Home / Romansa / Unexpected Marriage / 04 - Tamu Tak Diundang

Share

04 - Tamu Tak Diundang

Author: riskandria06
last update Last Updated: 2023-05-10 21:13:32

Raline berusaha tak memperdulikan ucapan ibunya siang tadi. Saat ini, ia hanya ingin bersantai dan menikmati sore di kamarnya dengan sebuah drama dan secangkir teh melati. Telinganya ia sumpal dengan headset yang tersambung di laptop. Ia begitu menikmati dramanya, hingga tidak sadar jika dari tadi ada nomor yang terus berusaha menghubunginya.

Hari ini sudah terasa terlalu melelahkan bagi Raline. Dan ia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya dengan bersantai. Tanpa ia sadari, sebuah bahaya kian mendekat karena ia yang tak kkunjung mengangkat telepon orang itu.

“Astaga, Raline! Pantes Bunda panggil dari tadi nggak nyaut,” tegur ibu Raline saat menemukan putrinya masih sibuk menonton Drama Korea.

Menyadari kedatangan ibunya, Raline pun segera melepas headset di telinganya. “Ada apa, Bun? Soal rencana aku daftar kerja di dekat kantor Ayah? Berkasnya sudah siap kok. Besok tinggal masukin aja.”

Bu Arum – ibu dari Raline menggeleng-gelengkan kepalanya. Meski ia sudah hidup puluhan tahun dengan Raline, tetapi tetap saja rasanya begitu sulit untuk mengerti karakter anaknya itu.

“Di luar ada tamu nyariin kamu. Katanya dia udah usaha menghubungi kamu, tapi teleponnya nggak kamu angkat. Pantas saja, orang telinga kamu kesumpelan headset gitu,” ujar Bu Arum.

“Tamu? Nyariin Raline? Serius cari Raline? Cari Ayah kali, Bu. Raline nggak ada janji sama orang, kok. Lagian kenalan Raline yang masih akrab juga nggak banyak. Nggak ada juga deh yang mau nyamperin Raline. Apalagi tiba-tiba begini,” balas Raline.

Bu Arum menghela napas panjang. “Kamu lihat saja sendiri! Bunda juga nggak kenal. Dia hanya bilang kalau dia ingin bertemu kamu karena kamu susah dihubungi.”

Raline segera mengecek ponselnya. Dan benar saja, ada 16 panggilan tak terjawab dan delapan pesan singkat dari nomor yang sama. Nomor itu belum tersimpan di ponsel Raline. Sehingga untuk bisa tahu siapa pemilik nomor itu, Raline harus membuka terlebih dahulu pesan yang dia terima.

‘Raline, kamu di mana sekarang?’

‘Kamu tidak ingin mengangkat telepon saya? Bukankah tadi sudah saya katakan untuk menunggu di rumah, biar saya yang mengantarmu?’

‘Raline, kamu pulang sendiri?’

‘Apa kamu masih berada di rumah?’

‘Aku ke rumah kamu sekarang.’

Raline berhenti membaca hingga pesan kelima. Ia berpikir sejenak, kira-kira siapa orang yang telah mengirim pesan-pesan itu padanya. Sejak menonton drama, pikirannya memang sudah teralihkan hingga ia sedikit lupa dengan apa saja yang terjadi hari ini. Namun, bersamaan dengan suara ibunya yang kembali membuyarkan lamunannya, ingatan yang sangat ia butuhkan itu pun akhirnya kembali.

“P- Pak Gara?” kaget Raline.

Namun, jika benar lelaki itu Gara, dari mana dia tahu nomor dan rumah Raline? Seingat Raline, ia belum memberikan nomor ponsel, apalagi alamat rumahnya pada Gara. Lalu, apakah orang yang datang dan mencari Raline saat ini benar-benar Gara?

“Bun, tamunya bapak-bapak, ya, Bu?” tanya Raline.

“Iya. Kayaknya sih bapak-bapak muda. Senior kamu waktu kuliah kali,” ucap Bu Arum.

Raline menggelengkan kepalanya. “Ish bukan. Bun, Raline boleh minta tolong?”

“Apalagi sih, Raline? Lebih baik kamu temui dulu tamu kamu sekarang! Kasihan dia sudah nungguin,” suruh Bu Arum.

“Plis, Bun. Raline nggak mau ketemu dia. Bilang aja ini bukan rumah Raline. Nggak ada yang namanya Raline di sini. Bilang dia salah alamat dan suruh dia cepat-cepat pergi, Bun, plis.” Raline memohon dengan kedua tangan yang ia katupkan di depan dada, seolah ia sedang benar-benar memohon.

“Bunda udah iyain kalau ini rumah kamu. Lagian kenapa, sih? Kamu temuin aja dulu! Kamu kok kayak ketakutan dikejar utang aja? Jangan-jangan kamu memang diam-diam-“

“Bun, enggak, Bun. Astaga,” potong Raline saat ibunya mulai berspekulasi aneh-aneh.

“Ya habisnya sikap kamu begitu. Ya udah temui dulu sana! Siapa tahu memang ada yang penting,” suruh Bu Arum.

Raline memasang raut wajah memelas, tetapi tampaknya Bu Arum tetap kekeuh pada pendiriannya untuk menyuruh Raline segera keluar. Beliau bahkan tidak ragu menarik lengan Raline agar Raline segera menemui Gara yang sudah menunggu di depan. Dan benar dugaan Raline, orang itu adalah Gara.

“Ini Raline nya, Pak. Tapi maaf kalau saya boleh tahu, Anda ada urusan apa ya dengan putri saya? Dia tidak ngutang lalu kabur dari Anda, kan?” tanya Bu Arum yang langsung diprotes dengan rengekan oleh Raline.

“Bu, aku kan udah bilang, aku nggak ngutang sama dia,” rengek gadis itu.

Gara yang melihat Raline dicurigai ibunya, malah terkekeh kecil. Lalu, pria itu mengulurkan tangannya untuk mengajak Bu Arum bersalaman. Tanpa ragu, Bu Arum pun langsung menyambut uluran tangan Gara.

“Selamat sore. Maaf kalau kedatangan saya sedikit mengejutkan. Perkenalkan, Bu, nama saya Gara. Saya adalah pacar Raline,” ucap Gara yang seketika membuat Raline membulatkan matanya.

Raline bahkan belum jadi membrondong laki-laki itu dengan pertanyaan bagaimana dia bisa tiba-tiba saja datang dan tahu nomor ponsel Raline. Namun sekali lagi, Gara sudah lebih dulu membuat Raline terkejut setengah mati.

Sungguh, seumur hidup Raline, ia belum pernah mendengar pengakuan seseorang sebagai kekasihnya di depan orangtuanya seperti ini.

“Apa tadi kamu bilang? Kamu pacar Raline?” Tamat sudah riwayat Raline. Tak hanya sang ibu, ternyata ayahnya yang baru saja pulang bekerja juga mendengar ucapan ngawur pria bernama lengkap Igara Surya Mahawira itu.

Raline seketika dibuat kelabakan. Ia dituntut harus mencari alasan yang tepat untuk mengelak, tanpa membuat keributan atau menyinggung perasaan Gara. Tampaknya ada kesalah pahaman antara dia dan Gara. Raline sudah berniat membatalkan rencana itu. Ia sengaja kabur dari rumah Gara agar mereka tak akan bertemu lagi. Namun kenyataannya, Gara justru bisa begitu mudah menemukan Raline hanya dalam beberapa jam setelah kepergian Raline.

“Selamat sore, Om. Ya. Saya kekasih Raline. Apakah Om adalah ayah Raline?” balas Gara, saat Pak Edi – ayah Raline tiba di hadapan mereka.

Sejenak, suasana menjadi hening. Bu Arum dan Pak Edi sibuk menatap menyelidik ke arah putri kesayangan mereka yang memang sering membuat ulah aneh-aneh. Hanya saja, dilihat dari penampilan Gara yang tidak biasa, seharusnya pria semacam Gara bukan merupakan sesuatu yang bisa dengan mudah menjadi obyek permainan Raline, bukan?

Pak Edi berdehem, “ada baiknya kita bicarakan ini di dalam saja.”

“Mari masuk, Nak!” sambung Bu Arum menambahi. Kemudian, Bu Arum sedikit menarik Raline ke ruang tamu. Raline duduk diapit kedua orangtuanya yang melemparkan aura mistis mereka hingga membuat bulu kuduk Raline berdiri.

“Be- begini, Yah, Bu. S- sepertinya di sini ada kesalah pahaman. Aku sama Pak Gar-“

“Ayah mau dengar penjelasan dari pacar kamu dulu. Karena sepertinya tadi Ayah mendengar sesuatu darinya,” potong Pak Edi. Jadi, siapa nama kamu?” tanyanya kemudian, sambil menatap Gara.

“Saya Gara, Om. Igara Surya Mahawira. Dan saya adalah kekasih putri Om,” jawab Gara.

“Pak, kita-“

“Raline, kamu diam dulu!’ potong Pak Edi tegas. Mendengar teguran ayahnya, Raline hanya bisa menelan salivanya kasar. Mendadak, mentalnya menjadi ciut. Namun, ia juga masih tidak rela jika Gara yang bicara menjawab pertanyaan-pertanyaan ayahnya. Pria itu belum di briefing.

“Jadi, benar kamu pacar anak saya? Tapi, kenapa Raline memanggil kamu ‘Pak’ kalau kamu benar-benar pacarnya?” selidik Pak Edi.

Gara tampak menunduk beberapa saat. Sementara Raline mulai menyunggingkan senyum kemenangan karena sempat mengira jika Gara tidak akan bisa mengelak dan akhirnya kebohongannya akan terbongkar. 

Ya. Itu lebih baik. Bahkan, meski Raline butuh pacar pura-pura untuk membatalkan perjodohannya dengan Lucas, dibanding orang seperti Gara, Raline memilih untuk menghubungi tukang ojek online secara random untuk dibawa ke hadapan orangtuanya.

“Maaf. Tapi sepertinya memang saya harus menjelaskannya sekarang. Mungkin setelah mengetahui hal ini, Ibu dan Bapak akan sulit menerima kehadiran saya, tapi-“

“Iya, katakan saja, Pak! Nggak usah ragu!” serobot Raline. Ia beranggapan Gara akan mengaku jika ia hanya berbohong saat mengatakan Raline adalah kekasihnya.

“Iya, katakan saja! Bagaimana pun juga kami harus tahu sudah sejauh mana pergaulan putri kami dengan lawan jenisnya,” sambung Bu Arum.

“Raline memanggil saya ‘Pak’, karena salah satu alasannya adalah karena status saya yang merupakan duda beranak satu. Usia kami juga terpaut cukup jauh. Sejak pertemuan pertama kami, dia memang memanggil saya seperti itu,” terang Gara.

Raline mengangguk setuju, lalu tersenyum sombong pada kedua orangtuanya seakan ia baru saja berhasil membuktikan jika pria di hadapan mereka ini bukanlah kekasih Raline.

“Maaf, Nak Gara. Jadi, kamu duda?” tanya Pak Edi. Gara mengangguk singkat.

“Anak Nak Gara umur berapa sekarang? Lalu, di mana ibunya? Kok Nak Gara bisa menduda di usia yang semuda ini? Maaf, tapi kalau saya lihat-lihat usia Nak Gara masih di bawah 35, kan?” sambung Bu Arum.

Raline yang kini sudah mulai tampak lebih santai dan memang tahu jawaban atas pertanyaan ibunya pun memilih untuk menimpali. “Jadi begini, Bun. Anak Pak Gara ini masih TK. Cewek, cantik banget. Mungkin karena mirip sama ibunya. Namanya Cinta. Lalu, yang Raline tahu, ibunya Cinta ini sudah meninggal dan sampai sekarang Pak Gara belum menikah lagi karena fokus ngurusin kerjaan sama Cinta. Jadilah Pak Gar aini menduda.”

“Eh? Benar itu, Nak Gara?” kaget Bu Arum. Gara kembali menganggukkan kepalanya. “Aduh, maaf. Tante benar-benar nggak tahu kalau-“

“Tidak apa-apa, Tan. Lagi pula sudah lama juga. Saya juga sudah mengikhlaskan Beliau agar Beliau bisa tenang di alam sana,” jawab Gara sembari tersenyum hangat.

“Lalu tadi Nak Gara bilang itu baru salah satu alasannya. Apa ada alasan yang lain? Kalian kelihatan masih canggung,” tanya Pak Edi yang kembali mengalihkan pembicaraan pada topik utama.

“Itu karena Raline sedang marah sama saya, Om. Soalnya tadi saya ninggalin Raline begitu saja di rumah. Sebenarnya saya sudah bilang untuk menunggu sebentar karena saya ada urusan kerjaan. Tapi waktu saya pulang, Raline sudah nggak ada,” terang Gara.

Kali ini, Raline membulatkan matanya dan melempar tatapan protes ke arah Gara yang mulai mengada-ngada. “Eh? Siapa yang marah? Lagian-“

“Tapi saya akui, itu juga salah saya, Om. Harusnya saya nggak seenaknya ninggalin Raline. Apalagi tadi Cinta juga lagi tidur. Jadi Raline cuma sendirian sama Bibi. Dia pasti sangat bosan. Jadi, saya memang datang ke sini untuk meluruskan masalah itu juga pada Raline. Nggak tahunya Tuhan malah ngasih saya kesempatan untuk bisa menyapa dan berkenalan dengan Om sekaligus Tante,” potong Gara dengan nada santai.

Raline sudah siap menyemburkan sumpah serapahnya mendengar ucapan Gara yang ngasal. Namun, suara sang ayah sudah lebih dulu mengintrupsi.

“Maafkan dia ya, Nak Gara! Sikapnya kadang memang masih kekanak-kanakan. Gara-gara sikap Raline yang belum dewasa, Nak Gara sampai harus jauh-jauh datang ke sini.”

“Apalagi Raline sampai nggak ngangkat telepon Nak Gara loh, Yah. Tahu nggak apa yang malah dia kerjain dari tadi? Nonton Drama Korea lagi.” Tambah Bu Arum.

Raline hanya bisa memutar bola matanya malas, seakan sudah sangat bosan dengan keadaan yang seperti ini.

“Tapi, Nak. Mungkin Nak Gara belum tahu. Sebenarnya, Raline sudah kami jodohkan dengan orang lain. Mohon maaf, Nak. Tapi dengan berat hati Om harus mengatakan kalau kedatangan Nak Gara tampaknya sedikit terlambat. Karena Om tidak bisa membatalkan perjodohan itu begitu saja,” ucap Pak Edi, seakan memukul mundur seorang Igara Surya Mahawira, sebelum pria itu mencoba untuk berjuang.

Lantas, akankah Gara menyerah begitu saja dan mengatakan yang sejujurnya?

Related chapters

  • Unexpected Marriage   05 - Ajakan Gila!

    Raline sudah sangat yakin jika Gara pasti akan langsung mundur. Belum apa-apa saja, kedua orangtuanya sudah terang-teranagan menunjukkan ketidak tertarikan mereka pada Gara, karena sudah ada Lucas yang lebih mereka restui bersama Raline. Walau Raline pun tidak akan menerima Lucas, tetapi setidaknya itu akan membuat Raline bebas dari Gara setelah ini. Soal Lucas, bisa ia pikirkan lagi lain waktu. “Saya tahu kok, Om. Raline juga sudah bercerita pada saya, kalau dia dijodohkan dengan anak sahabat ibunya,” ucap Gara. Raline mengangguk membenarkan. “Dan kamu masih melanjutkan hubungan kalian meski tahu kamu dan Raline tidak akan bisa bersama?” heran Pak Edi. Gara tersenyum penuh arti. “Soalnya saya juga tahu, kalau Raline tidak setuju dengan perjodohan itu. Dan saya pun tidak mau menyerah begitu saja, melihat masih adanya peluang untuk saya dan Raline bisa bersama.” Pak Edi berdehem kaku. Sedangkan Bu Arum mulai menyapukan pandangannya ke segala penjuru ruangan, ke mana saja asal netra

    Last Updated : 2023-05-10
  • Unexpected Marriage   06 - Membingungkan

    Tawa Raline pecah saat ia teringat kembali ucapan Gara beberapa detik yang lalu. Tentu. Pria itu pasti hanya bercanda, kan? Tidak mungkin ada orang yang bisa memutuskan soal pernikahan secepat itu. “Kamu tertawa?” bingung Gara. “Ya iya lah, Pak. Habisnya bercanda Bapak lucu banget. Saya sampai sudah mau percaya loh, Pak. Untung saya masih waras, jadi-“ “Tapi saya serius, Raline. Saya mau menikahi kamu,” potong Gara, membuat tawa Raline terhenti seketika. “Bapak ini nggak bisa serius sedikit, ya? Saya nggak lagi ngajakin Bapak bercanda loh. Saya jauh-jauh bawa Bapak ke sini buat jelasin ke Bapak kalau nggak seharusnya Bapak bicara seperti itu pada orangtua saya. Gini deh. Pokoknya habis ini, Bapak ngantar saya pulang, lalu habis itu kita nggak usah ketemu lagi! Bapak lupain aja kalau Bapak pernah bertemu orang seperti saya dan saya pun akan melakukan hal yang sama. Lupakan saja permintaan bodoh saya sebelumnya. Saya sudah sadar kok kalau itu salah, dan saya bis acari jalan lain bua

    Last Updated : 2023-05-10
  • Unexpected Marriage   07 - Refleks

    Raline mengetukkan jarinya berkali-kali di atas meja. Gelas minuman dinginnya sudah mengembun sejak tadi, tapi isinya belum juga berkurang sedikit pun. Tampak sekali jika gadis itu sedang sangat gugup sekarang. Dan pria di hadapannya masih terdiam, membiarkan Raline hingga gadis itu siap untuk bicara. “Anda nggak punya kerjaan apa? Katanya punya jabatan tinggi di perusahaan. Kok mau-maunya aja saya ajak ketemu di sini?” tanya Raline. Gadis itu terlalu bingung untuk mengutarakan maksud kedatangannya, sehingga ia pun tiba-tiba saja mengatakan hal se-random itu. Gara – pria yang ada di hadapan Raline itu berdehem. “Karena saya pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang penting. Lagi pula, kebetulan juga sebentar lagi jam pulang Cinta. Saya sekalian mau jemput dia.” Raline mengangguk-anggukkan kepalanya. Baiklah, sekarang ia tidak punya bahan bahasan yang lain lagi. Suasana canggung pun kembali terjadi selama beberapa saat. “Jadi, kamu mau bicara apa? Kalau kamu masih ragu untuk mengatak

    Last Updated : 2023-05-10
  • Unexpected Marriage   08 - Mulai Nyaman (?)

    Raline membalas pelukan erat Cinta yang kini berada di atas pangkuannya. Anak itu tampaknya mulai mengantuk. Intensitas obrolan di antara mereka sudah semakin berkurang, begitu pun gerakan-gerakan kecil pada jemari Cinta. “Cinta, jangan tidur dulu ya, sayang! Kamu kan belum makan siang,” ujar Gara, sambil sesekali melirik ke arah putrinya. “Sudahlah, Pak. Lagian kayaknya Cinta ngantuk banget. Dia pasti juga capek, habis main sama teman-temannya.” Raline menengahi. Cinta segera menegakkan tubuhnya, menatap wajah Raline yang ada di hadapannya. Anak itu tampak memaksakan matanya agar terus terbuka, membuat Raline yang menyadari hal itu menyeritkan alisnya. “Kenapa?” “Nggak. Cinta nggak ngantuk kok, Ma, Pa. Cinta nggak mau ketiduran lagi. Cinta nggak mau kayak waktu itu, saat Cinta bangun, tiba-tiba Mama udah nggak ada. Kali ini Cinta nggak akan tidur lagi, biar Cinta bisa selalu jagain Mama,” terang Cinta, sambil kembali memeluk Raline dengan begitu erat. “Tapi kamu kelihatan ngantu

    Last Updated : 2023-05-10
  • Unexpected Marriage   09 - Menyelesaikan Masa Lalu

    Gara menekan tombol loadspeaker agar percakapannya dengan lawan bicaranya dapat didengar pula oleh Raline. “Saya Gara, calon suaminya Raline,” jawab Gara santai. Sepertinya, orang di seberang sana itu baru saja bertanya siapa Gara. ‘Calon suami? Jangan bercanda! Tolong berikan teleponnya pada Raline! Saya ingin bicara dengannya.’ Raline hendak merebut ponselnya dari Gara. Namun, pria itu segera menjauhkan benda pipih tersebut dari jangkauan Raline. “Saya bukan seorang pelawak, dan saya juga tidak suka bercanda. Bisa kamu katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan pada Raline? Kebetulan dia ada di sebelah saya sekarang,” ujar Gara. “Pak, jangan main-main! Siniin teleponnya!” pinta Raline. Namun Gara masih tidak mengindahkannya. ‘Sebenarnya siapa kamu? Kenapa lancang sekali mengaku sebagai calon suami Raline? Apa kamu tidak tahu siapa saya?’ “Apa itu penting?” balas Gara dengan nada meremehkan. “Lucas, kamu matiin aja teleponnya! Nanti kita bicara lagi saat-“ “Katakan saja apa

    Last Updated : 2023-05-10
  • Unexpected Marriage   10 - Bertemu Calon Mertua

    Raline mencengkram erat seatbelt yang ia kenakan. Mulutnya terkatup rapat bahkan ketika pria di sampingnya sudah keluar dari mobil. Raline sedikit terkejut. Pupil matanya membesar saat mengetahui pintu di sampingnya sudah terbuka dari luar. “Ayo cepat keluar!” ajak orang tersebut – Gara. Raline menggeleng ribut. Ia tidak mau. Ia bahkan sudah menolaknya sejak mereka masih dalam perjalanan tadi. Namun, lihatlah sekarang! Gara tetap keras kepala membawa Raline ke sebuah rumah mewah yang didominasi cat putih dan cokelat, tetapi bukan rumah Gara yang sudah beberapa kali Raline kunjungi. “Cepat, Raline! Mama saya sudah menunggu,” ucap Gara. Raline mendelik sebal. “Bapak udah ngomong ke orangtua Bapak kalau Bapak ngajak saya ke sini?” “Sudah. Kebetulan Papa juga lagi libur ngantor. Maka dari itu saya langsung ajak kamu ke sini. Oh iya, stop panggil saya ‘Bapak’!” tegas Gara. “Lah terus saya manggil apa dong? Kan memang Bapak lebih tua dari saya,” bingung Raline. “’Mas’.” “Hah?” “Kam

    Last Updated : 2023-05-10
  • Unexpected Marriage   11 - Dilema (Lagi?)

    Usai makan malam, Cinta segera dibawa pergi oleh salah seorang asisten rumah tangga, menyisakan empat orang dewasa yang masih di sana. Hal itu membuat Raline merasa gugup bukan main. Bahkan, ia sempat berpura-pura bodoh dengan menyetujui ajakan Cinta untuk bermain dengan anak itu, sebelum suara Pak Naga menginterupsinya. “Apa rencana kalian ke depanna?” tanya Pak Naga, langsung pada intinya. “Gara mau membawa Raline ke jenjang yang serius. Gara ingin Mama dan Papa melamarkan Raline untuk Gara,” jawab Gara dengan tenang, berbeda dengan Raline yang kini sedang meremat pakaiannya dengan tangan yang sedikit bergetar. “Kamu sudah bicara dengan kedua orangtua Raline? Mereka setuju? Karena Papa rasa, mungkin tidak akan mudah buat kamu meyakinkan mereka, mengingat statusmu yang sudah pernah berumah tangga. Apalagi kamu sudah punya Cinta, sedangkan Raline masih muda,” terang Pak Naga. Raline otomatis membenarkan dengan menganggukkan kepalanya. Karena memang, menurutnya itulah salah satu al

    Last Updated : 2023-05-10
  • Unexpected Marriage   12 - Keseriusan

    Raline seketika gugup dan kembali bimbang meski kini ia sudah berada di depan sekolah Cinta. Seperti janjinya kemarin, ia ingin menjemput dan mengajak Cinta makan siang berdua dengannya. Hanya saja, ia masih bingung dengan langkah apa yang akan ia ambil setelah ini. Karena biar bagaimana pun juga ucapan kedua orangtuanya semalam memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pikirannya.“Mama! Bu Ayu, itu mamanya Cinta!” seru seorang gadis cilik dengan rambut kucir kuda yang sangat lucu.Melihat anak itu berlarian ke arahnya diikuti oleh salah seorang guru, senyum Raline pun otomatis tersungging. Gadis itu bersimpuh dan langsung menerima pelukan erat dari Cinta.“Cinta seneng banget Mama menepati janji Mama buat jemput Cinta. Cinta udah kangen banget sama Mama,” ujar Cinta, yang membuat Raline terkekeh.“Baru juga kemarin kita bertemu,” balasnya.Cinta segera mengurai pelukannya agar ia bisa memandangi wajah Raline sepuas hatinya. “Kalau bisa, Cinta maunya sama Mama terus. Nggak mau pisah

    Last Updated : 2023-05-10

Latest chapter

  • Unexpected Marriage   20 - Serba Salah

    Raline berencana bangun lebih pagi. Saking kepikirannya, ia bahkan sampai tidak bisa benar-benar lelap dalam tidurnya. Tidur Raline mudah terusik. Begitu pun saat ia merasakan gerakan kecil dari sampingnya. Sebuah tangan terasa mendekapnya begitu erat selama beberapa detik, sebelum terlepas dan berganti menyentuh bagian-bagian wajah Raline. Saat Raline membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah senyum Cinta. Gadis kecil itu masih tampak pucat, meski sudah tidak sepucat kemarin. Namun, ada yang aneh dengan gadis cilik itu. "Mama sudah bangun? Cinta gangguin Mama, ya? Maaf, ya, Ma," ungkap Cinta sambil kembali mendekap Raline. Saat Cinta kembali memeluknya, Raline merasa semakin yakin jika ada yang tidak beres dengan anak sambungnya itu. Raline segera mengurai pelukan Cinta dan memeriksanya. Ia tempelkan punggung tangannya ke kening Cinta. Dan benar saja ... "Cinta, kamu demam?" heboh Raline. Ia langsung menarik dirinya paksa untuk duduk. Ia memastikan sekali lagi suhu keni

  • Unexpected Marriage   19 - Disalahkan

    Untuk mengusir rasa bosan, Raline membantu asisten rumah tangganya menyiapkan makan malam. Ia juga ikut menatanya di atas meja makan. Hingga saat Raline terlalu fokus dengan barang bawaannya, ia nyaris saja bertabrakan dengan seselorang. Raline mendongak lalu mundur satu langkah saat melihat kuah semur yang ia bawa nyaris saja mengenai Gara. Andai itu terjadi, Raline yakin, masalahnya dengan Gara pasti akan menjadi semakin runyam. "Ah iya. Ini makan malamnya sudah siap. Mas tunggu di meja makan saja! Oh iya. Cinta mana?" Gadis itu berusaha bersikap biasa saja. "Cinta di kamar. Aku ke sini cuma mau ambilin makan dan obat buat dia,'' jawab Gara seperlunya. Melihat Raline yang terlalu lama mengambilkan apa yang Gara buruhkan, lelaki itu pun segera mengambil inisiatif untuk mengambil alih makanan yang Raline pegang. "Mas, tunggu! Lebih baik Mas makan saja. Biar makanan dan obat Cinta aku yang urus," Raline dengan begitu tulus. "Tidak perlu. Aku masih bisa mengurusnya sendiri kok,"

  • Unexpected Marriage   18 - Permasalahan Pertama

    Tiga hari berlalu pasca pernikahan Raline dengan Gara. Namun, semua masih terasa sama. Gara masih terkesan dingin pada Raline. Bahkan Raline merasa seolah Gara enggan menganggap keberadaannya. Saat ini, Raline masih mengerjakan tugas-tugas kantornya. Pekerjaannya cukup banyak karena memang kesibukan Gara di kantor sedang meningkat. Namun, waktu menunjukkan pukul setengah empat sore. Yang artinya sudah akan memasuki jam pulang kantor. "Tinggalkan saja pekerjaannya! Prioritas kamu sekarang kan ngurusin Cinta," ucap Gara. "Iya, sebentar lagi ini selesai kok. Lagi bantu merapikan bahan meeting besok soalnya," balas Raline. "Tinggal saja! Nanti Cinta nyariin," Gara memaksa. "Sebentar. Paling lima belas sampai dua puluh menit lagi selesai kok." Dan Raline masih kekeuh ingin menyelesaikan pekerjaannya dulu. Saking fokusnya Raline pada pekerjaannya, gadis itu sampai tidak sadar jika bos sekaligus suaminya itu sudah beberapa kali menghela napas panjang. "Raline, kamu masih ingin bekerj

  • Unexpected Marriage   17 - Terluka di Hari Pertama

    Pukul sembilan malam, Raline, Gara dan Cinta telah sampai di rumah. Beberapa kali Cinta mengucek matanya sambil menguap - menandakan jika anak itu sudah mengantuk. "Mama," panggil Cinta. "Ya, Cinta? Mau Mama yang nemenin kamu gosok gigi sama cuci muka?" tawar Raline. Cinta mengangguk dengan raut wajah yang sangat lucu. "Tapi Cinta juga mau tidur sama Mama, dikelonin Mama," pinta Cinta. Raline refleks menoleh ke arah Gara, seolah meminta persetujuan. Sebenarnya, Raline tidak keberatan tidur di mana saja malam ini. Entah bersama Gara atau pun Cinta, bagi Raline sama saja selagi ia masih bisa tidur untuk mengusir rasa lelahnya. Namun, biar bagaimana pun Gara adalah suaminya. Raline perlu meminta pendapat pria itu walau sekadar hanya untuk formalitas. "Ya udah sana! Cinta boleh tidur sama Mama. Tapi janji, ya, besok pagi jangan susah bangunnya!" pesan Gara. Raline tersenyum mendengarnya. Ia juga sebenarnya lebih senang jika ia tidur bersama Cinta. Karena rasanya pasti sangat cang

  • Unexpected Marriage   16 - SAH! (Hari Pernikahan)

    16. SAH! (Hari Pernikahan)Raline menghela napas panjang berkali-kali. Ternyata benar. Semakin mendekati hari pernikahan, maka ujian yang datang akan semakin berat. Hari itu telah tiba, dan Raline tak bisa menghindarinya. Pagi ini, ia sudah didandani sedemikian rupa untuk acara pesta pernikahannya. "Mama cantik banget!" seru Cinta yang baru saja datang. Anak itu mengenakan pakaian berwarna pink pastel yang cantik. Cinta sendiri yang memilih model tersebut saat mereka datang ke butik Bu Almira. "Anak Mama juga cantik. Yang ngehias rambutnya siapa, sayang?" tanya Raline melihat rambut anak tirinya yang sudah ditata bak seorang princess negeri dongeng. "Oma," jawab Cinta dengan senyum lebar di bibirnya. Tak lama, Bu Almira muncul. Dia memberitahukan jika pestanya akan segera dimulai sebentar lagi. Maka dari itu, dia datang untuk menjemput Raline dan Cinta. Sebelumnya, Raline sudah berpesan agar pesta pernikahan dilangsungkan secara sederhana saja. Sebab ia bukanlah tipe orang yang

  • Unexpected Marriage   15 - Suasana Hati yang Buruk

    Raline sering uring-uringan akhir-akhir ini. Sebab, ia tidak menyangka jika keluarganya dan Gara akan merencanakan pernikahan secepat ini. Raline pikir, pernikahan mereka mungkin akan digelar setidaknya enam bulan lagi. Namun, ternyata jauh dari itu – Gara meminta pernikahan mereka dilaksanakan dua bulan lagi, dan gilanya hal itu disetujui oleh semua orang kecuali Raline. Tentu, Raline kalah suara. Akhirnya ia pun hanya bisa pasrah menerima keputusan itu.Tidak banyak yang berubah dengan hubungan Raline dan Gara selama satu setengah bulan terakhir. Gara masih sibuk dengan urusan kantor sekaligus sesekali meluangkan waktunya untuk menyiapkan pernikahannya dengan Raline. Sedangkan Raline masih berusaha menyesuaikan diri dengan kesibukan barunya sebagai ‘pengasuh’ Cinta sekaligus pekerja kantoran.Waktu menunjukkan pukul dua siang. Raline masih setia menunggu Gara di ruang kerjanya. Pria itu belum kembali juga sejak jam makan siang tadi. Yang Raline tahu, Gara pergi bersama sekretarisnya

  • Unexpected Marriage   14 - Lamaran

    Satu hari setelah kedatangan Gara ke rumah Raline, Raline diizinkan pulang cepat. Pukul tiga sore ia sudah sampai rumah setelah diantar oleh sopir Gara. Gara menugaskan Raline untuk bersiap sebelum Gara menjemputnya dan kedua orangtuanya jam enam petang nanti.Setibanya di rumah, Raline langsung membuka bingkisan yang Gara titipkan melalui sopir. Dan ternyata isinya adalah sebuah gaun yang elegan – yang Raline yakini memiliki harga cukup fantastis.“Loh, ini kan brand-nya Tante Almira,” gumam Raline saat melihat label pada gaun berwarna olive itu.Baru saja Raline akan mencoba gaun itu, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Tanpa bertanya pun ia tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Sebab, di rumah ini hanya ada dirinya dan sang bunda.“Masuk aja, Bun!” seru Raline.Tak lama berselang, sosok Bu Arum tampak memasuki kamar putrinya. Tatapan Bu Arum langsung tertuju pada kain berwarna olive di tangan Raline, juga paper bag yang ada di dekat putri tunggalnya itu.“Itu dari Nak

  • Unexpected Marriage   13 - Rencana Gara

    “Sudah susah-susah saya selalu berusaha meyakinkan kamu, kamu masih saja sering ragu?” ketus Gara, begitu ia mendengar penjelasan dari Raline, tentang kenapa gadis itu kembali bersikap aneh sebelumnya.“Ya maaf. Lagian kan wajar, saya sebagai perempuan yang latar belakangnya terlalu bias aini ragu buat nerusin hubungan sama orang kayak Mas,” balas Raline.“Memang dari yang kamu lihat, baik saya maupun orangtua saya, peduli dengan apa yang kamu takutkan tadi?” Raline menggelengkan kepalanya.“Namanya juga takut, Mas. Dan lagi, masalah utamanya bukan itu sekarang. Tapi Bunda dan Ayah. Gimana cara Mas mau meyakinkan mereka? Saya aja tiap ngobrol sama mereka, pasti saya yang kalah. Pasti saya yang akhirnya jadi bimbang lagi,” terang Raline.“Posisi kamu sesulit itu, tapi kamu masih saja sering menghalang-halangi saya untuk bicara dengan kedua orangtua kamu,” balas Gara yang membuat Raline kembali meminta maaf.“Hhhh … sudahlah. Biar kali ini saya yang pikirkan jalan keluarnya. Kamu hanya

  • Unexpected Marriage   12 - Keseriusan

    Raline seketika gugup dan kembali bimbang meski kini ia sudah berada di depan sekolah Cinta. Seperti janjinya kemarin, ia ingin menjemput dan mengajak Cinta makan siang berdua dengannya. Hanya saja, ia masih bingung dengan langkah apa yang akan ia ambil setelah ini. Karena biar bagaimana pun juga ucapan kedua orangtuanya semalam memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pikirannya.“Mama! Bu Ayu, itu mamanya Cinta!” seru seorang gadis cilik dengan rambut kucir kuda yang sangat lucu.Melihat anak itu berlarian ke arahnya diikuti oleh salah seorang guru, senyum Raline pun otomatis tersungging. Gadis itu bersimpuh dan langsung menerima pelukan erat dari Cinta.“Cinta seneng banget Mama menepati janji Mama buat jemput Cinta. Cinta udah kangen banget sama Mama,” ujar Cinta, yang membuat Raline terkekeh.“Baru juga kemarin kita bertemu,” balasnya.Cinta segera mengurai pelukannya agar ia bisa memandangi wajah Raline sepuas hatinya. “Kalau bisa, Cinta maunya sama Mama terus. Nggak mau pisah

DMCA.com Protection Status