WANITA PANGGILAN 3
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Kesan pertama terkadang selalu berhasil meninggalkan rekam jejak yang tidak mudah untuk dilupakan. Apalagi jika kesan itu mampu menyamarkan semua kesakitan dalam dada. Hal itu pasti akan membekas kuat dalam ingatan, meskipun baru sekali bertemu.
Logikanya mulai mempertanyakan tentang perasaannya sendiri. Salahkah jika hati memunculkan tunas baru di tempat yang salah? Sebenarnya bukan salah, lebih tepatnya tempat berlumpur.
Lian menepuk kedua pipinya agar bangun dari lamunan. Namun, bayang Mayasha memang telah berhasil memikat hatinya.
"Tidak semudah ini seorang Lian Erza jatuh hati setelah patah hati." Lian mencoba menyangkal jerit hatinya yang tidak sengaja memanggil nama Mayasha. Bahkan kepalanya menggeleng beberapa kali.
Sang ibu yang sudah memastikan Keya pulang, menjadi geli melihat tingkah Lian menyisir rambutnya dengan jari. Apalagi sambil menekan kepalanya, seakan tengah memikirkan banyak masalah.
"Kamu kenapa? Bukannya dengerin penjelasan Keya malah menutup diri. Kalau emosi kamu sudah stabil, bicarakan lagi baik-baik dengan Keya." Ucapan sang ibu mengagetkan Lian, hingga ia menatap heran.
"Udah nggak ada yang perlu dibicarakan, Bu. Lian harap, Ibu menerima keputusan ini." Lian meninggalkan sang ibu. Menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan hati yang entah.
Wanita itu menatap kepergian anaknya dengan hati terbelah. Ia tidak tahu harus memilih yang mana, menerima keputusan Lian atau membuat mereka kembali bersama. Namun, naluri sebagai ibu ingin melihat Lian bahagia dengan wanita impiannya, wanita yang menjunjung nilai kesetiaan.
"Apa selama ini, Ibu terlalu keras sama kamu, Nak?" lirihnya kemudian masuk kamar untuk beristirahat. Karena malam sudah semakin larut.
Sementara Lian langsung membersihkan diri untuk menenangkan ego dan tubuhnya setelah bertemu dengan Mayasha. Air hangat seakan memberi pijatan refleksi alam untuk raganya yang terasa begitu lelah.
Entah dosanya bisa terhanyut dalam air atau tidak, sebisa mungkin Lian tetap berusaha membersihkannya. Setelah selesai, Lian bergegas memakai kaos dengan celana panjang.
Malam yang semakin larut membuat kepalanya benar-benar tidak bisa melupakan kejadian itu. Di mana dirinya memutuskan menghubungi seorang wanita panggilan yang tidak sengaja didapat dari salah satu teman kepercayaannya–Gavin Haidar.
Gavin sendiri tidak pernah menghubungi nomor itu, baginya kesetiaan itu yang utama. Apalagi untuk seorang Kanisha–istrinya. Melihat kekecewaan Lian membuat Gavin memberikan nomor tentang wanita panggilan yang siap mendengarkan kisah apa pun hingga membuat hati pelanggan kembali lega.
Ya, Lian yang iseng memanggil Mayasha justru berakhir seperti senjata makan tuan. Dirinya terjebak dalam kubangan dosa disertai tunas cinta yang mulai kuncup layaknya bunga teratai. Bunga yang tumbuh indah di antara rerumputan liar dalam kubangan air kolam bahkan rawa.
Matanya menatap nomor Mayasha yang belum bernama. Kedua tangan Lian gesit berpindah merangkai nama 'Mayasha' di kontak telepon.
Ada rasa ingin menyapa lewat pesan, tetapi takut menganggu jika sedang bersama orang lain. Andai saja hanya dirinya tamu satu-satunya ....
Lian memilih meletakkan ponsel di nakas, lalu memejamkan kedua matanya untuk memeluk malam yang semakin larut. Seperti hatinya yang mulai larut oleh pesona seorang Mayasha. Ia harus mendinginkan hati dan akalnya untuk menghadapi esok hari.
~
Di rumah, Keya merutuki kebo*ohannya sendiri telah melukai Lian. Sepanjang perjalanan pulang, Keya terus menitikan air mata karena berpaling dari Lian. Padahal hubungannya dengan Marvin sudah berakhir lama. Kemarin ia hanya terbawa suasana kala perasaan mengingatkan keindahan masa lalu.
Menjalin hubungan jarak jauh dengan Marvin membuat Keya menyudahi jalinan asmaranya. Hingga waktu mempertemukannya dengan Lian. Namun, sekarang semua itu kandas begitu saja karena kesalahan b*dohnya.
Kejadian ini membuka memori Keya mengingat kesalahannya dulu merebut Marvin dari sahabatnya–Yesha dengan cara yang salah. Semua kejadian itu sekarang berputar jelas layaknya drama televisi.
Setelah kejadian itu, kabar Yesha tidak pernah terdengar lagi. Kepergian Marvin bekerja di kota lain membuat hubungannya tidak sehat. Pertikaian kecil kerap mewarnai hubungan mereka. Hingga pada satu titik, Keya memilih berpisah.
Pertemuan dengan Lian membuat Keya jatuh cinta lagi. Saling menemukan kecocokan, membuat mereka bisa mengarungi hubungan hingga ke jenjang lebih serius. Namun, semua itu kandas ketika Keya bertemu kembali dengan Marvin yang ternyata adalah sahabatnya Lian.
Keya akui, rasa untuk Marvin kadang timbul tenggelam. Bertemu kembali dalam situasi berbeda membuat Keya tidak bisa menahan debar dalam dada kala mendapat sentuhan darinya.
Kata-kata Marvin bahkan masih begitu jelas tersimpan di kepalanya. Di mana ia akan menikahinya jika mau melepas Lian. Akan tetapi, tipu daya itu justru membuat dirinya tenggelam lebih dalam oleh satu kesalahan.
Mata Lian terlihat memerah kala mendapati dirinya bercumbu mesra dengan Marvin. Padahal kala itu, Lian ingin memberi kejutan untuk menentukan hadiah pernikahan. Namun, semua itu menjadi malapetaka yang tidak mungkin akan terlupa. Di mana hatinya terluka dalam gara-gara ulah Keya.
"Yesha ... maafkan aku telah merebut Marvin darimu. Apa ini sebuah karma untukku?" ucap Keya kala ingatan itu mulai menjerat lehernya hingga napasnya seakan terhenti.
Sepulang dari rumah Lian, Keya meringkuk di tempat tidur sambil mengingat semua kenangan indah dan kenangan yang paling menyakitkan dalam hidup. Namun, semua itu tidak sebanding dengan luka Lian dan Yesha.
Mungkin Tuhan sedang menghukumnya dengan menjauhkan Lian dari sisinya. Ketika tengah meratapi nasib, suara ponsel menghentikan sejenak ingatannya.
Keya melirik, nama Marvin menghiasi layar ponselnya. Dengan sedikit malas, Keya akhirnya menggeser tombol bergambar gagang telepon.
"Halo ... ada apa?"
"Bisa buka pintunya? Aku ada di depan," ucap Marvin dari seberang telepon.
"Emang mau apalagi? Kan, hubungan kita sudah berakhir. Jangan temui aku lagi!"
"Key, aku tahu kamu sudah tidak bersama Lian. Maka dari itu aku datang. Aku janji akan membuatmu bahagia seperti dulu."
Hening. Keya terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Namun, langkahnya beranjak dari kamar dan membuka pintu rumahnya. Keya yang ikut bekerja di swalayan milik Lian, membuatnya bisa membeli tempat tinggal ini dengan sistem kredit. Tinggal beberapa bulan lagi akan lunas.
"Sebenarnya maumu apa, Vin?" tanya Keya setelah membuka pintu.
"Mauku? Aku mau kita bersama seperti dulu. Rasa ini selalu sama setelah Yesha memilih menghilang dari pandangan. Kembalilah bersamaku, Key ...." Marvin mendekat dan mengelus pipi lembut wanita yang dulu pernah memiliki tempat sejajar seperti Yesha di hatinya.
Seketika Keya melemah. Menerima sentuhan dari pria yang dulu dikejarnya membuat kedua matanya terpejam, seakan tengah menikmati. Melihat wanita di depannya menutup mata, membuat Marvin berani mendaratkan bibirnya dan melumatnya lembut.
Kedua tangan yang tanpa sadar mengalungi leher Marvin, membuat Keya memasrahkan dirinya pada lelaki yang tengah menghujani sisi ruang hatinya dengan penuh kerinduan.
Keya sadar, kesempatan untuk bersama Lian pasti akan semakin jauh. Hatinya tidak bisa memungkiri masih mendamba sosok Marvin menyentuh ruang hatinya sekali lagi.
Kecupan Marvin semakin membuat suasana memanas. Keya melupakan dirinya yang baru saja mengiba kesempatan kedua pada Lian. Bersamaan napas yang kian memburu, Keya justru meyakinkan hatinya berhenti mengejar maaf dari Lian. Ia tidak akan memaksa Lian untuk meneruskan hubungan yang memang sudah tidak diinginkannya lagi.
Marvin mengakhiri kecupannya dengan begitu manis. Kedua tangannya yang masih membingkai wajah Keya, membuatnya bisa merasakan cinta itu masih sama besarnya seperti dulu.
"Key ... i love you ...," bisik Marvin sambil mengecup daun telinga Keya hingga membuat bulu romanya berdiri.
Keya mencari kesungguhan itu lewat sorot mata pria di depannya. Ia tidak mau mengambil keputusan yang salah. Namun, hati kecilnya ingin bersama Marvin.
"Kok, diem? Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Aku tahu rasa itu masih ada. I love you, Key ...." Marvin membisikkan kata itu lagi hingga membuat Keya kembali terjebak kesalahan untuk membenarkan sikapnya.
"I love you too ...," jawab Keya sambil menahan keras getaran hatinya karena tubuh Marvin yang semakin tak berjarak.
Marvin tersenyum mesra mendapati jawaban Keya. Bahkan ia memberi kecupan singkat pada bibir yang masih kemerahan. Kemudian, Marvin mengambil sesuatu dari saku celananya dan berlutut.
"Kamu mau ngapain, Vin? Kamu nggak perlu berlutut untuk kembali. Ayo bangunlah," ucap Keya saat mendapati Marvin berlutut di depannya dengan tatapan mengiba.
"Dengerin aku dulu ... aku berlutut bukan untuk meminta kamu kembali, tapi untuk meminta kamu menjadi istriku. Kamu mau, kan?" Marvin menyodorkan cincin bermahkotakan permata ke hadapan Keya.
Hal itu sukses membuat Keya tidak bisa berkata-kata. Memang inilah yang ia dambakan dalam sebuah hubungan, yakni keseriusan.
"Gimana? Kamu mau, kan?" tanya Marvin kedua kali.
Keya masih diam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Beberapa jam yang lalu, bibirnya baru mengatakan mencintai Lian, tetapi sekarang harus menjawab lamaran dari Marvin–pria yang dulu dikejarnya.
Hati Keya bimbang menentukan pilihan. Ia tidak mungkin masuk ke pintu yang terkunci, sedangkan di depannya ada pintu terbuka lebar.
"Untuk apa mengharap maaf dari Lian, sedang hatinya sudah tidak mau menerima. Mungkin lebih baik jika menyakitinya secara total. Toh, Lian sudah terlanjur b*nci."
---------***---------
Bersambung
WANITA PANGGILAN 4Oleh: Kenong Auliya ZhafiraBerusaha keras merayu ketika pasangan merajuk karena kesalahan memang sangat diharuskan untuk memperbaiki hubungan. Namun, ada kalanya usaha itu harus terhenti apabila pasangan telah memilih menutup pintu hatinya karena rasa luka yang mungkin terlanjur perih. Menerima keputusan berakhirnya status dan hubungan mungkin itu lebih baik bagi keduanya. Daripada memaksa berjalan di atas jalan berduri, yang berujung saling menyakiti.Memilih menerima keputusan Lian adalah sanksi jiwa untuk kesalahannya. Keya menatap cincin itu dengan perasaan gelisah. Separuh hatinya menginginkan itu, tetapi separuh lainnya ragu memulai kembali hubungan yang menyakiti dua manusia, yakni Lian dan Yesha.Selama ini, ia tidak pernah tahu kabar Yesha sejak kejadian itu. Semua komunikasi putus tanpa kabar sama sekali. Entah mengapa, mengingatnya kembali membuat rasa ber
WANITA PANGGILAN 5 Oleh: Kenong Auliya Zhafira Dalam persahabatan tidak selamanya tentang berbagi bahagia. Kadang air mata juga ikut mewarnai keindahan arti sahabat. Akan tetapi, jika masalah tentang cinta dan wanita menghampiri, bisa dipastikan persahabatan itu tidak akan semurni sebelumnya. Bahkan ancaman renggang dipastikan ada. Hati yang terkhianati memaksa akal untuk terus berpikir negatif tentang nilai kepercayaan yang telah rusak. Apalagi melihat tragedi itu dengan mata kepala sendiri, rasa sakit yang ada akan selalu membekas dalam dada. Lian masih mencoba mencerna maksud ucapan pria yang mengaku sahabatnya. Bagaimana mungkin bibirnya bisa mengatakan itu dengan leluasa. Apa tidak ada rasa bersalah dalam dirinya? Atau Marvin sengaja memamerkan hubungannya dengan Keya. Entahlah. Baginya jika hubungan sudah berakhir, maka tidak perlu lagi tahu tentangnya. Untuk apa memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan kita sama sekali. "Terus hubungannya sama aku apa? Aku tidak pedu
WANITA PANGGILAN 6Oleh: Kenong Auliya ZhafiraPertemuan yang tidak disengaja seakan menjadi pertanda akan adanya ikatan istimewa. Entah itu ikatan hati atau hanya sekedar persinggahan sementara. Namun, satu hal yang pasti, tidak ada pertemuan tanpa meninggalkan kesan. Sekali pun bertemu dalam keadaan gi-la.Mayasha masih menatap pria yang tengah duduk sembari melihatnya. Bertemu dengannya di sini rasanya seperti mimpi. Sebisa mungkin kesadaran akan statusnya harus menjadi benteng terkuat agar cinta tidak berani menyelusup masuk.Bayangan kehancuran hidup beberapa tahun silam tidak ingin terulang lagi. Raganya sudah lelah bermain dengan cinta. Hatinya bahkan layu dan membeku. Namun, si-alnya seorang Lian mampu memberi secawan air hingga gersangnya hati menjadi keterbasahan."Hai juga ... senang bertemu denganmu lagi. Terima kasih sudah bayarin makannya. Saya p
WANITA PANGGILAN 7Oleh: Kenong Auliya ZhafiraRasa tidak rela melihat mantan kekasih tersenyum bahagia terkadang bisa menyelimuti hati apabila terlalu cepat terjadi. Karena menimbulkan banyak asumsi tentang hubungan sebelumnya. Meskipun pada akhirnya kesalahan terbesar tetap jatuh pada pasangan yang menyakitinya. Padahal masing-masing hati telah sepakat menerima keputusan.Keya membuang jauh perasaan itu dengan meraba cincin pemberian dari Marvin yang melingkar di jari manisnya. Rasa nyeri itu pun perlahan memudar bersamaan suara ketukan pintu yang dibuat olehnya.Menyadari seseorang masuk ke ruangannya, Lian meletakkan kembali ponselnya di meja. Sikapnya benar-benar seperti orang asing saat melihat Keya berdiri di depannya."Ini laporan semuanya, Mas." Keya meletakkan map di hadapan Lian."Terima kasih. Kamu boleh keluar," jawab Lian acuh.&nbs
WANITA PANGGILAN 8 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Melihat orang yang dulu pernah dekat lalu terpisah karena masalah rasanya pasti seperti jantung terbelah. Rasa bersalah akan kejadian lalu seakan berputar kembali dalam ingatan. Walaupun penampilan berbeda, namanya pernah dekat dan berteman pasti bisa mengenalinya. Air mata Keya menitik satu per satu melihat Yesha berada di sana. Wajahnya terlihat lebih cantik, apalagi senyum manis itu masih sama seperti dulu. Tidak ada perubahan yang berarti dalam dirinya. Keya berjalan tertatih menuju mereka. Ada rasa tidak percaya kalau Lian bisa mengenal Yesha. Entah takdir macam apa hingga membuat pertemuan ini. Melihat sorot mata Lian berbinar menyapa Yesha semakin membuat rasa penasaran menggebu. Tiba-tiba di kepalanya banyak pertanyaan tentang m
WANITA PANGGILAN 8 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Alunan musik tiba-tiba terdengar di warung. Menambah suasana hati mulai membaik setelah syok melihat wanita yang mirip Yesha. Meskipun hati kecilnya meyakini kalau itu memang benar, tetapi kenyataannya bukan dia. Daripada memikirkan orang yang salah, Keya memilih menarikan ibu jarinya membalas pesan dari Marvin. Senyum terus menghiasi kedua sudut bibirnya. Keya [Siang juga ... ini lagi nunggu Tante Elsa buat makan siang. Mumpung ketemu, nanti sekalian mau bilang tentang kita.] Ponsel kembali diletakkan di meja, lalu jemarinya gesit mengaduk es jeruk yang berada di hadapan. Meminumnya sekali hingga cukup membasahi tenggorokannya yang kering. Dari balik kaca pintu masuk, Tante Elsa terlihat sedang berjalan menuju war
WANITA PANGGILAN 9AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengetahui satu alasan yang membuat hati orang tercinta terluka pasti rasanya menyakitkan. Ibarat kata sudah tahu hujan, tetapi memaksa menerjangnya demi menuju tempat yang terlihat buram. Bukan hanya raga yang sakit, tetapi hati juga ikut merasa dingin dan beku.Namun, sebagai seseorang yang pernah mengenal Keya dalam jangka waktu lama membuat hati bisa menerima keputusan anaknya. Hanya satu yang ia sesalkan, yakni kenapa harus Marvin yang menggeser anaknya.Hati anaknya pasti hancur mengetahui semuanya. Persahabatan dengan Marvin pasti kemungkinan merenggang."Maaf, Tante ... aku salah tidak bercerita tentang Marvin sebelumnya. Mungkin Lian sekarang sudah tahu semuanya. Aku juga minta maaf karena menyerah dengan janji sendiri yang tidak bisa me
WANITA PANGGILAN 9 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSang ibu yang tidak suka pengkhianatan memilih berpisah. Selama proses perpisahan, sang ayah ternyata hanya dijadikan boneka oleh wanita keduanya. Sejak saat itu, Ayah sering lari dari kenyataan bersama alko-hol. Hingga akhirnya belum sampai keputusan sidang, Ayah berpulang terlebih dulu karena terjadi kerusakan pada salah satu organ tubuh. Hidup berteman alko-hol membuat sang ayah harus membayar hidupnya dengan kematian.Tangis sang ibu kala itu memenuhi kamar saat Ayah mencoba minta maaf di sela napasnya yang mulai tersendat. Banyak kata andai memutari isi kepala saat itu. Namun, semua sudah terjadi karena memang begitu garis Tuhan yang harus dijalani.Lian hanya bisa menemani sang ibu melewati harinya yang penuh rasa sakit dan penyesalan. Hingga akhirnya usaha yang ditinggalkan Ay
WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak
WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam
WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan
WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca