Bab 114"Nak, mama tahu kamu emang membutuhkan sosok seorang ayah. Jadi, jadi maafkan mama yang tak bisa bertahan untuk menjaga Papa di sampingmu, Nak. Ini semua salah ibu," aku berucap dengan harapan anak ini memaafkan kesalahan yang telah kulakukan. "Nggak, Ma. Ini bukan salah mama. Tapi ini adalah takdir. Justru aku yang harus meminta maaf. Karena aku terlalu ceroboh dalam setiap kondisi. Aku terlalu bodoh mempercayai Papa. maafin Clara, Ma!'Aku membenarkan alasan anak ini, pernah bertindak terlalu bodoh dan terburu-buru. Tapi, tapi aku tak ingin sepenuhnya menyalahkannya. Itu ia lakukan karena benar-benar mengharapkan kasih sayang seorang ayah. Memang seharusnya, setiap anak selalu berharap dibesarkan dalam keluarga yang lengkap dan harmonis."Nak maafkan Mama yang gak bisa bikin kamu hidup berdampingan dengan ayahmu,""Enggak Ma, ini bukan salah Mama. Mama udah cukup baik udah menghindari aku dari orang jahat kayak papa."Entah apa yang akan aku katakan lagi. Bocah yang selalu
Bab 115 Aku akhirnya mencari tahu dan kemudian menghubungi satu persatu pengacara yang ku ketahui.Bahkan aku berulang kali menghubungi pengacara David. Tapi entahlah tidak seperti biasanya David teramat susah untuk dimintai pertolongan untuk mendampingiku di pengadilan."Rika!" Seseorang berkata dari belakangku membuyarkan lamunanku.Aku menoleh.Huh orang itu lagi."Ya," sahutku.Kudengar langkah pelan laki-laki itu mendekat. Ada apa lagi dia mendekatiku? Membosankan."Kamu kelihatan lesu baru-baru ini. Apa ada sesuatu yang kamu pikirkan? Apa masalah putrimu yang membuatmu seperti ini?" Aku terkejut bisa-bisanya dia menebak-nebak seduka hati. Menyebalkan. Anehnya tebakannya ternyata benar."Kenapa kamu tanya itu, Rangga?" Aku tanya balik."Tidak apa-apa. Aku hanya khawatir saja." ucapnya."Kayaknya kamu nggak perlu khawatir sama urusan aku!" Apa yang aku katakan itu adalah benar. Aku bukan siapa-siapanya dia, bahkan sekarang dibilang teman pun aku malas. Aku sudah mengurangi beri
Bab 116"Jangan asal bicara, Rangga! Seharusnya kalau kamu mau berbohong, ada baiknya kamu riset dulu keadaan yang sebenarnya." Serta merta aku berkata. Mungkin saja dia pikir aku bodoh akan mempercayai kata-katanya begitu saja."Apa maksudmu berkata seperti itu, Rika? Aku benar-benar mau menolongmu bukan membohongimu! Kalau kau punya prasangka buruk terhadapku simpan saja prasangkamu itu untuk sementara. Apa kamu mau terus-menerus berada dalam pikiranmu yang selalu saja memandangku dari sudut pandang negatif? Sehingga Kau rela mengabaikan sesuatu yang jauh lebih penting daripada perasaanmu itu?"Hampir saja aku tersedak mendengar kata-katanya. Meski tampangnya terlihat meyakinkan, tapi rasa curigaku rasanya sangat sulit untuk disampingkan. Bagaimana aku tidak terus-terusan merasa curiga jika kata-katanya saja mengandung kebohongan. "Kata-katamu akan dengan mudah membohongi targetmu, Rangga. Tapi baiklah maukah kamu aku tunjukkan salah satu bentuk kebohongan kamu? Agar kau berhenti t
Bab 117"Rangga!" Aku cepat menatik tangan pria itu."Apa? Kau nampak cemas. Katakan padaku apa yang kamu cemaskan?""Tolong jangan campuri urusanku terlalu dalam, Rangga! Untuk apa kau ingin menyelesaikan masalah itu jika tujuanmu hanya untuk membalaskan dendam atas perkataan mertua dan ipar-iparku padaku dulu?"Rangga berbalik dan menatapku dalam."Sejak dulu aku tahu jika perkataan mereka adalah sebuah hal yang menyakitkan untukmu. Dan seandainya saja kamu tahu, bawa apapun yang dilakukan oleh orang-orang yang bisa menyakiti hatimu, itu akan menyakitiku juga. Aku harap kau paham. Jadi jangan mencegahku lagi!"Astaga. Mengapa dia begitu peduli dengan masalahku.Ya Tuhan, pria ini sangat sulit untuk kutebak."Rangga tolong, demi perasaanmu janganlah bertindak terlalu jauh. Aku bukanlah sosok yang sempurna. Jadi jangan lakukan sesuatu demi aku. Ataupun demi putriku Karena sesuatu yang kau lakukan, Aku takut itu akan membahayakan dirimu sendiri. Kalau kau merasa perlu dan harus menolon
Bab 118Aku menggenggam jari jemariku. Perkataan pengacara David tado siang sedikit agak membuatku penuh tanya, sebagaimana perasaanku ketika rangga menyatakan hal yang sama kemarin."Maafkan kami Rika, sebelumnya aku memang mengatakan seperti itu sana kamu, aku bilang aku tidak bersedia mendampingimu, alasannya adalah seperti yang sudah dijelaskan oleh Rangga. Kurasa rangga sudah menjelaskannya." Kata-kata david kembali terngiang.Pertanyaan terbesar kedua adalah mengapa Rangga dan David melakukan ini tanpa sepengetahuanku? Tak urung aku berpikir bahwa keduanya seperti bekerja sama. Apa yang sebenarnya yang mereka sembunyikan? Apa rencana mereka? Ya ampun, mengapa sedikit saja aku tak bisa untuk membuang pikiran negatif. Karena rasa penasaran dan beragam tanya yang muncul dalam pikiran, sepertinya aku harus segera menemui Rangga.Tapi nanti dulu, tujuan utama aku untuk menemui rangga itu apa? Hanya untuk menanyakan apa tujuan mereka? Ya Rabb, mengapa aku bisa berpikir seperti itu?
Bab 119"Rika, kenapa kamu cuma berdiri saja? Maaf sebelumnya kalau kedatanganku mengganggu tidurmu," ujarnya."Tidak. tidak apa-apa. aku tidak terganggu. mungkin hanya karena kelelelahan saja yang membuatku seperti ini," ralatku cepat."Aku datang kemari karena ingin menyampaikan padamu kalau kita harus menyiapkan segala sesuatunya tanpa ada yang ketinggalan dalam waktu dekat. Karena lusa adalah sidang pertama kasus yang sedang kita hadapi ini. Aku dan David juga sudah menyiapkan segalanya. Hanya saja aku memintamu untuk memberi semangat pada Clara agar nanti tak gugup saat di tengah-tengah jalannya persidangan. Kamu harus memberinya support, ' ujarnya."Tentu saja aku akan menyemangati putriku, Rangga. Tapi aku mengucapkan terimakasih banyak atas saranmu.""Satu lagi, ini aku sudah membawa berkas untukmu untuk kau ketahui isinya. jadi. Ini dari pengacara David juga. Karena kemarin kamu tidak bisa menemui kami, maka aku memberimu apa yang sudah kami bahas kemarin. Semoga kamu setuju
Bab 120Kulihat ke ponselku, di sana ada beberapa panggilan tak terjawab. Aku mengecek ternyata itu adalah panggilan dari Pengacara David.Tanpa membuang-buang waktu lagi aku kembali menghubungi pengacara tersebut."Halo Rika," tak butuh waktu lama pengacara David segera mengangkat teleponku."Maaf sekali Pak David, tadi aku tidak sempat mengangkat telepon anda. Karena ada beberapa kesibukan di kantor. Jadi aku minta maaf karenanya," aku berucap cepat."Tidak apa-apa, lagi pula Rangga bilang dia saja yang akan menyelesaikan semuanya."Keningku berkerut,"Memangnya apa yang harus diselesaikan Pak? Kalau waktu memungkinkan maka aku akan berusaha untuk secepat mungkin. Maklum ini tadi aku terlalu repot dengan urusan kantor, sehingga membuatku sedikit abai. Lain kali aku akan berusaha untuk semaksimal mungkin." aku menjelaskan."Tidak, Rangga sudah menyelesaikannya. Aku hanya memintamu untuk sedikit membicarakan soal laporan. Karena Rangga yang menyelesaikannya, nanti aku akan menyuruhnya
Bab 121"Tidak begitu, Rangga. Tapi... Mengapa kamu mengatakan seperti itu pada mereka? Apa alasannya? Kamu tidak ingin jika aku kembali padanya?"Mendengar kata-kataku tiba-tiba matanya membulat."Tentu saja tidak. Maksudku bukan itu.""Lalu?""Bukankah kamu sudah punya lelaki lain yang menjadi tunanganmu? Jadi, Aku hanya tidak ingin menyakiti hati tunanganmu saja."Aku semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraannya."Tunangan?" Aku membulatkan mata."Sudahlah, Rika. Ini sudah waktunya kita pulang. Kamu butuh istirahat dan waktu luang." ucapnya."Sedangkan kamu?" Aku melihat ke arah netranya."Aku dan David tentu banyak sesuatu yang harus kami selesaikan." ujarnya."Apa itu engenai seputar kasus yang tengah menimpa kami?""Ya," jawabnya."Kalau begitu, tidak sepatutnya aku diam beristirahat, sedangkan kalian kerja keras." Jawabku."Jangan berpikir begitu!""Rangga, kamu selalu saja repot karena aku. Tapi kalau kamu merasa kesusahan, kamu bisa berhenti saja." ucapku."Apa? Kamu bi