"Kunci rumahnya mana, Val?" Salma bertanya di depan rumah yang selama ini di tinggali oleh Valdi dan Rika. "Rika gak kasih kunci ke Kak Salma? Kemarin padahal aku udah bilang mau ngebawa Kakak buat tinggal di sini.""Nggak pernah tuh dia kasih kunci ke aku," jawab Salma jutek."Ini, Kak. Aku punya kunci serep!" Valdi mengeluarkan kunci yang selama ini ia simpan sendiri."Kok rumah ini kosong, Val?" Salma heran melihat suasana rumah Valdi yang kosong melompong melompong. Tak ada satu pun perkakas tersisa di sana."Emang sengaja ku suruh Rika bawain semua barang-barang itu, Kak. Biar Kakak bisa tenang tinggal di rumah ini.""Terus Rikanya kemana?""Udah aku usir, Kak. Mungkin sekarang dia sibuk cari kontrakan baru yang mau nampung hidup janda kayak dia," ucap Valdi."Salah sendiri kenapa belagu amat menceraikan aku. Ntar dia bisa rasain kalo gak ada suami," Salma menimpali."Biarin aja lah, Kak. Ntar juga dia pasti nyesel sendiri,""Oh iya, di sini kakak bisa nenangin diri. Lupain dulu
"Rangga!" Valdi memanggil dengan suara serak.Yang dipanggil pun menoleh,"Valdi?""Kamu ngapain sama Rika, Rangg?" Valdi tak kuasa untuk bertanya. Sorot matanya mulai menampakkan kecemburuan."Ngapain nanya soal aku, Valdi?" Rika tak senang namanya dibawa-bawa."Kamu, Rika! Pantasan kamu gak bisa jadi istri yang baik selama ini! Rupanya diluar kamu main laki-laki!" tuduh Valdi membabi buta. "Jangan menuduh aku yang nggak pantes, Val. Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi sekarang. Kamu gak berhak ngurusin hidup aku!" Rika berujar menahan kesabaran. Wanita tersebut tersebut terang merasa tidak terima bila ia di tuduh tanoa bukti."Pantesan kamu mau gugat cerai aku, Rik! Rupanya emang ada laki-laki ini yang mau menyokong kebutuhan kamu! Murah sekali harga dirimu!""Stop bicara begitu, Valdi! Rika wanita mandiri! Dia tidak pernah mengandalkan orang lain, apalagi laki-laki untuk memenuhi kebutuhan dia!"Valdi menyunggingkan senyum sindiran."Kamu membela wanita ini, Rangga! Rupanya selam
sekarang kamu ada main sama Rangga! Apa karena dia manager kamu? Kamu nggak punya harga diri, Rika! Laki-laki ini yang sudah bikin kamu nyerein aku, kan?” Valdi sungguh tak senang.“Apa maksudmu? Hubunganku dan Pak Rangga hanyalah sebatas dunia kerja! Tolong jangan sebar fitnah macem-macem, Valdi!” Rika membela diri.“Liat aja sekarang, kamu manggil aku dengan sebutan nama. Nggak sopan banget. Padahal aku ini suami kamu,”“Mantan suami, Valdi! Kamu bukan suamiku lagi!” Rika memotong ucapan laki-laki di hadapannya.Valdi gelagapan. Ia baru ingat jika mereka telah bercerai.“Kamu nggak punya nurani, Rik! Kamu udah nggak mau ngehormatin aku lagi!”Melihat apa yang terjadi, Rangga sungguh tak bisa menahan sabar.“Val, Kita gak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi aku udah gak punya kewajiban apapun sama jamu. Tolong jangan buat keributan di sini! Jangan memancing emosiku lebih jauh,” ujar Rika.“Sombong kamu sekarang ya! Karena ada lelaki ini, bukan?” Valdi menunjuk muka Rangga.Dengan muka t
Aku meninggalkan area kantor yang teramat menjengkelkan itu. Rangga? Kur*ng ajar sekali dia! Apa-apaan dia mendekati Rika? Aku tidak tahu mengapa rasanya hati ini panas melihatnya. Rasanya Rika telah menginjak harga diriku. Tunggu kau Rangga! “Valdii!” Suara Vina menanggilku dari belakang. Kulihat wajah Vina yang baru saja muncul di pintu ruang tamu. Wanita ini sangat cantik, tidak kalah bila dibanding dengan Rika.Tapi Rika, tadi kulihat wajahnya agak berubah. Mengapa wajahnya bisa bersih sekarang? Padahal dulu kusam dan kurang enak dipandang. Apa karena mataku yang rusak karena jarang melihatnya begitu? Apa Rangga benar-benar mengincar Rika? Aduh, rasanya sakit hati ini membayangkan ketika dia terlihat lebih cantik malah di incar sama pria lain. Ini sepertinya Rangga mencari kesempatan dalam kesempitan nih. Kenapa tidak dari dulu saja kamu tampil seperti itu, Rika? Kenapa ketika kita pisah baru merawat diri? Padahal dulu ketika masih bareng aku kamu tak pernah mau merawat diri
Pov VinaAku menghindari mas Valdi yang mencoba-coba untuk menyentuhku. Ilfeel saja rasanya sama pria ini. Pengangguran, kagak kasih duit, tapi mau minta di layani. Big no! “Kamu kenapa nolak terus, Sayang? Dosa lho kalo nolak suami,”Ucapannya membuat aku tertawa saja. Omong kosong saha bicara soal dosa.“Tubuhku gak gratis, Valdi! Biarin kamu statusnya suami aku, kalo gak kasih duit, nggak ada jatah!” Tegasku. Gerah benar aku dibuatnya. “Sayang, Mas minta maaf belum bisa kasih kamu uang lebih,” ujarnya.“Jangankan uang lebih, Mas. Uang cukup aja nggak,” imbuhku.Valdi menatap ke arah langit-langit seperti melamun.“Mas mau rumah tangga kita langgeng, Vin. Mas mau kamu jadi istri yang penurut dan ibu baik buat anak kita nanti,” ujarnya serius.“Enak aja ngarep aku jadi istri yang nurut sama kamu. Kalo masih kere tolong jangan ngarep terlalu jauh, Mas!”Jujur lama-lama aku muak sama pria ini. Lagi pula sepertinya tidak ada lagi yang bisa aku harapkan dari dia, mobil kreditan, masih
Di kediaman lama Valdi, Salma sedang berbincang-bincang kepada para tetangga. Salma terlihat ramah sekali."Sebenernya aku itu sedih sekali Rika bercerai sama adik saya. Karena kasihan banget ngeliat anak mereka. Clara harus besar tanpa kasih sayang dari ayahnya. Tapi Rika nggak mikir sampe ke sana. Sekarang mereka cerai, pastilah anak yang akan jadi korban." ucap Salma dengan suara sedih."Dan sebelumnya Valdi udah bersusah payah mau mempertahankan rumah tangga mereka. Tapi Rika sangat egois. Nggak mikir anak. Coba lihat sekarang, Rika pindah ngontrak di tempat lain, kemarin aku gak sengaja liat, kontrakannnya mana kecil dan kumuh juga. Sampe hati dis ngajak keponakan aku tinggal di sana. Aku mau kasih duit ke Clara aja ditolak mentah-mentah sama Rika. Sedih banget aku rasanya," Setitik air mata Salma menetes. Mengundang simpati ibu-ibu yang mendengarnya. Beberapa diantara mereka menyarankan Salma untuk bersabar."Kasihan Clara kalau begitu ya, Sal. Padahal selama ini kukira kamu ya
Bab 63Aku melangkah memasuki deretan dimana toko Bu Yuni berada. Sebelumnya aku telah mencari info dan menyusun semua yang terkait dengan apa yang ingin aku lakukan."Selamat pagi, Mbak Rik. Mau cari apa?" Anak Bu Yuni yang sedang menjaga toko ibunya menyapa."Mau cari laptop, Dek. Ibunya ada?" tanyaku."Ada, bentar aku panggilin dulu!" Anak itu beranjak menanggil ibunya.Sementara itu aku mengecek ponselku sebentar. Mengecek pesan dati seseorang yang kain Hmmm, sebentar lagi wanita itu juga akan segera sampai kemari. Tak lama kemudian Bu Yuni yang kemarin bicara judes itu keluar juga.Muka Bu Yuni masih terlihat masam."Oh, Rika Rupanya." tanggapnya pendek."Iya, Bu." Jawabku."Mau apa?" ujarnya jutek.Tiiin .... Tiin!Tiba-tiba sebuah klakson berhenti tepat di depan toko. Kulihat Bu Yuni sumringah sekali melihat siapa yang turun dari sepeda motor yang baru saja berhenti tersebut."Salma... Mau kemana? Ayo mampir dulu!" Senyum Bu Yuni. Sengaja aku bodo amat tanpa melihat ke arah
Bab 64Aku melirik punggung Rika yang berjalan menjauhi kami. Sombong sekali gayanya. Baru beli laptop segitu aja udah dipamer-pamerin lagi ke kami. Cuman sepuluh juta juga harganya. Ish, uang Valdi bahkan bisa membeli yang lebih mahal dari itu.Tadi aku puas sekali melihat dia di cuekin sama Bu Yuni. Rasain aja gimana rasanya nggak dipeduliin! Di anggap gak guna!Dia pikir setelah menggugat cerai adikku dia bisa bebas sebebas bebasnya? Nggak, Rik! Aku sebagai kakak kandungnya Valdi nggak akan diam melihat adikku kamu sengsarain selama ini! Udah terlalu banyak kerugian yang Valdi rasain. Nggak ada gunanya selama bertahun-tahun Valdi kasih makan wanita seperti dia. Jangankan berterima kasih malah kayaknya dia Emang sengaja pengen mencoreng harga diri adikku dengan sok berani menggugat cerai. Padahal kalau dia mau bersyukur, sudah lebih dari cukup selama ini Valdi selalu berkorban untuk menghidupi dia.Aku mencebik melihat wanita itu meninggalkan kami dengan muka culasnya."Kok bisa dia