"Ha. Ha. Ha." Dua orang gadis berlari dengan napas yang ngos-ngosan akibat terlalu lama berlarian. Dibelakang ada beberapa orang yang mengejar mereka karena berusaha kabur.
Keduanya terhenti sejenak untuk memperhatikan sekitar. Seperti nya mereka tidak ingat dengan jalan yang dilalui mereka beberapa waktu yang lalu. "Ankaa... Masa kita langsung pergi. Mereka berdua gimana dong?" tanya Adara.
Ankaa dan Adara bisa saja langsung mencari jalan keluar, tapi pikiran mereka tertuju pada dua sahabatnya yang masih di kurung di tempat yang mengerikan.
Mendengar derap langkah yang semakin mendekat, Ankaa pun menarik Adara untuk mengajaknya berlari, lagi. Gadis itu akan menggunakan gelombangnya supaya bisa menemukan tempat itu. Pasti!
Saat hendak berbelok ke tikungan tanpa sadar Ankaa menabrak seseorang hingga orang itu jatuh terjerembab ke tanah. Sedangkan Adara segera menahan tubuh temannya agar tidak bernasib sama seperti itu.
"Kalian, kok bisa disini? Kami baru saja ingin mencari kalian!" Allura langsung memeluk Ankaa dan Adara yang tengah menatap heran kepada empat cowok asing itu.
"Gimana ceritanya kalian bisa kabur?"
"Meremehkan kekuatan kami berdua ya kalian," Adara mencubit pipi Alhena yang berada disebelahnya. Karena mengingat bahwa mereka sedang dikejar, Adara hanya menjelaskan secara singkat karena mereka kembali berlari bersama.
Jadi gini, saat Ankaa dan Adara tengah diseret entah kemana, dan saat para orang jahat itu sedang lengah. Mereka pun memanfaatkan nya untuk kabur. Mengingat mereka orang yang jahat, Adara maupun Ankaa tidak segan-segan melancarkan pukulan keras kepada mereka dan berhasil kabur. Begini-begini mereka jago bela diri dibandingkan Allura dan Alhena.
"Owh begitu, bagus deh kalau bisa bela diri, kalau enggak bisa ribet ntar," kini Rigel yang bersuara.
Disisi lain, Erion tidak fokus mendengar penjelasan singkat itu karena pikirannya melayang pada tujuan utama nya saat mendaki gunung ini.
Tepukan halus dapat ia rasakan dipundaknya, tanpa menoleh pun dia sudah tau pelakunya. "Udah ga usah dipikirin. Harusnya senang karena hari ini telah ngebantu orang yang dalam bahaya," ujar Hoshi.
"Hm, iya..."
______________________
Sore menjelang malam membuat hembusan angin semakin kencang menambah kadar dingin. Keempat gadis itu bernafas lega setelah masuk ke rumah teman barunya. Ya, itu adalah rumahnya Erion dan kawan-kawannya. Karena jarak paling dekat disitu.Berbeda dengan mereka, Alpha bahkan enggan untuk masuk kedalam. Ia jadi teringat dengan teman-temannya yang masih di gunung sana, pasti mereka merasa tersiksa. Sementara dirinya? Main kabur segala.
Dengan rambut panjang yang menutup sebagian besar wajahnya dan pakaian yang kotor membuat dia terlihat seperti orang gila.
Allura langsung menghampiri nya kala cowok itu ingin beranjak pergi tanpa sepengetahuan yang lainnya. "Alpha, kan?" tanya Allura, sekedar untuk memastikan.
Cowok itu tampak terkejut dengan kehadirannya. "Iya,"
"Mau kemana?" tanyanya basa-basi.
"Hm. Aku mau pulang, permisi,"
"Hah? Ketempat tadi maksud nya? Ga usah, mending bareng kita aja. Di sana bahaya tau," lanjut Allura. "Sini aku perbaiki penampilannya supaya orang-orang ga ngeliatin kamu." tanpa basa-basi lagi, Allura menggandeng Alpha menuntunnya kedalam karena diluar sangat dingin.
Didalam nampak teman-temannya mengobrol satu sama lain dan sesekali tertawa mendengar lelucon nya Rigel. Kalau Alhena sedang mengotak-atik handphonenya untuk memesan makanan sebagai tanda terima kasih kepada empat cowok yang telah menolong mereka. Makan malam bersama.
"Ada gunting rambut sama pakaian bagus?" tanya Allura pada Hoshi yang hanya berdiam saja, tidak ikut nimbrung sama yang lain.
"Ada," Hoshi beranjak berdiri dan menuju kamarnya berada, kemudian mengambil apa yang diminta oleh Allura. Hanya sekali lihat saja ia sudah tau apa yang akan dilakukan gadis itu. Setelah memilih pakaian yang layak, cowok itu memberikannya pada Allura yang entah sejak kapan ada didalam kamarnya.
"Ngapain di kamarku?"
"Ihhh masa diluar, jadi pinjam ya kamarmu cuman ga lama kok. Kamu juga bantuin," seperti nya Allura sangat tidak tau malu sama sekali ya. Belum sehari kenal tapi udah begini.
Sedangkan Alpha? Dia hanya diam dan menurut saja.
Ketika Allura hendak memotong rambut yang sebagian itu menutup wajahnya, Alpha segera menggeleng cepat. "Jangan! Tetap seperti ini saja,"
"Lah, matanya ketutup gimana bisa liat nanti."
"Aku nyaman dengan gaya rambut begini," Alpha masih pada pendapatnya.
"Kalau begitu, aku potong sedikit saja ya hm sampe sinii," Allura menunjuk di bagian bawah mata cowok itu. Karena tidak ingin memperpanjangnya Alpha hanya pasrah saja saat gadis itu mulai melancarkan aksinya.
"Hm. Lumayan." puji Hoshi yang menonton dari atas kasur.
"Nih kaca."
Rambut yang semula menutupi sebagian wajahnya dan berantakan kini sudah menjadi lebih baik saat Allura memperbaikinya tadi. Sekarang ia terlihat rapi.
"Giliran ku telah selesai, sekarang aku serahkan padamu Hoshi. Kalau begitu aku tunggu diluar!"
Hoshi hanya mengangguk mengerti.
Sehabis melirik punggung gadis itu menghilang dari arah pintu, pandangan Hoshi berpindah ke cowok yang sedang menunduk didepan kaca itu.
"Bisa mandi sendiri atau perlu bantuan?" tanya Hoshi to the point. Sembari mempersiapkan alat mandi.
Alpha tersentak kaget mendengar ucapan itu. Tentu saja ia bisa mandi sendiri, mentang-mentang dirinya terlihat tidak tau mengurus badan malah diremehkan. Ok, skip.
Fyi : Alpha tau mengurus diri sendiri tapi ditempat nya, mereka dilarang melakukannya. Karena pekerjaan lebih penting daripada mengurus diri, Kata mereka. Ga guna kan sudah bersih tapi tetap harus bekerja di lumpur lagi.
Tapi, Alpha mengambil waktu setidaknya satu Minggu tiga kali mandi. Meski harus kotor lagi tapi gapapa.
Kembali ke topik!
"Bisa." Alpha menerima sodoran alat mandi lalu berjalan ke kamar mandi.
_______________________
Allura sibuk menyantap makanan seraya mendengar cerita dari teman-temannya. Dari kenapa mereka sampai ada di desa ini, tujuan, dan lain sebagainya. Allura mah hanya sebagai pendengar saja, malas berbicara."Allura," panggil Hoshi dari arah pintu sambil menggiring Alpha keluar dari persembunyiannya. Lantas hal itu membuat semua pasang mata menoleh meski bukan mereka sih yang dipanggil.
Gadis itu tersenyum senang, "Nah kan jadi tampan!" pujinya.
Alhena langsung memekik kecil lalu menoleh kearah Allura. "Tipe pria idamannya Allura mah!" godanya dan mendapat sorotan dari para sahabatnya.
"Kau juga kali!" toyor Adara gemas. Jadi intinya Alhena dan Allura mempunyai tipe yang sama! Udah.
Bingung tidak tau harus berekspresi bagaimana, Alpha akhirnya hanya diam lalu duduk di kursi kosong paling ujung disebelahnya Alhena.
Rigel menopang dagunya kesal karena sejak kedatangan Alpha dan Hoshi dirinya sudah tidak diperhatikan lagi. Para gadis cepat sekali ya berpaling, batinnya.
"Eh ngomong-ngomong boleh dong ceritain ke kita, kenapa bisa ada tempat seperti itu? Tadi kami mau laporin ke polisi Lo malah larang," sahut Rigel kemudian.
"Hm. Gimana ya. Kalian akan tau nanti tapi tidak sekarang," Alpha mengaruk tengkuknya padahal tidak gatal sama sekali. Ia hanya bingung dan tidak tau memulainya darimana. Jadi kapan-kapan saja lah!
"Lah, kok gitu, kan udah penasaran banget," ujar Ankaa dan Rigel kompak. Nih dua manusia, orangnya tukang kepo ya!
"Cieee kompak, uhuy," goda Alhena.
"Lo ngapain ngikutin kata-kata gue, sih?" tanya Rigel mengabaikan godaan teman-temannya.
"Ih siapa juga yang ngikutin, gr banget!" balas Ankaa.
Tanpa sadar Ankaa menyenggol tas milik Allura disampingnya dan membuat secarik kertas eh bukan lebih tepatnya sebuah foto lama yang didalam nya terdapat anak perempuan yang imut sedang berpose di kaki gunung itu.
Mata Erion yang semula akan tertutup akibat mengantuk kini terbuka lebar saking lebarnya hingga Rigel dan Hoshi terkejut setelah menoleh mendapati mata besar itu.
"Heh, matanya biasa aja kali, santuy! Bikin takut orang aja Lo!" ujar Hoshi.
Mengabaikan ucapan Hoshi, Erion pun memunggut satu foto itu dan tersenyum lebar. "Anak ini siapa namanya?" tanyanya menatap bergulir keempat gadis didepannya.
Sontak saja, Ankaa, Adara dan Alhena menoleh secara bersamaan kepada Allura yang menatap bingung Erion. "Dia!" Tunjuk mereka serempak.
"Aku, kenapa emangnya?" tanya Allura heran, kok jadi merinding begini ya, canda!
"Ketemu juga orangnya!"
Hari weekend terlewati dengan begitu baik walaupun ada peristiwa yang tak mengenakkan. Yah, you know lah. Dihari biasa atau hari Senin ini biasanya Allura dan yang lainnya akan berangkat kuliah tapi mengingat mereka diliburkan setelah ujian semester.Allura mengambil lalu mengenakan sweater putih polos dan celana jins pendek. "HP sudah, powerbank sudah, tisu sudah, minyak kayu putih sudah, liptin sudah... Apalagi ya?" Gadis itu mengingat apa saja yang perlu dibawahnya saat bekerja."Nah selesai! Sekarang tinggal berangkat!" Dia pun mengunci kamar lalu memakai sepatu. Diluar para sahabatnya tengah mengemil kue buatan Ankaa."Udah mau berangkat aja, Lura?" Tanya Adara dengan tangan penuh kue. Kalau Ankaa adalah ratu dalam pembuatan kue maka ratunya makan adalah Adara karena dia rakus akan manisan."Iya, kalau kalian kok belum pada siap-siap kerja?""Hm, sebentar lagi. Habis ini kita langsung beres-beres kok," jawab Alhena kemudian merapikan
"Aku pulang!" ujar Allura dari pintu dengan menenteng sebuah plastik yang berisikan 7 roti bervariasi rasanya. Tadi selesai menghabiskan makanannya dan akan pulang, tiba-tiba Erion datang memberinya kantong plastik itu, sambil berkata 'Terima Kasih untuk kencannya' Tentu saja hal itu membuatnya kaget. Sejak kapan mereka berkencan? Ada-ada saja tuh cowok."Lama banget pulangnya, Lo nggak keluyuran bareng cowok nakal kan?" semprot Ankaa seraya berkacak pinggang."Heh enak aja kalau ngomong, mau gue jahit tuh mulut apa," balas Allura sebal, langsung saja di toyornya kepala sahabatnya itu. Supaya mikirnya positif!"Gimana kerjaannya aman?" tanya Alhena berbasa-basi. Tatapannya masih tertuju pada TV yang menyala menampilkan serial Anime kesukaannya."Aman damai tentram. Pokoknya lancar," jawab Allura kemudian ikut nimbrung bareng Alhena di sofa. "Btw... Adara mana?""Tau tuh lagi ngambek gegara ga bisa nonton Drakor karena TV
"Woy! Sepatuku dimana? Siapa sih yang pindahin?""Udah telat gue aduh!""Hey kalian bangun kek bantuin teman yang lagi kesusahan!"Pagi-pagi sekali eh bukan lebih tepatnya jam setengah delapan pagi, Adara sudah rusuh dan membuat keributan yang mengundang amarah Ankaa, Allura dan Alhena. Bagaimana tidak? Mereka masih terlarut dalam mimpi indahnya tapi malah dibangunkan dengan suara cempreng temannya, bagaimana tidak emosi coba?Tumben temannya itu telah bangun, biasanya juga jam sembilan baru bangkit dari tempat tidur nya. Ada gerangan apa kah ini?Dengan kesal Allura keluar dari kamarnya sambil menghentakkan kakinya sebal. Sedangkan Alhena yang memang tidur di sofa ruang tamu hanya mendudukkan dirinya tanpa berniat menghampiri Adara. Ankaa? Jangan ditanya, dia mah menyumpal telinganya dengan kapas."Pagi-pagi udah ribut, kenapa sih?" Allura menatap jengkel Adara yang celingak-celinguk mencari sepatunya berada. Tapi belum ditemu
"Eri, kok jauh banget perjalannya? Perasaan cuman ga lama," Hoshi menatap Erion disebelahnya yang mengendarai mobil alias menjadi sopir malam ini."Eh? Jalannya bener kan ini?" Erion malah bertanya balik."Heh Lo gimana sih, kok bisa sampe ga ingat jalan emang udah berapa kali ketempat perkumpulan?" tanya Ankaa heran. Kok bisa-bisanya orang yang mengajak mereka malah lupa jalan, kan ga lucu kalau mereka hanya berjalan tanpa tau arah, tersesat dong namanya."Baru satu kali, aku Hoshi dan Rigel baru join Minggu lalu karena suatu hal heheh. Makanya ga terlalu ingat dengan jalannya," jelas Erion. Satu detik kemudian terdengarlah berbagai protes dari teman-temannya yang duduk dibelakang.Tolong ingatkan bahwa telinganya sangat berharga, kalau mendengar enam suara bisa gawat Indra pendengaran nya!Hoshi yang duduk tenang didepan akhirnya menyuruh Erion berhenti sejenak. "Aku saja yang nyetir,""Jangan!""Ke
"Sepertinya aku akan menginap di rumah lama ku kali ini, thanks udah ngizinin tinggal sementara disini selama sebulan." pamit Aren kepada geng itu, lalu menyusul Alena dan kawan-kawannya menuju area parkir."Kak tapi kamarnya dipake Allura. Ntar mau tidur dimana? Eh, jangan-jangan..." Alhena menoleh sekilas ke belakang dan mendapati dua saudara itu tengah bermesraan, siapapun yang melihat mereka akan mengira bahwa mereka sepasang kekasih.Okeh, Alhena tau Aren sedang memanjakan adik kesayangannya itu. Tak apa."Iya betul. Kak Aren tidur denganku. Kak udah lama juga gak dengerin cerita dongengnya sebelum tidur!" Balas Allura lalu beralih menatap Aren disampingnya."Aduh. Gemas banget adik kecilku ini!" Tawa Aren pecah.Sementara Erion si sopir malam ini, mencengkeram erat stir kemudi. Rasanya panas melihat kedekatan dua orang itu meskipun mereka adalah saudara sepupu. Lagi-lagi ia ketinggalan satu langkah!"A
Chp. 9"I'm fine." gadis yang tengah mengepel lantai yang luasnya bukan main itu melakukan nya dengan sabar dan tenang. Namun didalam hati ia sedang bersungut-sungut karena kesal.Haduh, sial. Karena begadang nonton dengan Alhena berhasil membuatnya terlambat dan alhasil mendapat ganjaran atau hukuman.Kata Erion ia tidak boleh pilih kasih kepada semua karyawan yang bekerja oleh sebab itu ia lebih dulu minta maaf sebelum memberinya hukuman kecil. Allura yang merasa tak enak deh!"Menyesal karena nonton film tadi malem, hm?" Tanya Erion yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Entah kenapa ia tidak terkejut sama sekali mungkin efek dari menghayal.Menoleh sekilas, "Ah, itu tidak sepenuhnya benar. Aku suka film itu apalagi pemeran utama prianya beuh sangat tampan!" ujar Allura seketika rasa lelahnya tergantikan dengan semangat akibat mengingat karakter cowo
"Aku pulang, guys!" teriak Adara di ambang pintu, kemudian melepas semua beban yang di bawahnya di meja yang sengaja ditaruh dekat rak sepatu.Allura, Ankaa dan Alhena yang tengah asik bermain domino dilantai segera berhamburan masuk kamar masing-masing ketika mendengar suara Adara."Cepat, cepat."Dan ya, mereka meninggalkan lantai yang berantakan tanpa membersihnya lebih dulu sebelum sembunyi."Hey, kalian di mana, gue beliin martabak manis sama camilan kesukaan kalian!" ujar Adara setelah sampai ruang tamu tak menemukan tiga teman laknat nya.Srek!Pintu ketiga kamar terbuka dan menampakkan wajah mereka yang memandang Adara dengan was-was. Kira mereka tak tau kalau Adara ingin menyogok mereka habis itu menerkam mereka dari belakang."Pasti ada niat lain, nih." tuduh Ankaa."Siapa bilang? Gak kok. Yaki
Sang Surya perlahan mulai menampakkan dirinya disebelah timur, udara segar berlalu tanpa adanya asap-asap yang kotor. Halaman dipenuhi oleh rumput hijau, diatasnya terdapat empat tenda yang bervariasi warnanya."Akhirnya semua selesai, sekarang aku mau jalan-jalan dulu!" seru Allura usai mendirikan tenda ungu kesayangannya itu, dibantu Alhena karena mereka akan menempatinya bersama."Ikut!" ujar Alhena, ia langsung mengambil camera di tas ranselnya hendak menyusul Allura."Tunggu!" tiba-tiba Hoshi menghalangi jalan Alhena yang hampir jatuh, kaget karena seseorang muncul dengan dadakan."Apa?""Itu..." Hoshi diam-diam melirik Rigel yang tengah memberinya isyarat dengan gaya aneh, untung dia sudah lama mengenal Rigel maka itu dia bisa mengetahui isyarat konyol itu.Alhena masih setia menunggu begitupun Allura yang berjarak 2 meter darinya.Hais, kenapa pula harus Hoshi yang melakukannya? Dia itu tidak pandai berbicara atau
Karena Hari ini adalah hari terakhir berkemah dalam hutan, mereka memutuskan untuk mendaki gunung sepanjang satu hari ini, nanti malam baru pulang ke rumah.Tapi sepertinya tidak semulus apa yang dipikirkan mereka karena ide Rigel yang abnormal. Lihat saja, masa mereka harus berpasangan dengan tangan terikat satu dan yang lain. Bagaimana bisa santai jalannya kalau keadaaan begini?Mengambil undian, seperti inilah hasilnya; Allura & Erion, Alhena & Alpha, Rigel & Ankaa, Adara & Hoshi. Untuk siapa mereka melakukannya? Acara reality show bukan, drama bukan, terus?"Jadi siapa yang paling banyak mengumpulkan foto yang bagus dialah pemenangnya, setuju?" tanya Rigel penuh antusias."Setuju!" dibanding dengan suasana tadi yang muram karena tidak setuju akan ide Rigel itu, kini mereka malah berseru senang. Anggap saja ini adalah kompetisi memotret!Untung saja masing-masing peserta punya kamera Canon, jadi sangat mendukung.
"Wah! Allura cepat sekali, Alhena pun tak ingin ketinggalan!""Kerennya! Aku jadi termotivasi!"Adara serta Ankaa menonton dilayar monitor bagaimana Alhena bersama Allura tengah berseluncur dengan hebat. Ngomong-ngomong, para kaum Adam sudah memasang berbagai kamera disudut makanya mereka bisa leluasa menonton aksi tersebut.Mereka langsung berdecak kagum ketika Allura berbelok ditikungan dengan secepat kilat, gadis itu bahkan tidak memelankan skate-nya malahan semakin mempercepat laju nya, tak ayal Alhena menjerit menyangka kalau temannya itu akan jatuh jika begitu tapi nyatanya tidak.Sekarang Allura melewati garis finis dengan tepukan sebagai sambutan atas kemenangannya. Ah iya, kali ini tak ada taruhan ataupun hadiah, hanya semata untuk bersenang-senang saja."Berasa nostalgia, heheh." ujar Alhena saat sampai di sana. Dulu sampai sekarang pun Alhena tak bisa menandingi Allura. Tentu saja, sahabatnya itu sangat ahli dalam berselanc
Api unggun yang dibuat dengan susah payah itu pun berhasil dinyalakan. Ini akibat dari kelalaian mereka yang lupa menaruh korek api dalam ransel. Barang yang tidak perlu malah dibawah; novel misalnya... Okeh itu penting karena menemani disaat senggang.Skiplah!"Wah. Benar-benar ya, tega banget nggak ngajak kita bermain skateboard, hanya Allura yang dibawanya kesana," kesal Rigel pada Erion yang fokus menyantap pisang goreng buatannya Ankaa."Emang situ tau caranya naik skate?" sahut Ankaa."Tentu saja belum tau, kan belum diajarin!" ujar Rigel, mengundang tawa para sahabatnya. Kini semuanya tengah duduk melingkar menggelilingi api unggun."Aku juga tidak." ucap Hoshi yang disetujui oleh Rigel, Alpha, Ankaa dan Adara. Sedangkan Alhena tidak menyahut membuat ke-lima orang itu menatap Alhena dengan raut wajah penasaran."Bagaimana dengan mu?"Alhena Menunjuk dirinya, "Aku? Hm, Tentu saja tahu tapi tidak se-pro Allura, sih.
Pemandangan yang kini dilihat Allura sungguh diluar dugaannya, ternyata ada tempat seperti ini disebelah hutan tidak jauh dari tempat berkemah, ia tidak menyangka nya. Seolah tempat ini rahasia karena dihalangi gunung ini, makanya tidak ada satupun warga yang mengetahuinya. Tempat Tersembunyi!Jalanan yang dibuat khusus skateboard, dengan dihiasi pemandangan indah serta ada tanaman langka. Jika menuju di atas tebing mereka bisa memandangi desa, hutan; pokoknya semuanya terlihat bila berdiri diatas sini.Setelah melewati sebuah gerbang kini Erion mengajak Allura berdiri di atas tulisan Start."Mau main? Kita bertanding saja, bagaimana?" ajak Erion sambil menyerahkan salah satu skateboard kepada Allura yang dengan senang hati menerimanya."Boleh... Tapi mengherankan, kenapa kamu tau kalau aku bisa menggunakan skateboard padahal tak pernah nanya?" tutur Allura bingung."Kan sudah kukatakan padamu kalau dulu kita pernah bertemu," balas Er
Sang Surya perlahan mulai menampakkan dirinya disebelah timur, udara segar berlalu tanpa adanya asap-asap yang kotor. Halaman dipenuhi oleh rumput hijau, diatasnya terdapat empat tenda yang bervariasi warnanya."Akhirnya semua selesai, sekarang aku mau jalan-jalan dulu!" seru Allura usai mendirikan tenda ungu kesayangannya itu, dibantu Alhena karena mereka akan menempatinya bersama."Ikut!" ujar Alhena, ia langsung mengambil camera di tas ranselnya hendak menyusul Allura."Tunggu!" tiba-tiba Hoshi menghalangi jalan Alhena yang hampir jatuh, kaget karena seseorang muncul dengan dadakan."Apa?""Itu..." Hoshi diam-diam melirik Rigel yang tengah memberinya isyarat dengan gaya aneh, untung dia sudah lama mengenal Rigel maka itu dia bisa mengetahui isyarat konyol itu.Alhena masih setia menunggu begitupun Allura yang berjarak 2 meter darinya.Hais, kenapa pula harus Hoshi yang melakukannya? Dia itu tidak pandai berbicara atau
"Aku pulang, guys!" teriak Adara di ambang pintu, kemudian melepas semua beban yang di bawahnya di meja yang sengaja ditaruh dekat rak sepatu.Allura, Ankaa dan Alhena yang tengah asik bermain domino dilantai segera berhamburan masuk kamar masing-masing ketika mendengar suara Adara."Cepat, cepat."Dan ya, mereka meninggalkan lantai yang berantakan tanpa membersihnya lebih dulu sebelum sembunyi."Hey, kalian di mana, gue beliin martabak manis sama camilan kesukaan kalian!" ujar Adara setelah sampai ruang tamu tak menemukan tiga teman laknat nya.Srek!Pintu ketiga kamar terbuka dan menampakkan wajah mereka yang memandang Adara dengan was-was. Kira mereka tak tau kalau Adara ingin menyogok mereka habis itu menerkam mereka dari belakang."Pasti ada niat lain, nih." tuduh Ankaa."Siapa bilang? Gak kok. Yaki
Chp. 9"I'm fine." gadis yang tengah mengepel lantai yang luasnya bukan main itu melakukan nya dengan sabar dan tenang. Namun didalam hati ia sedang bersungut-sungut karena kesal.Haduh, sial. Karena begadang nonton dengan Alhena berhasil membuatnya terlambat dan alhasil mendapat ganjaran atau hukuman.Kata Erion ia tidak boleh pilih kasih kepada semua karyawan yang bekerja oleh sebab itu ia lebih dulu minta maaf sebelum memberinya hukuman kecil. Allura yang merasa tak enak deh!"Menyesal karena nonton film tadi malem, hm?" Tanya Erion yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Entah kenapa ia tidak terkejut sama sekali mungkin efek dari menghayal.Menoleh sekilas, "Ah, itu tidak sepenuhnya benar. Aku suka film itu apalagi pemeran utama prianya beuh sangat tampan!" ujar Allura seketika rasa lelahnya tergantikan dengan semangat akibat mengingat karakter cowo
"Sepertinya aku akan menginap di rumah lama ku kali ini, thanks udah ngizinin tinggal sementara disini selama sebulan." pamit Aren kepada geng itu, lalu menyusul Alena dan kawan-kawannya menuju area parkir."Kak tapi kamarnya dipake Allura. Ntar mau tidur dimana? Eh, jangan-jangan..." Alhena menoleh sekilas ke belakang dan mendapati dua saudara itu tengah bermesraan, siapapun yang melihat mereka akan mengira bahwa mereka sepasang kekasih.Okeh, Alhena tau Aren sedang memanjakan adik kesayangannya itu. Tak apa."Iya betul. Kak Aren tidur denganku. Kak udah lama juga gak dengerin cerita dongengnya sebelum tidur!" Balas Allura lalu beralih menatap Aren disampingnya."Aduh. Gemas banget adik kecilku ini!" Tawa Aren pecah.Sementara Erion si sopir malam ini, mencengkeram erat stir kemudi. Rasanya panas melihat kedekatan dua orang itu meskipun mereka adalah saudara sepupu. Lagi-lagi ia ketinggalan satu langkah!"A
"Eri, kok jauh banget perjalannya? Perasaan cuman ga lama," Hoshi menatap Erion disebelahnya yang mengendarai mobil alias menjadi sopir malam ini."Eh? Jalannya bener kan ini?" Erion malah bertanya balik."Heh Lo gimana sih, kok bisa sampe ga ingat jalan emang udah berapa kali ketempat perkumpulan?" tanya Ankaa heran. Kok bisa-bisanya orang yang mengajak mereka malah lupa jalan, kan ga lucu kalau mereka hanya berjalan tanpa tau arah, tersesat dong namanya."Baru satu kali, aku Hoshi dan Rigel baru join Minggu lalu karena suatu hal heheh. Makanya ga terlalu ingat dengan jalannya," jelas Erion. Satu detik kemudian terdengarlah berbagai protes dari teman-temannya yang duduk dibelakang.Tolong ingatkan bahwa telinganya sangat berharga, kalau mendengar enam suara bisa gawat Indra pendengaran nya!Hoshi yang duduk tenang didepan akhirnya menyuruh Erion berhenti sejenak. "Aku saja yang nyetir,""Jangan!""Ke