"Kamu tidak salah informasi' kan Imron? Kamu sudah pastikan jika wanita di foto itu yang kamu maksud hanya melayani threesome?" tanyaku memastikannya lagi.
"Yakin, Bos! Saya yakin 100%. Saya tidak mungkin salah informasi! Mamy Mona sendiri yang cerita, wanita bernama Nisa itu memang hanya melayani servis threesome!" ucap Imron penuh keyakinan.
"Tadi juga saya lihat sendiri wanita itu masuk ke dalam kamar bersama dua pria yang ada di foto itu! Pintu kamarnya pun dijaga oleh tiga orang bodyguard!" Lagi Imron menjelaskan apa yang ia lihat.
Aku tak habis pikir dengan semua ini. Kenapa Nisa bisa nekat melakukan pekerjaan gila ini? Apa dia tidak tahu resikonya sangat besar? Menjadi pelacur biasa saja sudah sangat menjijikan, apalagi menjadi pelacur untuk melayani
Assalamualaikum, selamat pagi, salam sejahtera untuk seluruh pembaca VMDKI. Sebelumnya saya sebagai penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena sudah empat hari ini tidak update. Bukan karena malas ataupun lalai pada kerjaan. Namun, karena kondisi yang tidak memungkinkan. Setelah sepuluh hari full saya mengurus kedua anak saya yang sakit secara bersamaan, badan saya pun ngedrop dan ikut sakit. Awalnya saya masih berusaha untuk tetap nulis walaupun sedikit. Tapi ternyata satu hari setelahnya saya benar-benar KO. Tubuh saya menolak untuk diajak duduk. Dan terpaksa harus di bawa ke dokter. Dan dokter menyarankan untuk bedrest. Dan alhamdulillah hari ini ottor sudah bisa duduk. Dan bisa buat surat cinta ini untuk kalian.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Lilis. Tidak mungkin secepat ini Emak meninggalkan kami. "Halo, Mas! Mas Anton masih mendengar suara saya, kan?" tanya Lilis membuyarkan lamunanku. "I-iya, Mbak! Saya masih mendengar Mbak Lilis. Kenapa bisa seperti ini, Mbak? Bukannya Emak sedang dalam perawatan dokter-dokter terbaik disana?" tanyaku masih tidak percaya. "Memang betul, Mas. Saya juga hampir tidak percaya, tapi memang Emak sudah tidak ada! Tadi Emak sempat sadar, ia bahkan meminta perawat untuk melepaskan alat bantu oxygen karena ia ingin berbicara kepada Aqila dan Fadlan. Melihat kondisi Emak yang sudah sadar, membuat kami begitu senang. Aqila bahkan berteriak bahagia saat Emak mulai berbicara. Namun, sesaat setelah Emak berbicara, tib
Aku pun segera mentransfer uang lima puluh juta ke rekening Imron. Bagaimanapun juga, Imron harus berhasil membujuk mucikari itu. Ini jalan satu-satunya agar aku bisa bertemu Nisa.Drt.. Drt.. Drt.. Notifikasi pesan masuk dari Imron.[Uangnya sudah masuk bos! Sekarang juga saya akan menemui Mamy Mona! Semoga saja dia tidak curiga dengan rencana kita! Doakan saya ya, bos!] tulis Imron dalam pesan watsapnya.[Oke! Goodluck! Saya percaya sama kamu, saya yakin kamu bisa menjalankan misi ini dengan baik!] balasku padanya.☀**Pagi hari orang-orang sudah siap untuk mengantarkan Emak ke tempat peristirahatan terakhirnya. Pak RT dan para warga sudah mulai memindahkan jenazah Emak ke dalam keranda. Mereka akan mulai membawa jenazah ke pemakaman. Jalanan yang becek dan licin membuat kami kesulitan. Beruntung jarak rumah Lilis dan kuburan tidak terlalu jauh.Selama prosesi pemakaman Aqila dan Fadlan terus menangis. Mereka tampak begitu sedi
"Ih… apaan' sih lo? Jangan kegeeran deh! Kan gue udah sering bilang, gue nggak mungkin naksir sama lo! Lo itu bukan tipe gue, jadi mana mungkin gue bisa suka sama lo!""Kamu yakin nggak mungkin naksir sama saya?""I-iya lah! Gue yakin 100%," jawab Adel terbata, sorot matanya terlihat begitu gugup."Hmm, oke' saya pegang omongan kamu! Ingat! Jangan sampai kamu jilat ludah kamu sendiri!""Nggak bakal! Amit-amit deh gue naksir sama lo! Kayak nggak ada cowok lain aja di dunia ini. Sudah ayo berangkat! Katanya udah lapar?" ucapnya. Ia pun berjalan keluar dari ruangan mendahuluiku.Sesampainya di mobil Adel pun kembali bersuara.
Sepanjang jalan gue masih terus memikirkan hal nggak penting ini. Entah kenapa gue kesel banget mengetahui kenyataan jika Anton memang bukan cowok cupu dan lugu yang seperti gue pikirin.Seandainya saja gue tau dimana dan dengan siapa dia akan melakukan treesome, gue pasti nggak bakal penasaran seperti ini. Jangan-jangan nih cowok pasti punya kelainan sex?"Sudah sampai! Ayo turun, jangan bengong aja! Kamu kenapa, sih? Dari tadi diem aja? Diajak ngomong juga nggak nyaut, aneh!" ucap Anton saat kita tiba di kantor.Gue pun segera turun dari mobil tanpa menjawab pertanyaannya."Woy! Saya lagi ngomong sama kamu, bukan sama ban mobil! Dasar cewek aneh, diajak ngomong malah pergi gitu aja! Nggak punya sopan santun!
Nisa terkejut, ia tidak menyangka jika akulah laki-laki yang ada di hadapannya."Nga-ngapain kamu disini, Mas?" tanya Nisa terbata. Ia mundur beberapa langkah ke belakang dengan wajah yang tampak panik.Aku menoleh ke arah Imron, memberi kode agar dia segera meninggalkan ruangan ini membiarkan aku dan Nisa berbicara empat mata.Imron mengangguk, walau dengan berat hati ia pun meninggalkan kami berdua dengan wajah sedikit kecewa. Bagaimana tidak, momen langka seperti ini pasti banyak di idamkan oleh para pria. Menikmati pemandangan indah di depan mata, tubuh sexy bak gitar spanyol milik Nisa yang tentunya sangat menggoda.Kini kami hanya berdua di dalam kamar ini. Aku segera men
Dengan isak tangis Nisa mulai memasang bajunya satu per satu. Ia begitu terpukul, berulang kali Nisa melemparkan pertanyaan yang sama padaku. Sepertinya ia masih tidak percaya dengan kenyataan ini."Apa benar Emak meninggal? Apa yang sebenarnya terjadi dengan Emak, Mas? Kamu jangan mempermainkan ku, jika kamu hanya ingin aku pulang, tidak dengan cara seperti ini Mas! Kamu tidak perlu mengarang cerita jika Emak sudah meninggal!""Kamu lihat ini, Nis! Itu adalah makam Emak, kamu lihat sendiri' kan di atas nisan itu tertulis nama Emak!" ucapku menyodorkan ponsel ke hadapan Nisa.Tangisan Nisa semakin menjadi, ia tak mampu berkata apa-apa saat melihat foto makam Emak yang masih merah. Foto yang aku ambil saat prosesi pemakaman kemarin.
Fadlan dan Aqila kembali masuk kedalam kamar, mereka sama sekali tidak mau mendengar penjelasan sang Kakak. Nisa hendak menyusul mereka. Namun, Lilis segera mencegahnya. "Tidak usah, Nis! Biarkan mereka berdua tenang dulu. Adik-adikmu sangat kehilangan Emak, mereka tentu sedih dan kecewa karena kamu tidak ada disaat mereka membutuhkan. Lebih baik sekarang kamu sabar dulu, tunggu kondisi mereka tenang. Aku yakin, lambat laun mereka akan mengerti dan kembali menerima kehadiranmu. Bagaimanapun juga, kamu adalah keluarga mereka satu-satunya!" "Betul kata Mbak Lilis, kamu harus sabar menghadapi mereka. Beri mereka waktu untuk menenangkan diri!" timpalku. Nisa pun mengangguk, ia kembali ke ruang tengah. Wajahnya tampak murung dan sedih.