“Maaf jika penampilanku membuat kalian berdua kecewa,” kata Deric.
Caraline mengembus napas panjang beberapa kali, menoleh pada Helen sekilas. Asistennya itu nyatanya tengah menunduk dalam, di mana jemarinya saling meremas satu sama lain. Wajahnya yang memerah mengindikasikan jika dirinya tengah gemetar.
Caraline menggeser tubuh dari Helen beberapa langkah, kemudian berbalik seraya mengibas rambut. Kedua tangannya refleks terlipat di depan dada. “Penampilanmu masih buruk seperti biasanya,” ucapnya pada Deric.
“Benarkah?” Deric mengamati penampilannya beberapa kali. “Jadi aku harus berpenampilan seperti apa agar terlihat baik di matamu?”
“Ber-berhenti bicara omong kosong. Ke-keburukan adalah sisi lain darimu.” Caraline menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. “Pakaian mahal tidak lantas akan mengubah seseorang.”
“Helen,” panggil Deric sembari mendekat.
“I-ya.” Helen masih membela
Terima kasih sudah mendukung "Unperfect Husband" sampai sejauh ini. Jangan lupa berikan dukungan kalian dengan cara vote bintang 5, beri gem sebanyak mungkin, komen, dan share cerita ini ke teman-teman kalian yang lain. Terima kasih
Setengah jam kemudian, Deric dan Helen tiba di rumah sakit Heavantown. Sebelum turun dari mobil, Helen sengaja memakai selendang dan kacamata hitam untuk menyamarkan penampilan. Ini sebagai antisipasi jika ada beberapa pengunjung nakal yang memotret dirinya di rumah sakit ini secara diam-diam. Ia tak ingin kedatangannya ke tempat ini justru menghadirkan asumsi buruk di masyarakat, terlebih datang dengan seorang pria.Rumah sakit ini merupakan rumah sakit terbaik di Kota Heaventown. Banyak kalangan pejabat, selebritis, hingga pengusaha terkenal menggunakan jasa lembaga kesehatan itu. Oleh karena itu, tak heran jika beberapa awak media cukup sering lalu lalang di tempat ini. Untuk menghindari hal yang tidak diiinginkan, Helen sengaja memilih menggunakan jalur VVIP untuk menuju ruangan Dokter Tommy.“Jujur saja, aku menyukai penampilan barumu, Helen,” kata Deric ketika dirinya dan Helen baru saja memasuki elevator.Helen sedikit menggeser jarak dengan D
“Ceritakan semua hal tentang Deric padaku,” kata Caraline.Jeremy, Jonathan dan James sontak tercenung ketika mendengar ucapan Caraline. Ketiga saudara itu menoleh satu sama lain, diam beberapa saat.Melihat respons itu, Caraline hanya memutar bola mata. “Aku mengundang kalian bukan untuk melihat tingkah kalian yang menyebalkan. Jika kalian ingin aku menginvestasikan uangku di perusahaan kalian, jawab pertanyaan dengan jujur dan jangan membuang waktuku lebih lama.”“Ba-baik, Nona,” sahut Jeremy, “Anda ingin kami bercerita dari mana?”“Terserah,” ketus Caraline seraya mengalihkan pandangan ke samping. “Kalian boleh mengatakan apa pun selama itu perlu kudengar. Aku tidak akan memotong ucapan kalian.”Jeremy masih menyuguhkan senyum penuh keterpaksaan. Ia sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran wanita di depannya. Kenapa demi hal yang berhubungan dengan Deric, Caraline mau memba
Helen menghabiskan waktu dengan membaca beberapa majalah kesehatan di ruang tunggu. Setelah puas dijejali informasi, wanita itu memilih sedikit bersantai. Sudah hampir setengah jam Deric diperiksa Dokter Tommy, tetapi belum ada tanda-tanda jika pria itu akan kembali.Helen memutuskan untuk berjalan-jalana mengelilingi sekitar area rumah sakit. Wanita itu bisa bergerak lebih leluasa karena ruangan VVIP ini sepi dari kerumunan orang. Pihak media akan kesulitan memasuki kawasan ini jika tidak memiliki kartu akses. Puas mengitari sekeliling, Helen kembali duduk di ruang tunggu.Helen menoleh ketika ponselnya bergetar. Ia mendapat sebuah pesan dari tim yang ditugaskannya untuk mencari informasi terkait tugas khusus yang diberikan Caraline padanya. Sebelah alisnya segera tertekuk ketika melihat judul file yang dikirimkan anak buahnya.“Daftar pasien kecelakaan enam tahun yang lalu di semua rumah sakit di Kota Springtown,” ujar Helen. Helen sa
“Dia adikku,” kata Caraline dengan nada datar, tetapi menusuk.James sontak menegang. Rahangnya seakan lapuk hingga mulutnya menganga lebar bak terowongan. Sementara itu, Jeremy dan Jonathan dengan kompak meneguk saliva. Wajah ketiga bersaudara itu mendadak pucat pasi seperti susu basi.James mengelus rambut beberapa kali, menunduk dalam, menjadikan sepatu sebagai objek pelarian. Ia tak berani menoleh sedikit pun pada kedua kakaknya, terlebih pada Caraline. Ia sudah tahu bagaimana nasibnya dipertaruhkan setelah ini. Jeremy dan Jonathan sudah dipastikan akan menghajarnya kembali.Sementara itu, mendengar penuturan James, Caraline hanya bisa meremas ujung gaun kuat-kuat. Matanya memelotot tajam dengan genangan air mata yang tertahan. Udara seakan menipis hingga dirinya kesulitan untuk bernapas. Ia sama sekali tak berani membayangkan bagaimana kehidupan Carla di sekolah.Caraline menyandarkan punggung ke sandaran kursi dengan pelan, lalu menoleh
Caraline kembali ke ruangan ketika dirasa siap. Bagaimanapun juga wanita itu tidak boleh menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Apa pun hasil dari pembicaraan ini, ia harus siap untuk menerima semua konsekuensinya.Caraline berusaha mencari posisi duduk ternyaman. Wanita itu menyugar rambut beberapa kali untuk mengesankan jika dirinya baik-baik saja. Meski begitu, atmosfer ruangan ini kembali menyudutkannya. Ia benar-benar merasa tak nyaman. Ayolah Caraline, batinnya.“Ceritakan padaku soal kecelakaan yang menimpa Deric,” kata Caraline dengan satu tarikan napas. Jemarinya sampai menarik gaun bawah dengan agak kuat.Jeremy dan Jonathan sontak saja tercekat. Keduanya saling bertukar pandangan cukup lama, diam untuk memastikan pertanyaan yang baru saja terlontar. Terkhusus James, ia hanya bisa menatap kedua kakaknya yang dilanda keterkejutan. Ia yang akan mengambil kue, kembali menarik tangannya.“Ke-kecelakaan?” tanya Jeremy m
Caraline mengembus napas panjang ketika baru saja keluar dari ruangan. “Awasi tiga pria itu selama berada di rumahku,” ujarnya pada para penjaga.“Baik, Nona,” balas tiga pria berseragam hitam dengan serempak.Caraline melangkah menuju kamar. Ketika memasuki ruangan, ia menemukan Grace dan beberapa maid tengah mengatur boks-boks kardus. Kamar ini tampak penuh dengan barang-barang Deric. “Keluar dari ruangan ini sekarang juga,” pintanya sembari menunjuk pintu.“Baik,” jawab para maid kompak.Setelah para asisten rumah tangga itu meninggalkan kamar, Caraline segera mengunci pintu, duduk di sofa yang berhadapan tak jauh dari tumpukan barang milik Deric. Wanita itu mengembus napas panjang, memijat dahi perlahan. Ketiga saudara Deric nyatanya tak serta-merta menjawab dahaga penasarannya. Masih ada rahasia tersembunyi tentang sosok Deric.Caraline beranjak dari sofa, mulai mengecek boks. J
Begitu keluar dari ruangan, Jeremy segera berjalan menuju tangga dengan langkah terburu-buru. Melihat sang kakak yang seperti tengah dikejar hantu menyeramkan, Jonathan segera mengikuti dari belakang.“Ada apa, Kak?” tanya Jonathan ketika keduanya berjalan sejajar di anak tangga, “apa ada sesuatu yang mengganggumu?”“Ikuti aku dan jangan banyak bicara,” balas Jeremy tanpa menoleh sedikit pun.Jonathan mengangguk singkat, lantas menoleh pada James yang tengah memandangi bangunan rumah ini dengan sorot penuh kekaguman. Sejujurnya, ia masih sebal dengan tingkah adiknya. James tampak tak acuh dengan masalah yang baru saja ditimbulkannya.“Terima kasih,” ujar Jeremy ketika seorang maid memberikan segelas minuman.Jonathan langsung tersadar jika dirinya sudah menapak di lantai bawah. Ia segera mengambil segelas minuman, kemudian menyusul Jeremy yang sudah lebih dahulu berjalan ke arah pintu keluar.
Jeremy memutuskan duduk di kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Satu tangannya memijat kening, sedang tatapannya tertuju pada kristal bening di mulut danau. Pria itu lebih memilih menyingkir dibanding harus larut dalam obrolan Jonathan dan James yang sama sekali tidak berguna.Jeremy tenggelam dalam lamunan. Jika dugaan soal Caraline yang merupakan pelaku penabrakan Deric itu benar, maka teka-teki yang menjejali pikirannya sedikit banyaknya akan menemukan jalan terang. Sejujurnya, dirinya dan kedua adiknya tak terlalu peduli dengan kecelakaan yang menimpa Deric, sehingga tak menaruh perhatian mendalam pada pelaku tabrak lari tersebut. Toh, cacat atau tidaknya Deric, hal itu tidak akan mengubah penilaian mereka tentang sosoknya.Akan tetapi, setelah Caraline bertanya mengenai hal itu dan merasa jika masalah itu penting, Jeremy justru menjadi penasaran akan kebenaran di balik tragedi itu.Apa Caraline sengaja mencari Deric selama ini untuk mempertanggun
Jeremy, Jonathan dan James tampak tegang saat mengikuti seorang pengawal menuju pinggiran taman. Deburan ombak menjadi musik pengiring degup jantung mereka yang menggila. Ketiganya mendadak terdiam ketika melihat Deric tengah memunggungi mereka di dekat pagar. Tak lama setelahnya, pengawal tadi memilih pamit. Untuk beberapa detik lamanya hanya ada keheningan yang meruang di antara keempat pria itu. Jeremy, Jonathan dan James saling melempar tatapan satu sama lain, bingung dengan tindakan apa yang akan mereka ambil saat ini. Haruskah mereka pamit? Deric perlahan berbalik, tersenyum menyambut ketiga saudara tirinya. Ia berjalan mendekat, tetapi Jeremy, Jonathan dan James sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka atau bahkan menoleh ke arahnya. “Aku sudah menunggu kedatangan kalian,” kata Deric. Jeremy, Jonathan dan James sama sekali belum menggubris pertanyaan Deric. Wajah mereka juga belum sepenuhnya terangkat. “Bukankah kau sangat merinduk
Enam bulan kemudian Kabar pernikahan Presiden Universe Corporation membuat satu negara menjadi heboh. Banyak para wanita yang memimpikannya menjadi pasangan tiba-tiba merasakan patah hati dan kesedihan mendalam. Tak sedikit yang menjadikan hari itu sebagai hari patah hati nasional.Desas-desus beredar bak jamur di musim hujan mengenai siapa wanita beruntung yang akan menjadi pasangan seorang Jacob Balderic. Setelah enam bulan lalu sosok Presiden Universe Corporation itu muncul di publik dan memperkenalkan dirinya, pria itu sama sekali tidak pernah muncul kembali di hadapan media. Namun, beritanya terus memenuhi lini berita dan tayangan televisi.Kemudian setelah seminggu kabar penikahan itu terdengar, media berhasil membongkar siapa wanita beruntung tersebut yang tak lain adalah Caraline. Banyak pihak yang setuju dengan hal itu, berpendapat jika kedua sangat cocok. Akan tetapi, tak sedikit yang justru mencibir dan merundung Caraline di
Hampir semua mata tertuju pada seorang pria tampan bermanik biru yang baru saja mengakui dirinya sebagai pemilik perusahaan nomor satu di negara ini. Suasana acara seketika sunyi senyap, begitupun dengan orang-orang yang melihat berita dari saluran televisi dan internet. Tak lama setelahnya, decak kagum penuh pujian bersahutan dengan tepuk tangan yang bergemuruh.“Astaga, Nona.” Helen yang terkejut tanpa sadar mengguncang tubuh Caraline. “Bukankah itu Tuan Deric? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Dia bisa berjalan dengan kedua kakinya dan saat ini dia berada di depan Nona.”Helen menoleh pada Caraline yang tengah menunduk dengan wajah diliputi senyuman. Saat menyadari sesuatu, Helen dengan cepat mengendalikan diri. Kini, ia tahu alasan di balik perubahan Caraline selama dua minggu ini.“Nona Caraline,” panggil Helen dengan senyum merekah. Meski ada retakan di hatinya, ia ikut berbahagia ketika melihat Caraline saat ini.
Seminggu berlalu setelah pertemuan Caraline dengan Deric di rooftop gedung. Namun, senyum bahagianya tak kunjung juga reda. Helen, Stevan serta seluruh maid dibuat tak mengerti akan sikap wanita itu. Jika beberapa bulan yang lalu Caraline dirundung kesedihan, maka selama seminggu terakhir, ia justru diliputi kebahagiaan.Caraline mengunjungi sebuah acara yang diselenggerakan oleh salah satu anak perusahaan Universe Coporation di sebuah taman luas. Banyak pejabat dan pengusaha terkenal ikut hadir dalam acara, termasuk Henry Hulbert.Caraline benar-benar tak bisa duduk dengan tenang ketika melihat Henry Hulbert tampil di atas panggung. Pandangannya seringkali tertuju ke sekeliling. Besar kemungkinan jika Deric juga berada di acara ini, pikirnya.Caraline sama sekali tidak menerima pesan apa pun dari Deric selama seminggu ini. Ia juga sengaja tidak menghubungi pria itu. Jika dahulu rindu sangat menyiksa, maka kerinduaan ini justru kian membesarkan rasa cin
Caraline dan Deric saling memandang satu sama lain selama beberapa waktu, ternggelam dalam perasaan masing-masing. Cahaya lampu di sekeliling rooftop tampak berganti warna seiring waktu berjalan.“Aku hanya takut jika kau tidak sadarkan diri lagi seperti waktu itu,” ujar Deric tiba-tiba.“Apa maksudmu?” tanya Caraline dengan pipi merona merah.“Kau tahu, kau tiba-tiba pingsan saat kita akan melakukan ... ‘itu’ di kamarmu.” Deric tertawa, mengelus lembut rambut Caraline.“Pingsan?” Caraline menaikkan satu alis. “Bukankah kita memang pernah melakukannya?”“Sama sekali tidak,” ungkap Deric, “kau sepertinya sangat gugup sampai kau tak sadarkan diri, terlebih selama tertidur kau tidak berhenti tersenyum.”Caraline tiba-tiba saja membelakangi Deric, menutup mata dengan wajah yang sudah sangat merah. Ia benar-benar malu ketika mendengarnya. Jadi
Sekujur tubuh Caraline kian bergetar ketika melihat sosok Deric tengah berdiri di depannya. Ponselnya sampai terjatuh saking tak bisa menahan keterkejutan. Untuk beberapa saat, ia hanya bisa menahan napas dengan tatapan tak berkedip.Caraline serasa ditimpa keterkejutan di atas keterkejutan. Ia memang sangat menginginkan Deric kembali berjalan, tetapi saat melihat hal itu secara langsung, Caraline justru hanya bisa tercenung tanpa bisa melakukan apa pun. Bibirnya setengah terbuka, tetapi dengan cepat kembali tertutup.Bukankah Deric tampak sempurna dengan penampilannya saat ini?Caraline mencubit lengan kirinya kuat-kuat. Ia merasakan sakit yang luar biasa di sana. Hal itu menandakan bahwa dirinya tengah berada di alam nyata. Meski demikian, Caraline masih merasa tersesat di alam mimpi. Deric yang selama ini ia anggap pria yang sudah kehilangan mimpi-mimpinya justru adalah sosok misterius yang selama ini orang-orang ingin ketahui. Deric tak lain adalah sosok pri
“Deric.”Untuk beberapa detik lamanya Caraline hanya bisa terdiam dengan mata membulat lebar. Mulutnya setengah terbuka dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Semua bayangan kebersamaannya dengan Deric seketika menyergap, membuat tubuhnya hampir saja ambruk di lantai. Tetesan air mata tanpa bisa dibendung kian membanjiri pipi.Caraline tahu bahwa dirinya sangat merindukan Deric lebih dari apa pun. Akan tetapi, ketika pria itu sudah berada di depannya saat ini, ia hanya bisa diam tanpa ada keinginan untuk mendekat atau bahkan memeluknya erat.Waktu terasa berhenti bagi Caraline. Semua pemandangan di sekelilingnya mendadak berubah menjadi hitam dan putih, kecuali Deric seorang. Di saat yang bersamaan, dunia menjadi menjadi sunyi senyap.Apa mungkin kerinduannya yang sangat besar pada Deric justru membawa pria itu kembali ke hadapannya?Apa mungkin ini semua khayalan?Apa mungkin saat ini ia berada di alam mimpi?Caraline mas
Dua bulan kemudian Acara pencarian bakat yang diselenggarakan salah satu anak perusahan Universe Corporation mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat. Acara tersebut menduduki peringkat tertinggi selama beberapa minggu acara tersebut berlangsung. Puncaknya pada laga final yang ditayangkan kemarin malam. Para peserta menampilkan hiburan sekaligus penampilan yang sangat luar biasa. Acara tersebut bahkan sampai ditayangkan di beberapa negara tetangga. Antusiasme masyarakat dan warganet pada program tersebut sangat tinggi hingga pihak penyelenggaran berniat untuk kembali menyelenggarakan acara serupa dengan konsep segar dan baru. Sebagai bentuk apresiasi pencapaian dan keberhasilan, diadakan penjamuan makan mewah untuk seluruh mitra yang bergabung dalam program tersebut. Beberapa petinggi Universe Corporation ikut hadir di mana salah satunya adalah Henry Hulbert. Caraline nyatanya masih berada di dalam kama
Satu bulan berlalu dengan cepat. Caraline kembali menata hidupnya yang baru. Diego dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara untuk semua kejahatan yang sudah diperbuatnya. Meski tak sebanding, tetapi hal itu cukup membuat dirinya merasa lega. Di sisi lain, Wilson juga ikut terseret ke dalam jeruji besi. Meski keluarga Wattson berusaha untuk membebaskannya, tetapi pria itu tetap mendapat hukuman tiga tahun penjara.Kehidupan Caraline lmabat laun kembali ke sedia kala seperti sebelum mengenal Deric. Wanita itu disibukkan dengan pekerjaan kantor. Akan tetapi, kerinduan dan rasa cintanya pada pria itu justru kian tak dapat dibendung.Caraline memiliki kebiasan baru saat ini. Ketika dirinya sangat merindukan Deric, ia akan pergi ke bekas kediaman pria itu, lalu bermalam di sana. Caraline akan tersenyum saat melihat deretan foto yang terpampang di dinding dan tak lama setelahnya menangis.Pencarian Deric, Lucy dan Thomas masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun, be