Beranda / Romansa / Under The Skies of Yokohama / 4. Suara yang dirindukan seseorang

Share

4. Suara yang dirindukan seseorang

               Ishida Hasegawa baru saja keluar dari toilet. Suara itu membuatnya melangkah sedikit lebih cepat. Beberapa kali terakhir ia menyadari yang ia dengar tiap kali mendengar lagu itu adalah ilusi bahwa ia juga mendengar suara itu. Apakah kali ini ilusi lagi? Ishida duduk di antara anggota kelompoknya. Ia menatap lekat-lekat gadis yang sedang bernyanyi. Suara itu, senyum itu, tatapan itu. Sedetik kemudian ia sadar sepenuhnya kalau akhirnya ia kembali bertemu dengan gadis dari dua tahun yang lalu. Penampilan Izumi di tutup dengan tepuk tangan. Ia kembali ke kelompoknya dan disambut dengan gembira oleh semua anggota di sana.

“Sugoi! Kenapa kau menyembunyikan bakat besar itu? Semua orang disini bahkan terpesona melihat penampilanmu”

“Kau tidak perlu menjadi pemalu. Kau cantik dan berbakat.”

Ucapan anggota kelompoknya membuat Izumi tersenyum. Setelah sekian lama tidak bernyanyi sepertinya suaranya masih cukup bagus. Perasaannya sedikit membaik setelah bernyanyi. Dulu menyanyi baginya adalah obat untuk menjernihkan fikirannya yang sedang kacau. Sekarang ia bahkan harus benar-benar minum obat jika fikirannya kacau lagi.

“Terima Kasih ya Nakano-san. Aku tidak menyangka kelompok kita memiliki gadis berbakat sepertimu.” Kobayashi menepuk pundak Izumi.

“Kalau aku jadi kau, aku pasti sudah mengajukan diri untuk unjuk bakat tanpa perlu jankenpon. Kau pasti sangat populer di sekolahmu dulu, ya kan ?” Izumi tersenyum kikuk mendengar ucapan Miyu yang membahas soal sekolah lamanya.

“Aku merasa tidak populer sama sekali.”  Izumi berusaha memperlihatkan gestur kalau ia tidak tertarik dengan percakapan itu.

“Benarkah? Kau dari sekolah mana? Aku tidak percaya kau tidak populer disana. Aku yang hanya bermodalkan wajah cantik saja bisa popular di sekolahku. Apalagi kau?” Untuk kesekian kali ucapan Miyu membuatnya tidak nyaman.

“Memangnya kau dari sekolah mana?” Tanya seorang senior yang membuat sikap Miyu melunak.

“SMA Otaru Choryo” Sahut Miyu dengan nada yang lebih ramah. Izumi menahan nafas sesaat setelah mengetahui kalau Miyu ternyata berasal dari sekolah yang sama dengannya saat ia kelas dua SMA. Kenapa izumi merasa sangat asing dengan wajah Miyu? Meskipun Miyu satu tingkat di bawah Izumi harusnya Izumi setidaknya mengenali wajah Miyu.

“Aku baru mendengar nama sekolah itu.” Senior itu sepertinya sengaja membuat Miyu tidak nyaman setelah apa yang Miyu lakukan pada Izumi.

“Sekolahku memang tidak populer. Lagipula aku hanya menghabiskan tahun ketigaku disana. Aku terpaksa pindah ke sekolah itu karena orang tuaku.” Izumi akhirnya mengetahui kenapa wajah miyu terasa asing. Gadis menyebalkan itu memasuki sekolahnya setahun setelah kepindahan Izumi.

                Lampu apartemen Ishida menyala seiring dirinya memasuki apartemen. Ia menggantung tasnya dan meletakkan jaketnya di atas tempat tidur. Ia membuka laci kecil di samping kasurnya dan mengambil bolpoint biru dengan gantungan boneka rajut kecil diujungnya. Ishida sempat mengira kalau gadis di ruang registrasi kemarin hanya kebetulan memiliki gantungan bolpoint berbentuk boneka yang mirip dengan yang pernah ia buat dulu. Rupanya gantungan boneka itu benar-benar miliknya dua tahun yang lalu.

“Bagaimana hari pertama di kampus?”

Ishida membaca pesan dari layarnya, ia sudah menyadari pesan itu sejak dua jam lalu tapi ia tidak ingin membalasnya.

“Apa kau sudah pulang?”

Pesan dari orang yang sama. Ishida menutup ponselnya dan mengabaikannya lagi. Ia menuju kamar mandi dan membiarkan tubuhnya yang kekar basah oleh air dari pancuran. Selama ia mandi, sayup-sayup terdengar bel apartemennya berbunyi. Ia ingat tidak memiliki janji dengan siapapun. Ishida mengabaikan bunyi bel itu dan melanjutkan acara mandinya. Lagi pula jika orang itu benar-benar mempunyai kepentingan dengannya, tentu ia akan memberi tahu Ishida kalau Ia baru saja mendatangi apartemennya tapi tidak ada orang.

Ishida keluar dari kamar dengan celana pendek hitam, ia masih mengeringkan rambut dengan handuk saat mengecek melalui door viewer apakah diluar masih ada orang atau tidak. Karena tidak menemukan siapapun, Ishida memutuskan untuk membuka pintu. Tepat sejengkal di depan kakinya ia menemukan beberapa paperbag di sana. Ishida meraih secarik kertas dan membukanya sembari memasuki apartemennya.

Simpan lobak di kulkas dan makanan instant di lemari. Jangan makan makanan yang sudah dimasak lebih dari delapan jam. Jangan lupa mencuci sayurannya sebelum kau masak. Jaga Kesehatan ya, ibu merindukanmu

Ishida tersenyum sinis.

Memangnya dia siapa berani menyebut dirinya ‘ibu’ ?

Seorang Wanita berjalan menuju sebuah mobil. Ia tersenyum sesaat setelah menatap pria di balik kemudi.

“Apa kau berhasil menemuinya?” Pria itu bertanya dengan nada yang tidak  ramah.

“Dia terlalu sibuk untuk menemuiku. Jadi aku meletakannya di depan pintu apartemen.” Wanita itu berkata sambil tersenyum seolah semuanya berjalan baik-baik saja.

Kenichi menghembuskan nafas kesal. Mungkin Wanita itu tidak keberatan dengan situasi saat ini, tapi melihat ia diperlakukan seperti itu membuat Kenichi benar-benar marah.

“Dia hanya tidak mau bertemu denganmu. Berhenti berusaha terlalu keras, aku benci melihat ibu seperti itu.” Kenichi menginjak pedal gas dan meninggalkan parkiran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status