Home / Romansa / Twogether / 18. MUSIK KLASIK

Share

18. MUSIK KLASIK

Author: Vaya Diminim
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tangan Anna selalu sibuk setiap pagi seperti biasanya. Jari jemarinya bergerak cepat mengulir layar ponselnya untuk memeriksa jadwal kerjanya. Dia termasuk orang yang pelupa jika tidak menggunakan pengingat, jadi dia harus membuat jadwal sedemikian rupa jika tak ingin dipecat dari pekerjaannya yang sekarang. Dia sangat tahu kalau mencari pekerjaan di tengah kota Jakarta sangatlah susah. Ibarat mencari jarum dalam jerami.

Mata Anna membelalak ketika membaca salah satu jadwalnya. Nanti malam di sebuah gedung opera, pukul enam sore dia akan menghadiri resital pianis terkenal dari negara ginseng merah, Korea Selatan – Hwang Jun. Namanya sudah berlalu lalang di televisi dan selalu menjadi topik utama di majalah ternama. Pianis muda yang mendapatkan penghargaan kelas dunia.

Hobi Anna memang tidak bisa dikatakan murah. Dia harus menabung berbulan-bulan sebelum berhasil mendapatkan tiket yang sulitnya minta ampun karena selalu habis dalam sepersekian detik.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayu Widia Susanti
semangat Thor,, di tunggu kelanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Twogether   19. LAGU SEDIH

    Mereka tiba di gedung opera. Eden berjalan lebih dulu dan Anna mengikutinya di belakang. Anna tak bisa menutup mulutnya yang ternganga saking kagumnya ketika melihat betapa megahnya gedung yang dipijakinya kini. “Tidak bisakah kau menutup mulut? Lalat besar bisa saja masuk kesana lalu membuat rumah di dalamnya,” ledek Eden ketika mereka tiba di depan lift. Dia melihat Anna yang tertinggal beberapa langkah darinya.Anna tertegun. Dia segera menutup mulut dan menyusul Eden di depan. “Kau pasti sering ke sini ya?” tebak Anna karena Eden terlihat santai saja ketika memasuki gedung. Tak seperti dirinya yang terlihat sangat kampungan. Tak bisa dipungkiri, itu memang pertama kalinya bagi Anna. Jadi wajar saja dia begitu takjub.Mereka duduk di bangku yang paling tengah. Tempat duduk yang sangat strategis sehingga bisa menyaksikan sang pianis dengan jelas. Anna tampak sangat bersemangat dan antusias ketika lampu mulai dimatikan. Sebentar lagi pertunjukan akan di mulai. Eden pun melirik Anna d

  • Twogether   20. EGOIS

    “Maafkan aku," kata Anna menyudahi tangis sambil membuang ingus pada sapu tangan milik Eden tadi."Kau tak perlu minta maaf, toh tidak ada yang harus di maafkan. Menangis bukanlah suatu kejahatan." Eden menaruh pandangan pada Anna yang masih sibuk membersihkan wajahnya."Aku menangis karena musik Hwang Jun, bukan karena pria itu," tegas Anna pelan. Tak ingin disalah pahami bahwa dia sudah usai dengan Kevin dan tak ada yang perlu ditangisi lagi tentangnya. Setidaknya itu yang diinginkannya.Eden mengulum senyum. Tiba-tiba saja sikap Anna menjadi lucu di matanya. “Aku tidak mengatakan apa pun, jadi ya..” kalimat Eden terhenti dengan bahu terangkat. “Kau bisa menangis sepuasnya,” tutupnya sambil memalingkan pandangan. “Aku akan pura-pura tida melihatnya.”Anna mengusap wajah dengan kedua tangan kemudian merapikan poninya yang berantakan. Sapu tangan tadi di simpannya di dalam tas. “Ini akan ku kembalikan besok,” tukasnya masih sambil mematut-matut wajahnya pada kaca kecil yang menggantun

  • Twogether   21. REUNI MINI

    Anna kembali ditugaskan dibagian pakaian wanita. Dia berdiri di dekat kasir sembari menunggu pelanggan berbelanja. Lelah? Iya. Tapi dia sudah terbiasa karena pekerjaannya memang tidak pernah duduk. Terkadang dia harus berlari kesana kemari, belum lagi naik turun tangga. “Permisi,” seorang pelanggan menepuk pundak Anna dari belakang. Anna berbalik dan mendapati seorang gadis yang seumuran dengannya tengah tersenyum manja. “Ada yang bisa saya bantu?” Anna menawarkan diri dengan ramah – lebih tepatnya berpura-pura ramah. “Nanti malam, kita ada reunian. Aku harap kau bisa datang,” pinta Olive. “Banyak dari yang lain menanyakan kabarmu karena aku bilang bertemu denganmu kemarin, jadi mereka meminta agar kau datang,” Anna menghela napas. “Aku tak bisa. Kau tak lihat aku sibuk untuk menghasilkan uang?” kata Anna kembali berbalik badan membelakangi Olive. “Aku sudah mengirimkan alamatnya. Pastikan saja kalau kau datang. Aku dengar Zeno juga datang,” bisik O

  • Twogether   22. CINTA PERTAMA

    Semua mata masih tertuju pada pria bertubuh tinggi dengan mata sipitnya itu. Sontak Anna langsung berdiri dari kursi, membiarkan Eden terus menggenggam tangannya. Matanya melotot pada Eden menuntut sebuah jawaban. Seingatnya dia tak pernah menyebutkan tempat pertemuan reuninya saat berbicara ditelfon tadi. Tapi bagaimana pria itu bisa menemukannya di sana? Pada waktu yang tepat pula. “Apa aku terlambat, sayang?” tanya Eden pelan. “Ti-tidak juga, tapi bagaimana kau bisa ada di sini?” “Astaga!” Telunjuk Eden merapikan ujung poni Anna ke belakang telinga yang membuat Anna langsung menutup mata untuk sepersekian detik. “Kau lupa kalau memintaku pergi bersama tapi malah pergi sendirian lebih dulu?” Eden melemparkan tawa pelan yang terkesan agak dipaksakan. “Aku?” Anna balik bertanya dengan suara yang dikecilkan, telunjuk Anna terangkat menunjuk dirinya. “Kau kekasih Anna?” Olive bertanya memecah pusat perhatian semua orang. Termas

  • Twogether   23. AKULAH ORANG KETIGA

    Pukul sembilan pagi. “Kau tidak sarapan dulu?” ajak Sherin dari meja mini bar di dapur. Dia tengah menyantap roti bakar sambil melihat Anna yang sibuk sedari tadi. “Tidak usah, ini salahmu! Aku tidak punya waktu untuk sarapan karena kau tidak membangunkanku,” rengek Anna karena dia sudah terlambat. Huft. Dia kesulitan memakai sepatu sneakers yang akan dia pakai untuk berlari setelah ini. “Kenapa menjadi salahku? Tentu salahmu, kau sendiri yang tidak meninggalkan pesan padaku sebelum tidur,” balas Sherin sewot. Dia tak terima disalahkan begitu saja. “Lagi pula tingkahmu memang sudah aneh sejak semalam. Jadi wajar saja kau terlambat pagi ini,” “Ah, sudahlah. Aku berangkat dulu,” ucap Anna langsung meluncur keluar dari apartement mereka. Secepat kilat dia berlari. Terpaksa kali ini menggunakan taksi untuk menghemat waktu. Lebih baik daripada dia harus kehilangan pekerjaan. Anna memijat-mijat kakinya di ruang ganti ketika jam istirahat. Har

  • Twogether   24. SENTUHAN DI TENGAH PESTA

    Anna tampil cantik mengenakan dress sebatis berwarna kuning. Dia menunjukkan beberapa pose andalannya. Tapi…. “Ganti,” kata Eden singkat. Dia duduk di sofa empuk sembari menunggu Anna keluar dari ruang ganti. Dia memberi isyarat pada pelayan toko untuk memberikan sepasang baju lain. Anna memanyunkan bibir. Padahal dia cukup suka dengan dress yang melekat di badannya kini. Dia kembali memasuki ruang ganti di belakang. Tidak lama. Tirai ruang ganti kembali dibuka. Anna keluar dengan blouse berwarna pastel cerah dengan rok kembang. Dia kembali berpose sambil tersenyum. Tetapi Eden tampak tak suka. “Ganti,” katanya lagi. Raut wajah Anna berubah datar dan berjalan kembali memasuki ruang ganti sambil menghentakkan kaki. Ini sudah pakaian yang ke-tujuh. Dia tak mengerti dengan selera Eden. Dia bilang ingin membantu Anna balas dendam. Tapi sepertinya Edenlah yang balas dendam padanya. Terlepas dari apapun salahnya.Kali ini Anna keluar dengan balutan terusan sebatis be

  • Twogether   25. TAMENG PELINDUNG

    Siapa yang bisa melupakan cinta pertama mereka? Sebuah perasaan nano-nano masa remaja yang masih membekas di hati. Banyak orang yang mengatakan jika seseorang tak akan pernah berhasil dengan cinta pertama mereka. Tapi tiada yang tahu isi hati. Siapa yang bisa menjamin hal itu?Anna memutar kepala mencari sumber suara yang baru saja memanggilnya. Di dapati seorang pria tengah berjalan ke arahnya, semakin dekat.“Sungguh semesta tampaknya mendukung, cinta pertamamu ada di sini,” bisik Eden pelan tepat sebelum Eden tiba tepat di depan mereka.“Hei! Apa yang kau lakukan di sini?” Anna berbasa-basi. Mengabaikan ocehan Eden barusan.“Ya, tentu saja menghadiri pesta pernikahan,” jawab Zeno diiringi ketawa hambar.Anna mengutuk dirinya untuk menanyakan hal bodoh yang sudah jelas-jelas jawabanya. Sementara itu, diam-diam saat itu, Eden meraih dan menggenggam tangan Anna. Mode kekasihnya baru saja diaktifkan secara otomatis yang berhasil membuat perhatian Zenno tersita. Anna sedikit

  • Twogether   26. KAGUM MENJADI SUKA

    Pupil Anna membesar. Jangan bilang kalau Zeno akan mengungkit cerita masa lalunya.“Zeno!” potong Anna dengan cepat. Masalah itu tak perlu di bahas di sana.“Hutang apa? Seingatku kau tak pernah berhutang padaku,” kata Anna berpura-pura.Pria yang disebut namanya itu seketika terdiam. Keningnya terlipat melihat sikap Anna yang tiba-tiba menjadi panik. “Sepertinya itu hutang yang besar, ya? Sampai kau menjadi panik begitu?” bisik Eden pelan sambil mencongkankan wajahnya ke balik telinga Anna. Anna hanya bisa memberi isyarat melalui sorot mata. Tak ingin ucapannya ikut terdengar oleh Zeno.“Sepertinya kami sudah selesai menikmati hidangannya, kalau begitu kami pergi dulu ya,” Anna bangkit lebih dulu. Dia ikut menarik lengan Eden agar ikut bangkit dengannya. Anna mengirim isyarat melalui mata pada Eden. Kemudian dia beralih menatap Zeno. “Aku akan menelfonmu nanti,” kata Anna sambil menempelkan sebelah tangan di telinga. Lalu dia menarik lengan Eden segera keluar

Latest chapter

  • Twogether   87. JAMUAN KELUARGA

    Anna berkomat-kamit sendiri sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya. Matanya membesar ketika melihat Eden hendak kembali ke meja, jadi dia bisa segera mengajak Eden beranjak dari sana. Tangan Anna terangkat hendak memanggil, namun senyumnya seketika luntur. Eden justru malah membalas sapaan orang lain. Anna berbalik. Matanya kembali membesar. Eden membalas sapaan seorang pria berusia sekitar tiga puluhan dan pria itu bersama orang yang ingin dihindari oleh Anna tadi. Ya, Oliv. Siapa lagi yang ingin dihindari Anna jikan bukan gadis itu. Tapi Anna menjadi bertanya-tanya apa yang dilakukan Olie dan suaminya di sini? Anna kembali duduk sambil menunduk. Mengeluarkan ponsel lalu pura-pura sibuk mengirim pesan ataupun menelepon seseorang. Tidak lama dia melakukan hal itu, dia kembali bangkit dan beranjak menuju meja lain yang agak jauh dari tempat Eden dan teman-temannya itu. Untuk sementara Anna menyimpulkan beberapa pria yang tampak lebih tua dari kekasihnya itu adalah te

  • Twogether   86. PERNIKAHAN TEMAN LAMA

    “Kali ini pernikahan temanmu yang mana?” Anna kembali bertanya ketika mereka berada di dalam mobil, menuju gedung pernikahan teman Eden. Pria itu juga sudah mengganti pakaian, dia tampak gagah dengan balutan jas hitam dan potongan rambut dengan model comma style. Gaya rambut yang paling cocok dengan potongan wajah asianya yang khas. “Ada tapi kau tidak kenal.” Eden menjawab singkat. Kali ini suaranya terdengar lebih lembut. Tapi jawaban singkat Eden membuat Anna menjadi bertanya-tanya. Dia tak mengenal Eden. Banyak hal yang tak diketahuinya tentang pria yang tengah mengemudi di sampingnya itu. Beda halnya dengan pria itu yang hampir mengetahui segala tentangnya. Termasuk apa yang berkelibat di kepalanya kini. Lihatlah kini Eden tengah mencuri-curi pandang padanya. Eden melirik Anna, gadis itu terdiam tak lagi bertanya. Tapi justru membuat Eden menjadi tak enak karena sudah menjawab singkat. Dia berdeham sekali mengusir keheningan.“Dia salah satu kenalanku sewa

  • Twogether   85. BLACK DRESS

    Kata orang, tiada pertemuan yang tak memiliki arti. Tiada pertemuan yang menjadi sebuah kebetulan karena sejatinya sudah ada yang mengatur dan sudah menjadi rencana alam. Ada orang yang percaya jika bertemu dengan orang asing sebanyak tiga kali dalam waktu berdekatan yang sering kali dikatakan berjodoh. Ada pula orang yang bertemu lebih dari itu dan hubungan mereka tetaplah orang asing. Bagaimana dengan orang asing yang tiba-tiba membantu kita untuk menyebrang di tengah jalan? Lalu dengan orang yang tak sengaja bertemu ketika sama-sama membeli daging ayam di supermarket atau mungkin orang yang tak sengaja tersenyum ketika berpapasan saat menyebrangi lampu merah? Keesokannya kita masih bertemu dan bertemu, namun hubungannya tidak lebih dari sebatas kenalan biasa. Kalian tahu? Terlalu banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk mengatakan jikalau sebuah pertemuan itu adalah kebetulan. Pertemuan Anna dan Eden mungkin bisa dikatakan sebagai sebuah kebetulan. Anggap saja ibu

  • Twogether   84. PERPISAHAN

    “Kau?” Jari telunjuk Anna spontan terangkat, menunjuk lurus ke arah pria yang mengenakan kemeja dengan potongan leher rendah di salah satu meja café.Pria yang di tunjuk itu menunjukkan seulas senyum yang menampakkan deretan giginya yang putih.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Masa muda yang mana yang kau rindukan?” Zeno kembali mengingatkan celoteh Anna beberapa menit yang lalu tepat setelah dua anak sekolah meninggalkan café.Anna berdecak kesal dan sedikit frustasi. “Seingatku aku sudah memberitahumu kalau aku tidak mau bertemu denganmu lagi bukan? Kenapa kau datang lagi ke sini, huh? Seharusnya kau sudah berada di Swiss sekarang?”Zeno mendengus. Dia tidak lupa dengan perkataan Anna. Lebih tepatnya ancaman Anna. Karena ucapan Anna waktu itu penuh tekanan.“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi rasanya tidak enak jika melalui telfon. Makanya aku mengajakmu bertemu. Sebentar saja.”Anna menghubungi Zeno kembali setelah pertemuan mereka siang itu di café milik Anna setelah Oliv m

  • Twogether   83. SAPAAN HANGAT

    Sinar matahari menyelinap masuk melewati celah celah ventilasi.“Kau mau aku buatkan sarapan dulu?” tanya Sherin berbasa-basi. Dia tengah memanggang beberapa toast di dapur.“Tidak usah,” jawab Anna sambil sibuk mengemasi barangnya yang berserakan di ruang tengah semalam.“Setidaknya minumlah ini,” sahut Sherin lagi sambil menyerahkan segelas jus apel di atas meja makan. “Supaya pencernaanmu lancar,”Gadis yang mengenakan skirt sebatis itu menurut. Dia berjalan menghampiri meja dan meminum jus buatan Sherin. “Terima kasih jusnya, aku merasa segar.”Sherin hanya tersenyum hangat sebagai balasan atasan pujian Anna. “Hubungi aku jika terjadi sesuatu! Jangan tiba-tiba pulang sambil nangis dan berantakan kayak semalam. Kau mengerti kan?”“Astaga! Kau mulai lagi, baiklah aku mengerti.” Anna sudah maklum dengan omelan sahabatnya itu. Dia tau kalau Sherin khawatir dan dia tidak boleh membuat sahabat satu-satunya itu diselimuti rasa kekhawatiran yang tak jelas. “Aku berangkat dulu, sampai jump

  • Twogether   82. MENYESAKKAN DADA

    “Siapa yang cemburu?” Eden menjadi salah tingkah. Dia mengusap rambutnya ke belakang dengan kedua tangan.“Lalu mengapa sikapmu yang berlebih seperti ini?”“Aku tidak berlebihan, hanya saja merasa kesal setelah melihatmu kembali bersikap bodoh saat di depan pria brengsek itu. Berapa kali harus kubilang, huh? Dia bukan pria baik-baik. Tidak cukup mempermalukanmu sekali waktu itu di café, sekarang kau ingin membiarkannya melakukannya lagi?”Anna menghela nafas panjang. Disatu sisi, dia merasa wajar melihat Eden murka dan juga geram melihat gadis bodoh yang terlalu mudah termakan omoongan manis dari cinta pertamanya. Dia menatap Eden lamat-lamat dengan mulut terkunci.“Berhentilah menatapku seperti itu.” Eden kembali mengingatkan Anna yang terdiam memperhatikannya untuk beberapa menit. Mereka duduk berhadapan yang dipisahkan oleh meja kecil yang di penuhi oleh kepulan asap sup yang baru saja tiba. “Aku tidak melihatmu.” Anna langsung mengalihkan pandangannya. “Pokoknya, urusa

  • Twogether   81. API ASMARA

    Terik matahari di luar ikut masuk menyelinap ke dalam hatinya yang terasa panas dan sesak sedari tadi. Semalam dia sudah menerima tawaran Oliv untuk bertemu pria yang paling ingin dihindarinya. Entah apa yang dipikirkannya semalam saat menerima tawaran semalam, alhasil kini hatinya penuh gejolak. Setengah karena rasa penasaran, setengah lagi penuh dengan rasa sakit.Anna hendak berganti pakaian karena sudah jamnya untuk pulang. Eh, tidak. Dia harus menemui Zeno sore itu di tempat kerjanya pula. Anna melirik jam dinding. Seharusnya dia sudah berada di sini. “Kau menungguku?” Suara itu membuat Anna menoleh. Ya. Itu Zeno. Orang yang di tunggunya sudah tiba. Tampak jelas perasaan cemas terpampang jelas di wajah Anna, tapi dia masih berusaha menyunggingkan seulas senyumnya, takut membuat Zeno merasa tidak nyaman. Ah, sial. Anna mengutuk dirinya dalam hati karena masih saja mencemaskan pria itu. Mereka duduk di salah satu meja café. Anna memesankan pesanan sembarang

  • Twogether   80. FIRST KISS

    Anna menoleh. Sepasang matanya memindai penampilan Eden yang begitu kacaud an berantakan. Malam itu pertama kalinya Anna melihat sisi itu dari Eden. Seberapa kacau pikirannya sampai seperti ini, pikir Anna dalam hati. Dia kembali menatap Eden yang berbaring dengan mata terpejam.Anna mengambil selimut hendak menutupi tubuh Eden. Namun gerak tangannya terhenti ketika suara serak Eden mengatakan sesuatu dengan pelan. “Aku merasa bersalah.” Eden bergumam pelan. “Maafkan aku,” lanjutnya lagi. “Untuk apa?” Anna duduk di lantai, di sisi sofa tempat Eden berbaring. Dia membiarkan tangan Eden yang memegang ujung lengan bajunya. “Semuanya.” Eden menghela nafas. “Aku benar-benar minta maaf.” Anna melepaskan tangan Eden. “Aku tidak bisa menerima permintaan maafmu.” Anna malah menjawab perkataan Eden dengan tenang. Bukannya karena kesal atau marah pada pria itu, tapi karena Anna juga merasa bersalah pada Eden. Hanya saja dia tidak menampakkannya sam

  • Twogether   79. MABUK BERSAMA

    Eden hanya bisa menatap punggung Anna saat berjalan menjauh. Ingin hatinya untuk segera berlari untuk mengejar gadis itu, namun langkah kakinya terasa berat. Ada perasaan semacam tak pantas yang terbersit di hatinya saat itu. Setelah semua yang telah dilakukannya pada Anna. Anna belum mabuk saat meninggalkan meja, Eden hanya berharap kekhawatirannya akan sia-sia karena Anna pasti bisa pulang dengan selamat. Toh tempat mereka minum tidak jauh dari apartemen milik Anna. Botol terakhir telah kosong. Kepalanya mulai terasa berat. Namun dia merasa masih belum mabuk. Eden ingin sekali mabuk setidaknya beban pikirannya akan hilang walau hanya semalam. Eden meninggalkan beberapa lembar uang kertas di meja lantas mulai berjalan gontai keluar. Pijakannya tidak pasti dan sedikit terhuyung huyung, tapi badannya masih bisa berdiri dan berjalan menuju minimarket terdekat. Salah seorang pelayan toko memberinya sebotol obat pengar agar dirinya bisa sege

DMCA.com Protection Status