Sinar matahari menerobos kaca kamar hotel. Cinta mengerjapkan mata nya sesaat dan merasakan sedikit pusing. Cinta hendak beranjak bangun ketika tiba tiba menyadari ada tangan seseorang dibawah kepala nya.dan satu tangan lagi melingkar di pinggang nya.
Cinta menoleh kebelakang dan betapa terkejut nya dia mendapati Daniel tertidur nyenyak sambil memeluk nya
"Kamu? Siapa kamu? apa yang kamu lakukan disini? mengapa kamuada di kamar saya?" Cinta berteriak sembari menjauh dari Daniel.
Daniel pun terbangun dan kaget karena mendapati ada Cinta disamping nya. Kedua nya berteriak bersamaan setelah menyadari keadaan mereka yang tidak mengenakan sehelai benang pun. Beruntung di samping ranjang ada bathrobe. Cinta buru buru mengenakannya.
Daniel pun demikian.meraih handuk dan melilitkan di pinggang nya.
Cinta berniat berlari keluar, dan berteriak meminta tolong. Tapi dengan cepat Daniel membungkam mulutnya
Tidak putus asa, Cinta memukul-mukul lengan dan pundak Daniel dengan keras.
Sehingga bungkaman tangan nya terlepas. Cinta kembali melarikan diri dan berteriak meminta tolong.
Daniel menarik tubuh Cinta dan memeluk nya erat, serta merta langsung membungkam kembali mulut Cinta dengan mulut nya. Cinta terkejut dan mata nya membulat sempurna.
"Tenanglah, kita bicarakan ini baik baik."
Daniel melepas bungkaman mulut nya.
"Kamu ingat, siapa saya?" Daniel bertanya dengan lembut
"A-aku … aku ingat kamu membawa ku kehotel ini karena tidak tega melihat aku sendirian berteduh ditempat sepi." Cinta mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam
"Lalu, apa lagi yang kamu ingat?" Daniel masih bertanya tanpa melepaskan Cinta dari pelukannya.
"Ketika kamu akan pergi, aku meminjam handpone mu dan setelah itu kita makan bersama." Cinta terus mencoba mengingat kejadian semalam.
"Lalu, apalagi yang kamu ingat?" Daniel mendekatkan wajahnya dan memeluk Cinta dengan erat.
"Aku merasa tubuh ku panas dan kita sama sama terjatuh. Lalu …." ucapan Cinta terpotong ketika dia mengingat kejadian malam tadi. Cinta mengingat bagaimana mereka saling pandang dan akhirnya bercumbu. Selanjutnya samar samar Cinta mengingat bagaimana Daniel melepas pakaian Cinta satu persatu dan mereka melakukan penyatuan.
"Tidak … tidakkkkk … Itu tidak mungkin. Aku pasti hanya bermimpi. Itu tidak mungkin terjadi … tidak mungkin."
Air mata Cinta luruh. Cinta mendorong kasar tubuh Daniel, memungut pakaian nya yang berserakan di lantai dan berlari kekamar mandi.
Cinta berniat untuk mandi. Tapi dia urungkan karena dia harus cepat cepat pergi dari sana. Ketika Cinta telah memakain pakaian lengkap. Dia mengendap endap hendak keluar. Tapi Daniel menahan nya.
Cinta menatap Daniel dengan penuh kebencian.
"Aku tau ini adalah kesalahan. Aku bersalah karena telah melakukan perbuatan yang tidak benar." Daniel maju dan berniat meminta maaf.
"Seharusnya aku tidak mempercayai mu dari awal. Kamu benar benar manusia licik. Kamu memperkosa aku ... kamu jahat!" Cinta mendorong tubuh Daniel yanh hendak maju.
"Aku minta maaf. Tapi sungguh. Itu bukan pemerkosaan. karena kamu tidak menolak dan melakukan perlawanan atas cumbuan ku, Aku salah. Dan atas kesalahan ku. Aku akan memberikan kompensasi padamu."
Daniel menatap maisya dengan serius.
"Kompensasi? kompensasi apa yang kamu berikan? uang? kamu pikir, itu bisa membayar dosa yang terjadi tadi malam?" Cinta berteriak histeris.
"Aku akan menikahimu. Aku akan menjadikanmu istri ku." Danirl menjawab dengan mantap
"Apa? menikah? kamu pikir aku sudah gila? kita bahkan tidak saling kenal. Aku tidak mencintai mu. Dan satu lagi yang harus kamu tau, aku tidak sudi menikah dengan lelaki yang berbeda keyakinan denganku!" Cinta berkata seraya menunjuk ke leher Daniel yang memakai kalung liontin kepercayaannya.
Daniel terpaku mendengar jawaban Cinta.
Cinta kembali berlari ke arah pintu. Tapi ... lagi lagi Daniel menahannya dengan meraih tangan Cinta.
"Kamu harus menyetujui kompensasi yang Aku berikan." Daniel masih tetap memaksa dan mencekal pergelangan tangan Cinta.
Plaakkkk
Cinta menampar pipi Daniel
Cup
Tapi, didetik berikutnya, Daniel kembali meraih kepala Cinta dan mencium bibirrnya
"Kamu tampar, aku cium." ucap Daniel menatap tajam
Plakkkk
Cinta kembali menampar pipi Daniel.
Dan Daniel pun kembali meraih kepala maisya dan mencium nya.
Cinta melayangkan tangan nya untuk ketiga kali. Dan Daniel menyodorkan pipinya. Gerakan Cinta tertahan karena dia tidak ingin dicium Daniel ke tiga kalinya.
"Aku tidak akan pernah menikah dengan laki laki berbeda keyakinan." Cinta menatap Daniel dengan tajam.
"Aku akan ikut keyakinan mu." ujar Daniel melangkah mendekati Cinta.
"Aku tidak sudi menikah dengan laki laki yang tidak aku cintai." Cinta semakin mundur karena Daniel terus maju mendekati nya.
"Sekarang. Kamu memang tidak mencintai ku. Tapi aku akan membuat mu jatuh cinta padaku." Daniel tersenyum menatap Cinta.
"Aku bukan perempuan yang mudah jatuh cinta, dan aku tidak akan pernah percaya pada cinta. Jangan pernah bermimpi untuk menikah dan membuat aku jatuh cinta padamu." ujar Cinta dengan tatapan tak kalah tajam.
Cinta lalu berlari keluar . Sebelum Daniel berhasil menahan nya kembali.
Andi , ikuti perempuan yang keluar dari kamarku. Dan cari tau tentang dia. Laporkan padaku secepatnya." Daniel menghubungi asistennya. "Baik bos. Akan saya laksanakan." jawab Andi diseberang telepon. Cinta berhasil keluar dari hotel. Didalam lift Cinta memperbaiki penampilannya yang acak acakan. Cinta tertegun . Bagaimana menjelaskan kepada keluarga nya, karena semua belanjaan Cinta tertinggal di hotel. Cinta hanya membawa handpone dan dompetnya saja. Cinta melambaikan tangannya ke arah tukang ojek yang melintas. "Terminal BHI ya pak!" "Baik neng." Sepanjang perjalanan. Cinta masih harus berfikir, bagaimana cara nya menjelaskan pada keluarga nya tentng belanja yang dia tinggalkan di hotel. Terpikir untuk membeli lagi, tapi Cinta menyadari bahwa dia tidak punya cukup uang lagi. Ojek yang Cinta
Tokkk tokkk tokkk "Bos. Ada tamu yang ingin bertemu dengan bos." Andi menemui Daniel di ruangannya. "Siapa?" Daniel mengangkat wajahnya menatap Andi. "Tidak tahu bos. Kata nya sangat penting." ujar Andi. " oke. Suruh masuk." Daniel meletakkan pulpennya. Seorang laki laki dengan mengenakan pakaian casual , dan kamera di lehernya berdiri di depan meja Daniel. "Silahkan duduk!" Daniel memandang heran lelaki itu. Karena dia tidak mengenal orang tersebut. "Terima kasih." lelaki itu mendudukkan bokongnya di kursi yang disediakan. "Ada perlu apa, ya?" Daniel langsung bertanya karena dia sangat sibuk "Anda sombong sekali, seharusnya anda bertanya dulu siapa saya," ujar lelaki itu menyunggingkan bibirnya. "Oh. Maaf, Saya sedang sibuk. Jadi saya rasa sebaiknya langsu
Siang itu Daniel dan Andi membuka aplikasi dimana Daniel memesan makanan untuk Cinta malam itu.Mereka lalu menelusuri letak restoran tersebut melalui aplikasi Google map.Andi mengemudi kendaraan dengan kecepatan sedang. Daniel terlihat masih termenung dengan kedatangan paparazy di kantornya tadi."Menurutmu, apa ada sesuatu dalam makanan yang aku pesan untuk Cinta?" Daniel menatap Andi dari kaca spion"Saya tidak tau pasti, Bos. Tapi firasat saya mengatakan, ada yang tidak beres dengan makanan tersebut." Andi balas menatap Daniel."Mengapa kamu bersikukuh mengajak ku kesana?" Daniel memberondong Andi dengan pertanyaan"Insting saya mengatakan bahwa makanan yang anda pesan telah dicampur dengan obat perangsang, Bos." Andi menjawab sembari terus melajukan kendaraan."Aku tidak yakin. Restoran itu tidak mungkin melakukan kesalahan yang akan merusa
Pagi ituCinta menerima telepon dari admin jasa pengiriman untuk mengambil paket yang datang kemarin sore.Cinta menemui Ibunya di kantin sekolah."Bu, aku mau ke kota, ambil paket." Cinta menyalami ibunya."Iya, hati-hati dijalan, Nak!" Sahut ibunya.Cinta mengendarai sepeda motornya. Membelah jalan raya dan memasuki parkiran sebuah kantor jasa pengiriman.Setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, Cinta akan mengambil paket pelanggan jualan onlinenya di kantor ini.Setelah mengambil paket dan menyusunnya di motor. Cinta berniat melajukan sepeda motornya. T
Daniel dan Andi melanjutkan perjalanan pulang ke apartemen. Sepanjang perjalanan, Daniel terlihat senyum sendiri sambil sesekali mengusap bibirnya.Andi yang melihat bosnya dari spion bertanya-tanya."Hmmmm ... sepertinya bos sedang berbahagia," Andi melirik bosnya dari kaca spion mobil"Tidak. Biasa saja. Mengemudi yang benar!" Daniel menyangkal, tapi masih tersenyum."Setiap melihat wajahnya , aku merasa ingin di dekatnya dan mendekapnya," gumam Daniel di dalam hati."Boss, saya sudah menemukan dimana paparazy itu tinggal!" ucap Andi tiba-tiba."Kalau begitu, langsung kesana saja. Aku akan
Pagi ituCinta kembali menerima telepon dari admin jasa pengiriman, untuk mengambil paketnya.Cinta berharap, kali ini dia tidak bertemu lagi dengan Daniel, karena Cinta benar-benar malas berdebat dengannya.Cinta memarkirkan sepeda motornya di halaman kantor jasa pengiriman.Seperti biasa. Cinta mengambil paket orderan jualan online yang ditekuninya selama 1 tahun terakhir.Cinta masuk, dan mengambil beberapa paket yang telah dimasukkannya kedalam kardus. Lalu mengikat kardus tersebut di jok belakang sepeda motor.Cinta mengedarkan pandangannya ke sekeliling halaman parkir kantor tersebut. Dan Cinta bernapas lega karena tidak melihat kendaraan Daniel.Cinta melajukan sepeda motornya membelah jalan raya. Tiba-tiba, sebuah mobil mengklakson Cinta dengan berkali-kali. Refleks Cinta melajukan sepeda motornya lebih ke pinggir jalan. Tapi
PlakkkkkkkCinta melayangkan tamparan ke wajah paparazi."Hahahaha! Anda ternyata galak juga, Nona. Saya fikir, jika dosis obat peransang itu saya tambahkan, anda akan melayani saya dengan maksimal!" Paparazi mengambil sebuah botol air mineral ."Apa maksud anda?" Cinta semakin ketakutan"Yahhhhh ... saya telah mencampur makanan yang dipesan tuan Daniel dengan ini," ujar Paparazi seraya memperlihatkan sebuah botol kaca berukuran kecil. Lalu paparazi memasukkan seluruh isi botol tersebut kedalam air mineral."Apa yang anda lakukan?" Cinta mundur dan mencoba meraih handle pintu mobilTapi paparazi lebih sigap mengunci pintunya.Cinta semakin ketakutan ."Ckckckckck, Nona Cinta, saya tidak meminta anda melayani saya dengan sepenuh hati. Karena setelah meminum ini. Anda akan menjadi liar dan binal dari malam itu." Paparazi kembali menyeringai."Tolong lepaskan saya!" Air mata Cinta luruh."Sayangku &hellip
*******"Menurut mu apa yang dilakukan paparazi terhadap Cinta?" Daniel mendudukkan bokongnya di kursi kantin rumah sakit"Saya juga tidak bisa menebak bos. Tapi kalau mendengar cerita penjual buah tadi, sepertinya Nona Cinta ketakutan." jawab Andi sambil meletakkan gelas berisi air mineral.Daniel mengerutkan keningnya."Kita harus secepatnya menemukan dan memberi pelajaran paparazi itu. Aku khawatir, kedepannya dia akan terus mengganggu Cinta." Daniel menatap serius kepada Andi."Tentu saja, Bos! menurut saya Paparazi menginginkan sesuatu dari Nona Cinta. Nanti, kita bisa tanyakan kalau Nina Cinta sudah bangun." Andi menyandarkan tubuhnya di kursi. Lalu kembali meneguk air mineral."Aku tersiksa melihat Cinta seperti ini, aku tidak ingin ada orang yang melukainya." Daniel mengepal kedua t
"Heh, Cinta, awas aja ya, kalau terjadi sesuatu pada Carisa, Adit akan membawa Carisa pulang ke rumah kami!" ujar wanita paruh baya yang juga ikut bersama lelaki dengan mencebikkan bibirnya. Daniel kembali menatap Cinta, Daniel benar-benar tidak mengerti siapa sebenarnya mereka.Seorang perawat menghampiri mereka berempat. "Bapak, Ibu, tolong tenang! Jangan membuat keributan di sini!" ujar perawat tersebut seraya melenggang pergi.Mereka berempat pun duduk di kursi tunggu. Cinta menjauhi Daniel dan berusaha untuk terus meminta maaf kepada kedua sosok yang baru saja datang itu, membuat Daniel semakin heran siapa mereka sebenarnya?Setelah sekian lama menunggu, akhirnya melhat Carisa dari kaca pintu, perasaan Cinta benar-benar tidak tenang. Cinta tidak bisa duduk diam menunggu di luar ruangan, namun, jika masuk ke dalam pun, Cinta takut akan mengacaukan Dokter dan tenaga medis lainnya."Dengar ya
"Tenang, Bu! Semoga Carisa tidak apa-apa." Ujar Bidan sambil memegang infus yang tersambung ke tangan Carisa."Andi, cepat!" Seru Cinta dengan suara parau. Perasaan Cinta teramat sangat tidak karuan, Cinta takut terjadi sesuatu yang sangat buruk pada Carisa, sehingga air mata tak henti-hentinya mengalir dari pelupuk matanya.Cinta terus memeluk Carisa dengan erat dengan sesekali menyeka keringat dingin yang mulai keluar dari tubuh Carisa.Melihat keadaan cinta yang teramat sangat cemas, Andi melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sehingga perjalanan yang seharusnya ditempuh selama satu jam mampu ditempuh hanya dalam tiga puluh menit. Andi juga memasang suara sirine ambulance dari mobil, agar kendaraan yang lain segera menyingkir. Andi tidak peduli jika nanti yang dilakukannya itu akan berdampak melanggar aturan, yang terpenting adalah Carisa segera sampai ke rumah sakit.Sampai di ruma
Cinta melangkah maju dengan perlahan, dan mendekati Daniel. Selangkah, dua langkah, tiga langkah.Daniel merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Seseorang menyandarkan kepalanya di punggung Daniel, memeluk tubuhnya dengan erat. Daniel membalikkan badannya, dan tersenyum menatap Cinta yang memeluk pinggangnya dengan erat."Ada apa, Sayang?" Daniel membelai rambut Cinta dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya mematikan kompor.Cinta hanya menggelengkan kepalanya,Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Daniel menangkup wajah Cinta dengan kedua tangannya. Lalu mengecup kening dan ujung hidung Cinta dengan lembut sehingga Cinta memejamkan matanya, menikmati debar jantungnya yang mulai tak karuan."A_aku merindukanmu," ucap Cinta menatap manik mata Daniel. Menyelami sorot mata yang tajam namun sangat meneduhkan."Aku juga merindumu, Sayang
Daniel meninggalkan Cinta ke luar kamar, khawatir akan tergoda melihat Cinta yang tertidur pulas.Namun, pikiran kotor kembali merasukinya."Hey, Daniel, sudah saatnya kamu memiliki istrimu, dia halal untukmu, sudah saatnya kamu menaklukkannya" pikiran itu terus berkelana membuat Daniel kembali membuka pintu kamar dan mendekati Cinta yang tergeletak dan tertidur pulas di atas ranjang.Tatapan mata Daniel kembali tertuju pada kancing baju bagian atas yang tadi dia buka. Daniel naik ke atas ranjang, menelusuri wajah Cinta yang memang sangat cantik.Daniel mendekatkan wajahnya, mengecup bibir Cinta dengan lembut. Menyesapnya dengan perlahan, dan satu tangannya mulai membuka kancing bagian kedua kemeja Cinta. Daniel menurunkan kecupannya ke arah leher jenjang Cinta."Mmmhhh ...." Desahan kecil keluar dari bibir Cinta.Daniel kembali mengecup bibir Cinta dengan rakus. Cinta membuka matanya,
"Ada apa?" Cinta memundurkan dirinya dari hadapan Daniel.Namun, terlambat. Daniel terlebih dahulu meraih tengkuknya dan melabuhkan ciuma di bibir Cinta. Menyesap bibir yang menjadi candu baginya. Melumatnya dengan penuh cinta.Cinta tidak mampu menolak, kerinduan yang dirasakannya membuat Cinta membiarkan Daniel mengecup dan menyesap bibirnya dengan pelan."Aku merindukanmu." Bisik Daniel di telinga Cinta.Cinta hanya tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.Jarak dari perusahaan menuju rumah Cinta hanya memakan waktu sepuluh menit."Assalamualaikum." Cinta mengucap salam dan mempersilahkan Daniel masuk ke dalam rumahnya."Waalaikumsalam." Terdengar jawaban dari dalam.Ayah dan Ibu Cinta membuka pintu dan melihat Cinta bersama seorang lelaki.Ayahnya mengerutkan keningnya melihat penampilan Daniel yang tid
Cinta mengikuti langkah Rina, memasuki sebuah kantor yang sederhana. Cinta tercenung sesaat, Rina meraih tangan Cinta, meminta untuk mengikutinya."Silahkan, Bu …" ujar Rina mempersilahkan Cinta masuk."Assalamualaikum." Cinta mengucap salam."Waalaikumsalam." Jawab beberapa orang dari dalam bersamaan."Bu Cinta, silahkan duduk," sapa seorang laki-laki yang Cinta kenal dengan baik. Laki-laki itu biasa Cinta panggil Bang Iqbal."Makasih, Bang," ucap Cinta tersenyum sambil mendudukkan bokongnya di kursi yang di sodorkan Bang Iqbal."Pak Nai, ini Bu Cinta." Bang Sudir memperkenalkan Cinta pada seorang laki-laki yang tersenyum padanya."Dan … mmmm … Pak Daniel?" Cinta kaget karena saat ini Daniel berada dihadapannya. Cinta tidak bisa mencerna semua ini, bagaimana mungkin Daniel berada di sini."Lho, B
"Ini adalah tabungan Aku selama bekerja di perusahaan Lucky. Corp." Cinta memberikan buku tabungan tersebut kepada Ayahnya."Hahh? Apa Ayah tidak salah lihat, Nak?" Pak Ruslan memandang Cinta dan buku tabungan tersebut secara bergantian."Tidak Ayah, itu adalah kebenarannya. Makanya, aku tidak takut dengan ancaman Pak Karta." Cinta mengulurkan tangannya untuk mengambil buku rekening tersebut, Pak Ruslan pun memberikannya kepada Cinta."Jika jumlahnya sebanyak itu, sedangkan Kamu tiap bulan menanggung biaya hidup kami, dan membayar cicilan Bank juga, berapa gaji kamu setiap bulan, Nak?" Pak Ruslan mengernyitkan dahinya karena tidak menyangka kalau gaji yang diterima Cinta dari perusahaan tempatnya bekerja sangat besar."Aku diberi gaji pokok sebesar dua belas juta rupiah, lalu ada tunjangan makan dan transportasi dari perusahaan. Total keseluruhannya mencapai dua puluh lima
Minggu sore, Cinta diantar oleh Carisa dan ayahnya ke perbatasan kota. Andi sudah menunggu dengan senyuman khasnya."Jadi, mama selalu naik mobil itu setiap hari?" tanya Carisa menatap ke arah Cinta."Iya, Sayang, itu mobil perusahaan," jawab Cinta tersenyum."Itu kan, mobil mahal, Ma. Wahhh mama keren. Besok-besok, Carisa mau dong, Ma diajak naik mobil itu," ujar Carisa menunjuk ke arah mobil tersebut."Iya, Sayang. Tentu saja boleh," sahut Cinta membuat Carisa bersorak bahagia.Cinta lalu berpamitan dan mobil bergerak meninggalkan Carisa dan ayahnya. Cinta melambaikan tangannya. Ada perasaan sedih meninggalkan putri semata wayangnya selama 4 hari.Mobil melaju dengan kecepatan sedang dan berhenti disebuah mini market."Ada apa, Andi?" tanya Cinta heran.Belum sempat Andi menjawab, Daniel masuk ke dalam mobil dan duduk disamping Cin
Cinta tiba di rumahnya pukul sembilan pagi. Ketika Cinta baru saja mengucap salam, Carisa berhambur memeluknya."Pokonya Carisa gak mau Mama menikah!" Carisa merengek dalam isak tangisnya."Iya, Sayang, Mama tidak akan menikah." Cinta membelai rambut Carisa dan menggendongnya masuk ke dalam rumah.Cinta menghampiri ayahnya yang sedang duduk di depan televisi."Yah, Aku mau bicara!" Cinta mendudukkan bokongnya disamping sang ayah. Sedangkan yang di ajak berbicara hanya menoleh sejenak, lalu kembali menatap layar televisi."Kenapa Ayah mengizinkan Davin datang kemari?" tanya Cinta dengan hati-hati."Kamu tau sendiri, Davin orang penting di sini. Apa katanya nanti kalau Ayah melarang dia datang?" jawab Ayahnya panjang lebar.Cinta baru saja hendak menyanggah perkataan ayahnya, tiba-tiba pintu rumah diketuk dari luar.Tok