kisah hidup yang ingin mereka buang lewat cerita.

~

Sementara di tempat lain, Marvin benar-benar memenuhi janjinya untuk menjemput Keya. Berdiri di depan pintu menunggu wanitanya yang tengah berlari mengejar waktu. Bekerja sebagai bawahan Lian di swalayan, membuat Keya harus berangkat tepat waktu. 

Keya selama ini dipercaya Lian sebagai asistennya. Membantu sebagian pekerjaan Lian agar menjadi lebih mudah dan cepat. Bahkan hubungan asmara keduanya bisa terkontrol rapi di tempat kerja. Para pegawai swalayan kerap menjuluki mereka pasangan serasi. Namun, itu dulu, sekarang tidak lagi. 

Sekarang di depannya sudah berdiri pria yang selalu mempunyai tempat di relung hatinya. Bahkan ketika bersama Lian, bayangan tentang Marvin kadang muncul sekilas. Orang itu sekarang tengah menunggunya di luar pintu. Dirinya memang pen-jah-at cinta karena telah menduakan Lian. Keya mengakui itu sejak dulu berani bermain api dengan Marvin.

"Kenapa bengong? Mikirin Lian lagi?" tanya Marvin yang langsung membuat Keya terhenyak. 

"Enggak, kok. Ya udah, berangkat yuk? Takut Lian udah berangkat, nggak enak," ajak Keya guna menghindari tatapan pria di depannya.

Marvin tahu, dalam hati Keya pasti ada banyak rasa ketika bekerja dengan Lian, apalagi semalam ia sudah berterus terang tentang hubungannya. Pasti keadaan akan berbeda.

"Tunggu, Key!" Marvin menahan tangan Keya yang hendak memakai helm, lalu membawanya dalam pelukan sebagai obat penenang.

Keya bisa menghirup aroma wangi tubuh pria yang memeluknya dengan jelas. Aroma tubuh yang hampir sama dengan Lian, hanya lebih kentara. Berada di pelukan Marvin, membuat pikiran Keya sedikit lebih tenang.

"Aku nggak apa-apa, Vin ...," sela Keya sambari mendorong tubuh Marvin agar menyudahi pelukannya.

Tatapan keduanya beradu, seakan memberi tahu kalau semua masih dalam keadaan baik. Tangan kekarnya mengusap lembut pipi yang telah beraroma wangi bedak. Ibu jarinya merayap menyentuh lembut bibir yang berwarna merah muda. Sedetik kemudian, kedua bibir itu bertemu di titik kehangatan. Marvin memang pandai menggetarkan soal hati. 

Lima detik berlalu, Marvin menjauhkan diri, lalu menatap wanitanya penuh cinta. "Karena sudah sarapan spesial, lebih baik berangkat sekarang," ajak Marvin sambil menautkan jemarinya hingga ke depan rumah. Cincin emas semalam terasa nyata dalam genggaman.

Keya melingkarkan kedua tangannya ketika Marvin membawanya keluar area perumahan dengan motor kesayangan. Membelah keramaian jalanan di pagi hari dengan hati yang entah. 

Pemandangan kegiatan di Alun-Alun kota seakan menarik perhatian setiap orang yang melihatnya. Ada yang tengah membeli sarapan, ada yang jalan santai, dan ada juga yang sekedar nongkrong bersama kawan.

Keya tidak menyadari ada seseorang yang melihat kemesraan mereka dari depan tenda bubur ayam. Ya, Lian menertawakan diri sendiri melihat mereka sudah berani terang-terangan memperlihatkan hubungan. Mungkin hal ini akan selalu menjadi pemandangan menyakitkan setiap hari. Sakit hati karena hal terbiasa mungkin akan menjadi kebal suatu saat nanti.

Bayangan indah Lian beberapa menit yang lalu bertemu Mayasha kini tertumpuk saat melihat kenyataan lewat di depan mata. Ia tidak menyangka kalau kisah asmaranya akan berakhir dramatis.

Bicara tentang Mayasha, Lian mengingat janjinya yang akan membayar bubur ayam mereka. Ia bergegas mendekat ke penjual untuk segera membayar agar bisa berangkat bekerja.

"Bang, semuanya berapa? Sama yang punya dua wanita tadi," tanya Lian sambil membuka dompetnya.

"Empat puluh ribu aja, Mas."

Lian langsung mengambil selembar warna biru dan memberikannya. "Kembalinya buat, Abang aja. Terima kasih."

"Wah, terima kasih, Mas. Semoga bisa cepat jadian hingga ke pelaminan," jawab Abang penjual dengan hati riang. Bagaimana tidak? Jika setiap pembeli selalu begini, bisa dipastikan cepat kaya.

Lian tersenyum mendengar penuturan pria yang sibuk mengiris daun bawang. Entah kenapa hatinya mengaminkan doa itu. 

"Amin, Bang." 

Mendapat doa dari orang yang tulus mungkin akan membantu pemulihan hatinya. Lian bergegas memacu motornya sedikit cepat agar  bisa sampai di swalayan tepat waktu.

Tidak butuh waktu lima menit, Lian sudah sampai di swalayan. Ia langsung menuju ke tempat parkir khusus. Dari jauh ia bisa melihat Keya dan Marvin saling mengucapkan selamat tinggal. 

"Dasar sudah tidak punya hati," gerutu Lian sambil turun dari motor. 

Gaya pakaian yang sedikit santai membuat karyawan lain tidak terlalu sungkan untuk menyapa atasannya. Karena bagi Lian, komunikasi dengan semua karyawan itu penting, tanpa harus membedakan pekerjaan mereka.

Lian tidak menyadari ada salah satu cleaning servis sedang memperhatikannya melihat dua pasangan di ujung sana. Banyak mereka yang tahu kalau atasannya menjalin hubungan dengan asisten cantik itu. Namun, pandangan pagi ini sudah tidak lagi sama. Sebagai karyawan biasa pastinya tidak ingin mencampuri urusan mereka.

"Pagi, Mas Lian ...," sapa pemuda yang kedua tangannya membawa sapu dan kain pel.

Lian terkejut, lalu menoleh pada pemuda di sampingnya.

"Pagi ... semangat bersih-bersih ya?" 

"Iya. Mas Lian juga semangat membersihkan hati."

Deg! 

Ucapan pemuda itu seakan menyapu pikirannya tentang hatinya pada Keya. Mungkin ia memang harus membersihkan segala rasa yang tersisa agar tidak merasa sakit berkepanjangan.

Lian menunggu Marvin keluar lebih dulu sebelum turun dari motor. Setelah menghilang, ia baru melangkah memasuki swalayan hingga menuju ruangannya.

Mereka berjalan bersisian. Hanya ada suara sepatu menemani langkah keduanya. Keadaan yang masih sepi membuat Keya berani menahan langkah Lian.

"Lian, tunggu!" panggil Keya, membuat Lian berhenti dan berbalik.

"Apa?" sahutnya singkat. Namun, matanya melirik jemari Keya yang berkilauan. "Mau bilang kalau kamu akan menikah dengan Marvin?" imbuh Lian yang membuat Keya mendongak.

"A--aku ...."

"Kamu nggak perlu ngomong apa-apa. Bukankah aku udah bilang, kalau kamu bebas mau ngapain aja sama Marvin. Mau nikah, kek ... mau pacaran, kek ... aku nggak peduli. Tapi aku akan bersikap profesional. Kamu tenang aja," ucap Lian lagi dan berlalu menuju ruangannya. 

Keya terdiam, ucapan Marvin membuatnya seperti orang asing. Namun, itu lebih baik. Ia memutuskan melangkah menuju ruangan di sebelah ruangan Lian.

Sebagai asisten Lian, Keya langsung berusaha menyusun semua laporan yang berhubungan dengan swlayan. Baik dari hasil penjualan, dan keadaan swalayan untuk mencari performa swalayan hingga mendapat kemajuan.

Keya menyusun semua lembaran kertas dalam satu map, lalu menyerahkan pada Lian. Ketika hendak memasuki ruangannya, Keya menatap wajah Lian yang tengah tersenyum sendiri menatap ponselnya. Dari balik kaca semua itu terlihat jelas seperti orang tengah jatuh cinta.

Ada rasa sedikit tidak rela melihat Lian tersenyum manis pada layar ponsel. Mungkinkah selama ini Lian tidak pernah menjatuhkan hati padanya? Keya tertawa lirih memikirkan semuanya, terlalu naif jika berharap demikian. Sementara dirinya tidak memperlakukan Lian dengan cara yang sama. 

"Apa secepat itu Lian menemukan pengganti? Kenapa melihatnya hati merasa nyeri?"

-------***-------

Berssmbung

Bab terkait

  • WANITA PANGGILAN   Bab 7

    WANITA PANGGILAN 7Oleh: Kenong Auliya ZhafiraRasa tidak rela melihat mantan kekasih tersenyum bahagia terkadang bisa menyelimuti hati apabila terlalu cepat terjadi. Karena menimbulkan banyak asumsi tentang hubungan sebelumnya. Meskipun pada akhirnya kesalahan terbesar tetap jatuh pada pasangan yang menyakitinya. Padahal masing-masing hati telah sepakat menerima keputusan.Keya membuang jauh perasaan itu dengan meraba cincin pemberian dari Marvin yang melingkar di jari manisnya. Rasa nyeri itu pun perlahan memudar bersamaan suara ketukan pintu yang dibuat olehnya.Menyadari seseorang masuk ke ruangannya, Lian meletakkan kembali ponselnya di meja. Sikapnya benar-benar seperti orang asing saat melihat Keya berdiri di depannya."Ini laporan semuanya, Mas." Keya meletakkan map di hadapan Lian."Terima kasih. Kamu boleh keluar," jawab Lian acuh.&nbs

  • WANITA PANGGILAN   Bab 8 A

    WANITA PANGGILAN 8 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Melihat orang yang dulu pernah dekat lalu terpisah karena masalah rasanya pasti seperti jantung terbelah. Rasa bersalah akan kejadian lalu seakan berputar kembali dalam ingatan. Walaupun penampilan berbeda, namanya pernah dekat dan berteman pasti bisa mengenalinya. Air mata Keya menitik satu per satu melihat Yesha berada di sana. Wajahnya terlihat lebih cantik, apalagi senyum manis itu masih sama seperti dulu. Tidak ada perubahan yang berarti dalam dirinya. Keya berjalan tertatih menuju mereka. Ada rasa tidak percaya kalau Lian bisa mengenal Yesha. Entah takdir macam apa hingga membuat pertemuan ini. Melihat sorot mata Lian berbinar menyapa Yesha semakin membuat rasa penasaran menggebu. Tiba-tiba di kepalanya banyak pertanyaan tentang m

  • WANITA PANGGILAN   Bab 8 B

    WANITA PANGGILAN 8 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Alunan musik tiba-tiba terdengar di warung. Menambah suasana hati mulai membaik setelah syok melihat wanita yang mirip Yesha. Meskipun hati kecilnya meyakini kalau itu memang benar, tetapi kenyataannya bukan dia. Daripada memikirkan orang yang salah, Keya memilih menarikan ibu jarinya membalas pesan dari Marvin. Senyum terus menghiasi kedua sudut bibirnya. Keya [Siang juga ... ini lagi nunggu Tante Elsa buat makan siang. Mumpung ketemu, nanti sekalian mau bilang tentang kita.] Ponsel kembali diletakkan di meja, lalu jemarinya gesit mengaduk es jeruk yang berada di hadapan. Meminumnya sekali hingga cukup membasahi tenggorokannya yang kering. Dari balik kaca pintu masuk, Tante Elsa terlihat sedang berjalan menuju war

  • WANITA PANGGILAN   Bab 9 A

    WANITA PANGGILAN 9AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengetahui satu alasan yang membuat hati orang tercinta terluka pasti rasanya menyakitkan. Ibarat kata sudah tahu hujan, tetapi memaksa menerjangnya demi menuju tempat yang terlihat buram. Bukan hanya raga yang sakit, tetapi hati juga ikut merasa dingin dan beku.Namun, sebagai seseorang yang pernah mengenal Keya dalam jangka waktu lama membuat hati bisa menerima keputusan anaknya. Hanya satu yang ia sesalkan, yakni kenapa harus Marvin yang menggeser anaknya.Hati anaknya pasti hancur mengetahui semuanya. Persahabatan dengan Marvin pasti kemungkinan merenggang."Maaf, Tante ... aku salah tidak bercerita tentang Marvin sebelumnya. Mungkin Lian sekarang sudah tahu semuanya. Aku juga minta maaf karena menyerah dengan janji sendiri yang tidak bisa me

  • WANITA PANGGILAN   Bab 9 B

    WANITA PANGGILAN 9 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSang ibu yang tidak suka pengkhianatan memilih berpisah. Selama proses perpisahan, sang ayah ternyata hanya dijadikan boneka oleh wanita keduanya. Sejak saat itu, Ayah sering lari dari kenyataan bersama alko-hol. Hingga akhirnya belum sampai keputusan sidang, Ayah berpulang terlebih dulu karena terjadi kerusakan pada salah satu organ tubuh. Hidup berteman alko-hol membuat sang ayah harus membayar hidupnya dengan kematian.Tangis sang ibu kala itu memenuhi kamar saat Ayah mencoba minta maaf di sela napasnya yang mulai tersendat. Banyak kata andai memutari isi kepala saat itu. Namun, semua sudah terjadi karena memang begitu garis Tuhan yang harus dijalani.Lian hanya bisa menemani sang ibu melewati harinya yang penuh rasa sakit dan penyesalan. Hingga akhirnya usaha yang ditinggalkan Ay

  • WANITA PANGGILAN   Bab 10 A

    WANITA PANGGILAN 10 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraHati yang pernah terluka karena satu ikatan akan selalu meninggalkan bekas luka. Rasa perih dari keringnya luka bisa saja masih terasa, hingga membuat kebimbangan saat kehadiran rasa baru.Menyadari hatinya bukan matahari, yang selalu berusaha menepati janji untuk bersinar meski cuaca dalam keadaan buruk sekali pun. Hati Mayasha belum sehebat dan sekuat itu. Menerobos awan hitam seakan melawan kekuatannya sendiri yang jelas masih rapuh. Pasti rasanya akan sakit sebelum maju berperang.Mayasha terus mencari alasan untuk menjawab pertanyaan dari Elena. Memastikan hatinya bergetar kembali masih membutuhkan waktu lebih banyak. Karena yang memberi getaran itu belum tentu mempunyai rasa yang sama."Kalau kamu tidak bisa jawab, aku anggap kamu memang memiliki ras

  • WANITA PANGGILAN   Bab 10 B

    WANITA PANGGILAN 10 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSetelah membalas pesan Lian dengan hati berwujud ketidakenakan pada tamu lain, Mayasha memilih membuat mi instan untuk mengganjal perutnya. Berjalan menuju dapur tanpa alas kaki disertai rambut yang acak-acakan, Mayasha menuang air ke panci kecil dan meletakkan di atas kompor.Sambil menunggu air mendidih, tangannya sibuk mencari teman lain untuk melengkapi makanannya. Mayasha menambakan telur dan sedikit sayuran. Setelah semuanya matang, Mayasha lalu memakannya ditemani segelas air putih. Mangkuk kotor pun langsung dicucinya.Membersihkan diri menjadi kegiatan Mayasha selanjutnya. Karena akan bertemu tamu malam ini, Mayasha sengaja menggunakan lulur terlebih dulu, biar tubuhnya wangi. Setelah menghabiskan hampir tiga puluh menit lebih, ia memilih pakaian terbaiknya.Ma

  • WANITA PANGGILAN   Bab 11 A

    WANITA PANGGILAN 11 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Pertemuan yang tidak sengaja terkadang tidak selalu soal kebetulan. Bisa saja itu adalah pertemuan yang sudah terencana, baik dari manusia atau pun Tuhan. Lian telah merencanakan ide pertemuan ini dengan menggantikan Gavin sebagai tamunya. Bukan tanpa alasan, Lian ingin membuktikan kalau Mayasha adalah tanda jodoh yang dikirim Tuhan lewat jalan berkelok. Keduanya masih saling berdiri dan menatap satu sama lain. Sama-sama mencari pembenaran dari ucapan masing-masing. Lian mulai lelah berdiri karena memang raganya lelah setelah bekerja langsung berangkat ke sini. Sementara Mayasha masih butuh keyakinan kalau tamunya memang benar Lian. "Saya nggak disuruh masuk? Saya lelah sekali karena pulang kerja langsung ke sini," tutur Lian dengan wajah me

Bab terbaru

  • WANITA PANGGILAN   Last Episode F

    WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak

  • WANITA PANGGILAN   Last Episode E

    WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam

  • WANITA PANGGILAN   Last Episode D

    WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan

  • WANITA PANGGILAN   Last Episode C

    WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora

  • WANITA PANGGILAN   Last Episode B

    WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,

  • WANITA PANGGILAN   Last Episode A

    WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t

  • WANITA PANGGILAN   Bab 52 D

    WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria

  • WANITA PANGGILAN   Bab 52 C

    WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria

  • WANITA PANGGILAN   Bab 52 B

    WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca

DMCA.com Protection Status