Deric dengan senyum mengembang memandangi setiap sudut ruangan. Tatapannya bergerilya ke arah atap transparan yang malam ini tengah bertabur bintang. Kelip cahaya tampak bersinar menghias langit. Bersama kursi roda, pria itu memutari taman rooftop.
“Tempat ini masih tetap indah seperti terakhir kali aku berada di sini,” kata Deric, “apa ... mungkin aku akan menginap di sini untuk kedua kalinya?”
Caraline tiba-tiba terbatuk mendengar ucapan tersebut. Deric seperti tengah menyindirnya dengan kejadian beberapa bulan lalu, tepatnya saat dirinya ditinggalkan seorang diri di tempat ini.
“Tempat ini seratus kali lebih baik dibanding dengan gubuk kumuhmu,” ketus Caraline dengan kedua tangan di depan dada. Ia mengikuti Deric dari belakang.
Deric kembali melaju, mengitari air mancur dengan tangan yang sengaja menyentuh air. Senyumnya mengembang sempurna. “Aku ... jadi teringat dengan rumahku yang dulu.”
<Caraline memastikan jika aksinya bisa berjalan sempurna malam ini. Wanita itu kembali menikmati hidangan saat melihat Deric melaju ke arah meja. Ekor matanya mengamati pria itu dari atas hingga bawah, lalu berpindah pada gelas yang baru saja ia bubuhi sesuatu.“Sampai kapan kita akan berada di tempat ini?” tanya Deric.Caraline merotasikan bola mata. “Sayang sekali, kita akan menginap di tempat ini dan pulang saat pagi buta.”Deric diam sesaat. Tangannya yang baru akan mengambil alat makan terhenti seketika. “Itu ... ide yang cukup bagus. Kau tahu, aku tiba-tiba teringat dengan aksimu yang menjemputku di pagi buta dengan piyama tidur tanpa alas kaki.”“Hentikan!” Caraline lagi-lagi menggebrak meja. Ia mengingat semuanya dengan jelas. “Itu memalukan dan aku tidak ingin mengingatnya lagi!”“Kau tampak lucu saat itu, tapi aku tidak berani tertawa karena tentunya kau sudah berjuang untuk
“Aku ... akan membawamu ke tempat dan suasana yang tak kalah indah dari surga. Kau siap?” ujar Caraline sembari meraba bahu kokoh Deric.“Kenapa kau repot-repot membawaku ke tempat itu?” tanya Deric.Senyum di bibir Caraline dengan cepat luntur. Wanita itu mengentak lantai sebagai penyalur rasa jengkel. Deric benar-benar cerminan pria tidak peka yang pernah ia temui. Dibanding semua CEO, pebisnis sukses yang mencoba mendekatinya selama ini, kenapa dirinya justru tergila-gila dengan pria di kursi roda ini? Apakah takdir begitu semisterius itu?“Kau benar-benar pandai merusak suasana,” ketus Caraline.“Aku hanya sedikit bingung.” Deric mengangkat bahunya.“Diamlah!” Caraline berdecak, bergerak ke belakang kursi roda, lalu mendorong Deric maju. Tujuannya saat ini tentu saja kamarnya. Di dalam ruangan itu, ia sudah menyiapkan semua kebutuhan untuk melancarkan misinya.Caraline menekan k
“Sebenarnya aku ....” Deric sengaja menggantung ucapan.Caraline menunggu Deric melanjutkan ucapannya. Akan tetapi, hingga beberapa detik menunggu, pria itu sama sekali belum kembali berbicara. “Jangan membuatku menunggu,” ketusnya.“Sebenarnya ... aku gampang tersesat di jalan, terlebih dengan kondisiku sekarang.” Deric terkekeh. “Untuk itu aku akan lama kembali ke rumahmu. Bukankah itu lucu?”“Tidak!” Caraline berdecak. Deric benar-benar membuatnya ketakutan. Tidak ada sedikit pun hal lucu dalam perkataannya. “Tapi, bukankah kau bisa kembali ke gubuk keluarga Aberald setelah setahun lamanya pergi?”Deric tiba-tiba diam. Jemarinya menjauh dari senar gitar. “Kembali ke keluarga Aberald setelah setahun lamanya pergi? Apa maksudmu?”Caraline refleks menegakkan tubuh. Matanya membulat seiring dengan mulutnya setengah terbuka. Ia lagi-lagi berbicara tanpa sadar. &
Musik berhenti bersamaan dengan jemari Deric yang mulai menjauh dari senar gitar. Akan tetapi, debaran di jantung Caraline justru kian bertabuh dengan keras. Untuk beberapa saat, ruangan didekap hening.“Kau punya suara yang bagus,” puji Deric, “terima kasih telah bernyanyi denganku dan menghangatkan suasana malam ini.”Caraline memutar bola mata. “Aku tidak ingin mendengar pujian dari pria sepertimu. A-aku ... aku hanya tak ingin suara jelekmu terus menyikiti gendang telingaku. Jadi, kupikir tidak ada salahnya jika aku menyanyi.”Deric terkekeh. “Aku rasa ... ruangan ini agak terlalu panas. Aku sampai berkeringat karenanya.”Caraline mengangkat sudut bibir. “Sayang sekali, aku tidak merasakan hal yang sama denganmu.”“Bisakah aku keluar sesaat untuk mencuci wajah dan rambut?” tanya Deric.“Aku ... bukan orang jahat. Jadi, aku akan memberimu waktu selama dua menit.
“Apa yang sebenarnya orang-orang itu lakukan?” tanya Caraline dengan raut jengkel. Ia menoleh pada Deric, lalu berkata, “Jangan keluar sebelum aku memerintahkanmu. Kau mengerti?”“Aku tidak keberatan,” jawab Deric.Caraline bergegas keluar, membanting pintu agak keras, berjalan terburu-buru ke arah kumpulan maid dan penjaga di halaman. Kedua tangannya refleks berkacak pinggang. “Apa yang sedang kalian lakukan saat ini? Bukankah aku meminta kalian untuk menjauh dari rumah?”“Nona Caraline,” ujar para maid dengan tatapan lega. Pandangan mereka secara kompak mulai mengamati penampilan Caraline dari atas hingga bawah. Mereka saling bertatapan untuk beberapa waktu ketika melihat keadaan majikannya yang hanya dibalut piyama tidur tipis dengan atasan kemeja panjang laki-laki.“Kami sangat mengkhawatirkan keadaan Anda, Nona,” ucap Grace, “sesaat setelah gempa bumi terj
Malam panjang berganti menjadi dinginnya udara pagi. Burung-burung tampak terbang mengelilingi sebuah halaman rumah. Kupu-kupu terlihat mengitari kebun bunga kecil yang berada di pekarangan. Di kediaman keluarga Aberald, Jeremy dan Jonathan tengah sarapan di meja makan.“James, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Jeremy setengah berteriak.“Jangan bermalas-malasan atau aku akan menyeretmu keluar dari kamar jelekmu!” timpal Jonathan, “cepat keluar!”“Tunggu sebentar,” balas James dari dalam kamar. Pria itu tengah memasang dasi di hadapan cermin. Wajahnya masih diselimuti kantuk. Selama beberapa minggu ini, ia dihadapkan dengan rutinitas kantor yang membosankan. Ia benar-benar merindukan kegiatan bermain game di ponsel dan juga pesta bersama para gadis.“James!” teriak Jeremy.“Iya, aku datang.” James buru-buru menyemprotkan parfum, mengambil tas kerja, bergegas keluar k
Caraline berkali-kali mengecek penampilannya di cermin. Wajahnya tampak cerah karena senyum yang terus melekat di bibir. Helaan napasnya terasa ringan seiring dengan dada dan bahunya yang seperti kehilangan beban. Ia sama sekali belum pernah merasakan perasaan sebahagia ini. Akan tetapi, setiap kali terpejam, kilasan peristiwa tadi malam seketika menyesaki pikiran.“Astaga!” Caraline menggebrak meja rias. Bukan karena emosi, tetapi sebab perasaan bahagia yang tak dapat dibendung lagi. Wajahnya memerah dan terasa panas saat bersamaan.Caraline mengembus napas panjang, melirik ke arah ranjang. Wanita itu buru-buru menutup wajah saat pergulatan tadi malam kembali terbayang. Ia segera beranjak menuju kasur ketika melihat kemeja Deric masih tersampir di sisi ranjang. “Ini benar-benar memalukan!”Caraline mengambil kemeja Deric, lalu menghirup aromanya. Sekujur tubuhnya mendadak bergetar hebat. Gemetarnya seketika mengingatkannya pada sentuhan
Hujan mengguyur deras tak lama setelah mobil yang membawa Caraline melahap jalanan. Tetes air tampak terperangkap di jendela kendaraan. Caraline mengembus napas panjang, tersenyum saat melihat foto keluarganya di layar ponsel. Kehilangan tiga orang yang berharga bukanlah sesuatu yang mudah, dan ia tahu bagaimana rasa sakitnya.“Aku berjanji ... aku akan terus melangkah maju bagaimanapun caranya,” ujar Caraline, “ada Deric yang yang harus kujaga dan kubahagiakan.”Caraline menyandarkan punggung ke kursi, menoleh ke samping jendela. Jarinya menulis namanya sendiri, disusul tanda hati di bawahnya, lalu diakhiri dengan nama Deric. Wanita itu terkekeh ketika menyadari tindakannya sangat kekanak-kanakan. Tangannya bergerak untuk menghapus tulisan. Akan tetapi, ia membatalkan niatan itu dan beralih mengambil ponsel untuk memotretnya.Caraline mengamati hasil tangkapan kamera. “Ini foto yang bagus,” ujarnya dengan senyum mengembang.
Jeremy, Jonathan dan James tampak tegang saat mengikuti seorang pengawal menuju pinggiran taman. Deburan ombak menjadi musik pengiring degup jantung mereka yang menggila. Ketiganya mendadak terdiam ketika melihat Deric tengah memunggungi mereka di dekat pagar. Tak lama setelahnya, pengawal tadi memilih pamit. Untuk beberapa detik lamanya hanya ada keheningan yang meruang di antara keempat pria itu. Jeremy, Jonathan dan James saling melempar tatapan satu sama lain, bingung dengan tindakan apa yang akan mereka ambil saat ini. Haruskah mereka pamit? Deric perlahan berbalik, tersenyum menyambut ketiga saudara tirinya. Ia berjalan mendekat, tetapi Jeremy, Jonathan dan James sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka atau bahkan menoleh ke arahnya. “Aku sudah menunggu kedatangan kalian,” kata Deric. Jeremy, Jonathan dan James sama sekali belum menggubris pertanyaan Deric. Wajah mereka juga belum sepenuhnya terangkat. “Bukankah kau sangat merinduk
Enam bulan kemudian Kabar pernikahan Presiden Universe Corporation membuat satu negara menjadi heboh. Banyak para wanita yang memimpikannya menjadi pasangan tiba-tiba merasakan patah hati dan kesedihan mendalam. Tak sedikit yang menjadikan hari itu sebagai hari patah hati nasional.Desas-desus beredar bak jamur di musim hujan mengenai siapa wanita beruntung yang akan menjadi pasangan seorang Jacob Balderic. Setelah enam bulan lalu sosok Presiden Universe Corporation itu muncul di publik dan memperkenalkan dirinya, pria itu sama sekali tidak pernah muncul kembali di hadapan media. Namun, beritanya terus memenuhi lini berita dan tayangan televisi.Kemudian setelah seminggu kabar penikahan itu terdengar, media berhasil membongkar siapa wanita beruntung tersebut yang tak lain adalah Caraline. Banyak pihak yang setuju dengan hal itu, berpendapat jika kedua sangat cocok. Akan tetapi, tak sedikit yang justru mencibir dan merundung Caraline di
Hampir semua mata tertuju pada seorang pria tampan bermanik biru yang baru saja mengakui dirinya sebagai pemilik perusahaan nomor satu di negara ini. Suasana acara seketika sunyi senyap, begitupun dengan orang-orang yang melihat berita dari saluran televisi dan internet. Tak lama setelahnya, decak kagum penuh pujian bersahutan dengan tepuk tangan yang bergemuruh.“Astaga, Nona.” Helen yang terkejut tanpa sadar mengguncang tubuh Caraline. “Bukankah itu Tuan Deric? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Dia bisa berjalan dengan kedua kakinya dan saat ini dia berada di depan Nona.”Helen menoleh pada Caraline yang tengah menunduk dengan wajah diliputi senyuman. Saat menyadari sesuatu, Helen dengan cepat mengendalikan diri. Kini, ia tahu alasan di balik perubahan Caraline selama dua minggu ini.“Nona Caraline,” panggil Helen dengan senyum merekah. Meski ada retakan di hatinya, ia ikut berbahagia ketika melihat Caraline saat ini.
Seminggu berlalu setelah pertemuan Caraline dengan Deric di rooftop gedung. Namun, senyum bahagianya tak kunjung juga reda. Helen, Stevan serta seluruh maid dibuat tak mengerti akan sikap wanita itu. Jika beberapa bulan yang lalu Caraline dirundung kesedihan, maka selama seminggu terakhir, ia justru diliputi kebahagiaan.Caraline mengunjungi sebuah acara yang diselenggerakan oleh salah satu anak perusahaan Universe Coporation di sebuah taman luas. Banyak pejabat dan pengusaha terkenal ikut hadir dalam acara, termasuk Henry Hulbert.Caraline benar-benar tak bisa duduk dengan tenang ketika melihat Henry Hulbert tampil di atas panggung. Pandangannya seringkali tertuju ke sekeliling. Besar kemungkinan jika Deric juga berada di acara ini, pikirnya.Caraline sama sekali tidak menerima pesan apa pun dari Deric selama seminggu ini. Ia juga sengaja tidak menghubungi pria itu. Jika dahulu rindu sangat menyiksa, maka kerinduaan ini justru kian membesarkan rasa cin
Caraline dan Deric saling memandang satu sama lain selama beberapa waktu, ternggelam dalam perasaan masing-masing. Cahaya lampu di sekeliling rooftop tampak berganti warna seiring waktu berjalan.“Aku hanya takut jika kau tidak sadarkan diri lagi seperti waktu itu,” ujar Deric tiba-tiba.“Apa maksudmu?” tanya Caraline dengan pipi merona merah.“Kau tahu, kau tiba-tiba pingsan saat kita akan melakukan ... ‘itu’ di kamarmu.” Deric tertawa, mengelus lembut rambut Caraline.“Pingsan?” Caraline menaikkan satu alis. “Bukankah kita memang pernah melakukannya?”“Sama sekali tidak,” ungkap Deric, “kau sepertinya sangat gugup sampai kau tak sadarkan diri, terlebih selama tertidur kau tidak berhenti tersenyum.”Caraline tiba-tiba saja membelakangi Deric, menutup mata dengan wajah yang sudah sangat merah. Ia benar-benar malu ketika mendengarnya. Jadi
Sekujur tubuh Caraline kian bergetar ketika melihat sosok Deric tengah berdiri di depannya. Ponselnya sampai terjatuh saking tak bisa menahan keterkejutan. Untuk beberapa saat, ia hanya bisa menahan napas dengan tatapan tak berkedip.Caraline serasa ditimpa keterkejutan di atas keterkejutan. Ia memang sangat menginginkan Deric kembali berjalan, tetapi saat melihat hal itu secara langsung, Caraline justru hanya bisa tercenung tanpa bisa melakukan apa pun. Bibirnya setengah terbuka, tetapi dengan cepat kembali tertutup.Bukankah Deric tampak sempurna dengan penampilannya saat ini?Caraline mencubit lengan kirinya kuat-kuat. Ia merasakan sakit yang luar biasa di sana. Hal itu menandakan bahwa dirinya tengah berada di alam nyata. Meski demikian, Caraline masih merasa tersesat di alam mimpi. Deric yang selama ini ia anggap pria yang sudah kehilangan mimpi-mimpinya justru adalah sosok misterius yang selama ini orang-orang ingin ketahui. Deric tak lain adalah sosok pri
“Deric.”Untuk beberapa detik lamanya Caraline hanya bisa terdiam dengan mata membulat lebar. Mulutnya setengah terbuka dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Semua bayangan kebersamaannya dengan Deric seketika menyergap, membuat tubuhnya hampir saja ambruk di lantai. Tetesan air mata tanpa bisa dibendung kian membanjiri pipi.Caraline tahu bahwa dirinya sangat merindukan Deric lebih dari apa pun. Akan tetapi, ketika pria itu sudah berada di depannya saat ini, ia hanya bisa diam tanpa ada keinginan untuk mendekat atau bahkan memeluknya erat.Waktu terasa berhenti bagi Caraline. Semua pemandangan di sekelilingnya mendadak berubah menjadi hitam dan putih, kecuali Deric seorang. Di saat yang bersamaan, dunia menjadi menjadi sunyi senyap.Apa mungkin kerinduannya yang sangat besar pada Deric justru membawa pria itu kembali ke hadapannya?Apa mungkin ini semua khayalan?Apa mungkin saat ini ia berada di alam mimpi?Caraline mas
Dua bulan kemudian Acara pencarian bakat yang diselenggarakan salah satu anak perusahan Universe Corporation mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat. Acara tersebut menduduki peringkat tertinggi selama beberapa minggu acara tersebut berlangsung. Puncaknya pada laga final yang ditayangkan kemarin malam. Para peserta menampilkan hiburan sekaligus penampilan yang sangat luar biasa. Acara tersebut bahkan sampai ditayangkan di beberapa negara tetangga. Antusiasme masyarakat dan warganet pada program tersebut sangat tinggi hingga pihak penyelenggaran berniat untuk kembali menyelenggarakan acara serupa dengan konsep segar dan baru. Sebagai bentuk apresiasi pencapaian dan keberhasilan, diadakan penjamuan makan mewah untuk seluruh mitra yang bergabung dalam program tersebut. Beberapa petinggi Universe Corporation ikut hadir di mana salah satunya adalah Henry Hulbert. Caraline nyatanya masih berada di dalam kama
Satu bulan berlalu dengan cepat. Caraline kembali menata hidupnya yang baru. Diego dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara untuk semua kejahatan yang sudah diperbuatnya. Meski tak sebanding, tetapi hal itu cukup membuat dirinya merasa lega. Di sisi lain, Wilson juga ikut terseret ke dalam jeruji besi. Meski keluarga Wattson berusaha untuk membebaskannya, tetapi pria itu tetap mendapat hukuman tiga tahun penjara.Kehidupan Caraline lmabat laun kembali ke sedia kala seperti sebelum mengenal Deric. Wanita itu disibukkan dengan pekerjaan kantor. Akan tetapi, kerinduan dan rasa cintanya pada pria itu justru kian tak dapat dibendung.Caraline memiliki kebiasan baru saat ini. Ketika dirinya sangat merindukan Deric, ia akan pergi ke bekas kediaman pria itu, lalu bermalam di sana. Caraline akan tersenyum saat melihat deretan foto yang terpampang di dinding dan tak lama setelahnya menangis.Pencarian Deric, Lucy dan Thomas masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun, be