Home / Romansa / Twogether / 17. PERNAH TERLUKA

Share

17. PERNAH TERLUKA

Author: Vaya Diminim
last update Last Updated: 2024-08-02 23:28:18

Dulu Eden mempunyai pemikiran yang sama dengan Anna. Memikirkan akan hidup bersama orang yang dicintainya saja sudah cukup untuk membuatnya merona. Tapi itu dulu. Tiba-tiba saja kenangan lima tahun lalu kembali melintas di benak Eden. Seolah kejadian itu baru terjadi kemarin. Waktu itu Eden menuruti kemauan ibunya untuk mengikuti kencan buta untuk pertama kalinya. Pertemuan pertama dengan gadis yang dipilih ibunya tidaklah buruk. Saat itu, Eden merasa beruntung dipertemukan dengan gadis cantik bernama Evelyn Lee. Sama seperti namanya, gadis itu berparas cantik, kulit putih, tinggi dan pekerjaan yang mumpuni yaitu menjadi seorang psikiater. Dia juga berasal dari keluarga yang setara dengan Eden. Dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Suaranya, senyumnya, semuanya. Saat pertemuan pertama, Eden tak banyak bicara karena ia tak terlalu pandai menunjukkan perasaan.

“Aku dengar kau dokter kecantikan terkenal di kota, itu mengagumkan,” puji Evelyn memulai topik pembicaraan. Mereka b
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayu Widia Susanti
di tunggu kelanjutannya Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Twogether   18. MUSIK KLASIK

    Tangan Anna selalu sibuk setiap pagi seperti biasanya. Jari jemarinya bergerak cepat mengulir layar ponselnya untuk memeriksa jadwal kerjanya. Dia termasuk orang yang pelupa jika tidak menggunakan pengingat, jadi dia harus membuat jadwal sedemikian rupa jika tak ingin dipecat dari pekerjaannya yang sekarang. Dia sangat tahu kalau mencari pekerjaan di tengah kota Jakarta sangatlah susah. Ibarat mencari jarum dalam jerami. Mata Anna membelalak ketika membaca salah satu jadwalnya. Nanti malam di sebuah gedung opera, pukul enam sore dia akan menghadiri resital pianis terkenal dari negara ginseng merah, Korea Selatan – Hwang Jun. Namanya sudah berlalu lalang di televisi dan selalu menjadi topik utama di majalah ternama. Pianis muda yang mendapatkan penghargaan kelas dunia. Hobi Anna memang tidak bisa dikatakan murah. Dia harus menabung berbulan-bulan sebelum berhasil mendapatkan tiket yang sulitnya minta ampun karena selalu habis dalam sepersekian detik.

    Last Updated : 2024-08-04
  • Twogether   19. LAGU SEDIH

    Mereka tiba di gedung opera. Eden berjalan lebih dulu dan Anna mengikutinya di belakang. Anna tak bisa menutup mulutnya yang ternganga saking kagumnya ketika melihat betapa megahnya gedung yang dipijakinya kini. “Tidak bisakah kau menutup mulut? Lalat besar bisa saja masuk kesana lalu membuat rumah di dalamnya,” ledek Eden ketika mereka tiba di depan lift. Dia melihat Anna yang tertinggal beberapa langkah darinya.Anna tertegun. Dia segera menutup mulut dan menyusul Eden di depan. “Kau pasti sering ke sini ya?” tebak Anna karena Eden terlihat santai saja ketika memasuki gedung. Tak seperti dirinya yang terlihat sangat kampungan. Tak bisa dipungkiri, itu memang pertama kalinya bagi Anna. Jadi wajar saja dia begitu takjub.Mereka duduk di bangku yang paling tengah. Tempat duduk yang sangat strategis sehingga bisa menyaksikan sang pianis dengan jelas. Anna tampak sangat bersemangat dan antusias ketika lampu mulai dimatikan. Sebentar lagi pertunjukan akan di mulai. Eden pun melirik Anna d

    Last Updated : 2024-08-05
  • Twogether   20. EGOIS

    “Maafkan aku," kata Anna menyudahi tangis sambil membuang ingus pada sapu tangan milik Eden tadi."Kau tak perlu minta maaf, toh tidak ada yang harus di maafkan. Menangis bukanlah suatu kejahatan." Eden menaruh pandangan pada Anna yang masih sibuk membersihkan wajahnya."Aku menangis karena musik Hwang Jun, bukan karena pria itu," tegas Anna pelan. Tak ingin disalah pahami bahwa dia sudah usai dengan Kevin dan tak ada yang perlu ditangisi lagi tentangnya. Setidaknya itu yang diinginkannya.Eden mengulum senyum. Tiba-tiba saja sikap Anna menjadi lucu di matanya. “Aku tidak mengatakan apa pun, jadi ya..” kalimat Eden terhenti dengan bahu terangkat. “Kau bisa menangis sepuasnya,” tutupnya sambil memalingkan pandangan. “Aku akan pura-pura tida melihatnya.”Anna mengusap wajah dengan kedua tangan kemudian merapikan poninya yang berantakan. Sapu tangan tadi di simpannya di dalam tas. “Ini akan ku kembalikan besok,” tukasnya masih sambil mematut-matut wajahnya pada kaca kecil yang menggantun

    Last Updated : 2024-08-11
  • Twogether   21. REUNI MINI

    Anna kembali ditugaskan dibagian pakaian wanita. Dia berdiri di dekat kasir sembari menunggu pelanggan berbelanja. Lelah? Iya. Tapi dia sudah terbiasa karena pekerjaannya memang tidak pernah duduk. Terkadang dia harus berlari kesana kemari, belum lagi naik turun tangga. “Permisi,” seorang pelanggan menepuk pundak Anna dari belakang. Anna berbalik dan mendapati seorang gadis yang seumuran dengannya tengah tersenyum manja. “Ada yang bisa saya bantu?” Anna menawarkan diri dengan ramah – lebih tepatnya berpura-pura ramah. “Nanti malam, kita ada reunian. Aku harap kau bisa datang,” pinta Olive. “Banyak dari yang lain menanyakan kabarmu karena aku bilang bertemu denganmu kemarin, jadi mereka meminta agar kau datang,” Anna menghela napas. “Aku tak bisa. Kau tak lihat aku sibuk untuk menghasilkan uang?” kata Anna kembali berbalik badan membelakangi Olive. “Aku sudah mengirimkan alamatnya. Pastikan saja kalau kau datang. Aku dengar Zeno juga datang,” bisik O

    Last Updated : 2024-08-12
  • Twogether   22. CINTA PERTAMA

    Semua mata masih tertuju pada pria bertubuh tinggi dengan mata sipitnya itu. Sontak Anna langsung berdiri dari kursi, membiarkan Eden terus menggenggam tangannya. Matanya melotot pada Eden menuntut sebuah jawaban. Seingatnya dia tak pernah menyebutkan tempat pertemuan reuninya saat berbicara ditelfon tadi. Tapi bagaimana pria itu bisa menemukannya di sana? Pada waktu yang tepat pula. “Apa aku terlambat, sayang?” tanya Eden pelan. “Ti-tidak juga, tapi bagaimana kau bisa ada di sini?” “Astaga!” Telunjuk Eden merapikan ujung poni Anna ke belakang telinga yang membuat Anna langsung menutup mata untuk sepersekian detik. “Kau lupa kalau memintaku pergi bersama tapi malah pergi sendirian lebih dulu?” Eden melemparkan tawa pelan yang terkesan agak dipaksakan. “Aku?” Anna balik bertanya dengan suara yang dikecilkan, telunjuk Anna terangkat menunjuk dirinya. “Kau kekasih Anna?” Olive bertanya memecah pusat perhatian semua orang. Termas

    Last Updated : 2024-08-13
  • Twogether   23. AKULAH ORANG KETIGA

    Pukul sembilan pagi. “Kau tidak sarapan dulu?” ajak Sherin dari meja mini bar di dapur. Dia tengah menyantap roti bakar sambil melihat Anna yang sibuk sedari tadi. “Tidak usah, ini salahmu! Aku tidak punya waktu untuk sarapan karena kau tidak membangunkanku,” rengek Anna karena dia sudah terlambat. Huft. Dia kesulitan memakai sepatu sneakers yang akan dia pakai untuk berlari setelah ini. “Kenapa menjadi salahku? Tentu salahmu, kau sendiri yang tidak meninggalkan pesan padaku sebelum tidur,” balas Sherin sewot. Dia tak terima disalahkan begitu saja. “Lagi pula tingkahmu memang sudah aneh sejak semalam. Jadi wajar saja kau terlambat pagi ini,” “Ah, sudahlah. Aku berangkat dulu,” ucap Anna langsung meluncur keluar dari apartement mereka. Secepat kilat dia berlari. Terpaksa kali ini menggunakan taksi untuk menghemat waktu. Lebih baik daripada dia harus kehilangan pekerjaan. Anna memijat-mijat kakinya di ruang ganti ketika jam istirahat. Har

    Last Updated : 2024-08-13
  • Twogether   24. SENTUHAN DI TENGAH PESTA

    Anna tampil cantik mengenakan dress sebatis berwarna kuning. Dia menunjukkan beberapa pose andalannya. Tapi…. “Ganti,” kata Eden singkat. Dia duduk di sofa empuk sembari menunggu Anna keluar dari ruang ganti. Dia memberi isyarat pada pelayan toko untuk memberikan sepasang baju lain. Anna memanyunkan bibir. Padahal dia cukup suka dengan dress yang melekat di badannya kini. Dia kembali memasuki ruang ganti di belakang. Tidak lama. Tirai ruang ganti kembali dibuka. Anna keluar dengan blouse berwarna pastel cerah dengan rok kembang. Dia kembali berpose sambil tersenyum. Tetapi Eden tampak tak suka. “Ganti,” katanya lagi. Raut wajah Anna berubah datar dan berjalan kembali memasuki ruang ganti sambil menghentakkan kaki. Ini sudah pakaian yang ke-tujuh. Dia tak mengerti dengan selera Eden. Dia bilang ingin membantu Anna balas dendam. Tapi sepertinya Edenlah yang balas dendam padanya. Terlepas dari apapun salahnya.Kali ini Anna keluar dengan balutan terusan sebatis be

    Last Updated : 2024-08-14
  • Twogether   25. TAMENG PELINDUNG

    Siapa yang bisa melupakan cinta pertama mereka? Sebuah perasaan nano-nano masa remaja yang masih membekas di hati. Banyak orang yang mengatakan jika seseorang tak akan pernah berhasil dengan cinta pertama mereka. Tapi tiada yang tahu isi hati. Siapa yang bisa menjamin hal itu?Anna memutar kepala mencari sumber suara yang baru saja memanggilnya. Di dapati seorang pria tengah berjalan ke arahnya, semakin dekat.“Sungguh semesta tampaknya mendukung, cinta pertamamu ada di sini,” bisik Eden pelan tepat sebelum Eden tiba tepat di depan mereka.“Hei! Apa yang kau lakukan di sini?” Anna berbasa-basi. Mengabaikan ocehan Eden barusan.“Ya, tentu saja menghadiri pesta pernikahan,” jawab Zeno diiringi ketawa hambar.Anna mengutuk dirinya untuk menanyakan hal bodoh yang sudah jelas-jelas jawabanya. Sementara itu, diam-diam saat itu, Eden meraih dan menggenggam tangan Anna. Mode kekasihnya baru saja diaktifkan secara otomatis yang berhasil membuat perhatian Zenno tersita. Anna sedikit

    Last Updated : 2024-08-15

Latest chapter

  • Twogether   103. DUA KELUARGA

    Tiga orang waiters baru saja menyelesaikan sajian makan malam di sebuah ruangan privat hotel bintang lima itu. Akhirnya pertemuan keluarga itu terlaksana. Sesuai perkataan Eden beberapa hari yang lalu. Kedua keluarga saling duduk berhadapan. Anna duduk bersebelahan dengan Eden yang berada di sisi keluarga Anna. Sementara di sisi seberang Eden duduk Nyonya Arini, Tuan Teddy dan juga nenek Eden. Di samping Anna ada ibu, nenek dan juga Ayah Anna. Persamaan kombinasi yang cukup mengejutkan saat mereka pertama kali memasuki ruangan itu. “Terima kasih sudah menjamu kami makan malam Tuan.” Ayah Anna memulai percakapan di meja makan. Dia tampak jauh lebih santai dibanding Ibu Anna dan juga ibu mertuanya. “Ah, tidak usah bilang seperti itu. Anggap saja ini seperti pertemuan keluarga,” sahut Ayah Eden tak kalah ramah. “Mari makan,” tangannya mulai bergerak mengambil mangkuk soto yang tersaji di atas meja. Mereka memang makan di hotel bintang lima, tapi menu m

  • Twogether   102. GEDUNG PERNIKAHAN

    Anna menarik lengan Eden agar pria itu menghentikan langkahnya. “Eden,” panggilnya. Usaha pertamanya gagal, pria yang dipanggilnya itu terus saja berjalan meninggalkan rumah dengan tangan yang masih berpegangan erat.“Eden!” Akhirnya Anna berhasil melepaskan tangannya dari Eden hingga pria itu membalikkan badan. “Kenapa?” katanya dengan suara yang mulai meninggi. Awalnya Anna sedikit terlonjak kaget. Itu pertama kalinya Eden meninggikan suara padanya. Tapi dia tak boleh teralihkan. Masalah utama mereka sekarang adalah ucapan dari Tuan Teddy beberapa menit yang lalu. “Kau tidak boleh seperti itu. Setidaknya kau harus mendengarkan penjelasan ayahmu dulu!” seru Anna balas berteriak. Eden terlonjak kaget saat Anna berseru marah. Keningnya berkerut mencoba memahami situasi saat ini. Jangan bilang kalau gadis di depannya ini setuju dengan pendapat orang tuanya? “Kau setuju dengan rencana ayah?” “Rencana apa?”

  • Twogether   101. GAGAL TOTAL

    “Selamat pagi semuanya,” seru Eden dari depan pintu. Suaranya terdengar penuh semangat, suasana hatinya cerah, secerah mentari pagi di luar sana. Ya. Hari libur adalah kesempatan Anna dan Eden berkunjung ke rumah orang tuanya. Ada hal penting yang harus segera di lakukan. Terlepas dari acara resmi yang memang harus mereka persiapkan. “Oh kalian sudah tiba?” Ayah Eden, Teddy sudah berada di depan pintu menyambut kedatangan Eden dan Anna. “Ibu mana ayah?” Eden melihat sekeliling rumah namun tidak menemukan orang yang dicarinya itu. “Jangan bilang ibu sudah berada di kantor di hari libur ini dan sepagi ini?” Eden menebak asal mengingat kejadian terakhir kali saat pulang ke rumah. “Selamat datang juga Anna,” sapa Tuan Teddy beralih pada calon menantunya itu sambil merentangkan kedua tangan yang disambut sebuah pelukan hangat oleh Anna. Harus Anna akui bahwa Eden memiliki keluarga yang penuh dengan kehangatan jika kita menghilangkan unsur tra

  • Twogether   100. SERANGAN PANIK

    “Jadi kau bekerja dimana tadi?” sela ayah Anna lagi di tengah perbincangan santai mereka yang berhasil membuat Eden tersedak. “Ayah,” sahut Anna mengingatkan. Ayahnya itu sudah bertanya untuk yang ketiga kali. Entahlah apa karena dia tak yakin setelah melihat penampilan Eden atau mungkin dia hanya butuh validasi demi masa depan putrinya itu. “Dokter ayah,” terang Eden sekali lagi. Setelahnya dia meneguk air putih di gelasnya hingga kosong. “Ah iya, dokter. Hebat sekali.” Dan itu adalah pujian yang ketiga kalinya. “Sudahlah ayah, jangan bahas tentang pekerjaan lagi.” “Baiklah. Ayah mengerti.” Ayahnya tersenyum menyudahi interogasi mini untuk calon menantunya itu. “Ngomong-ngomong kapan kita bisa bertemu dengan keluargamu?” Ayah Anna mengedikkan bahu. “Lebih cepat lebih baik bukan?” “Oh tentu saja ayah. Aku akan menjadwalkan secepatnya.” “Bukankah ayah harus bertemu dengan ibu lebih dulu?” An

  • Twogether   99. PRIVATE ROOM

    “Sepertinya suasana hatinya sedang bagus sekali,” gumam Eden pelan. Eden bersandar pada mobilnya yang terparkir di depan gedung apartemen Anna. Senyumnya merekah saat mendapati seorang gadis memasuki halaman gedung. Anna segera berlari dan memeluk pria yang sudah lebih dulu membentangkan kedua tangannya. “Sudah lama? Kenapa tidak menelfonku, kan jadinya kau menunggu lama di sini.” Gadis itu membenamkan kepalanya pada dada bidang milik Eden. Aroma parfum Eden yang khas begitu menenangkan. “Tak masalah. Aku tidak ingin mengganggu waktumu yang berharga.” Kening Anna terlipat. “Kau tau aku pergi menemui siapa?” “Tentu tidak. Tapi kau bilang kau akan menemui orang penting, jadi ya.. aku tak ingin menganggumu.” Anna tersenyum lalu menggenggam tangan Eden. “Mau jalan-jalan sebentar?” “Kau tidak lelah?” tanya Eden sambil merapikan rambut Anna yang sedikit berantakan. Anna menggeleng. “Ada yang ingin kubilang,”

  • Twogether   98. KEBENARAN KEDUA

    Langkah kaki Anna terasa berat namun badannya enggan untuk berbalik. Ada perasaan takut yang bersarang di dalam hati kecilnya. Bercampur dengan rasa marah yang hendak meledak kapan saja jika menatap wajah pria yang masih setiap berdiri di belakangnya itu. Namun gadis yang mengenakan skirt itu terlonjak kaget saat pria paruh baya itu sudah tiba dihadapannya. Pupilnya bergetar tapi masih belum berani menatap wajah pria itu. “Maaf kau salah orang,” katanya pelan hendak pergi meninggalkan tempat itu secepatnya. Hanya itu yang bisa diucapkannya, padahal banyak hal yang ingin dikatakannya. “Tidak.” Jawaban pria itu kembali berhasil menghentikan langkahnya. “Kau putriku, Anna,” panggil pria itu lagi. Tanpa sadar air mata Anna sudah menetes membasahi pipi. Sebenarnya dia tak ingin bertemu dengan orang yang sudah meninggalkannya dan juga ibunya. Dia tak ingin lagi berurusan dengan orang tak bertanggung jawab ini. Tapi demi Eden dan juga keluargany

  • Twogether   97. AYAH

    “Kau dari mana pagi-pagi sekali?” “Tidak ada, aku keluar memang mau menemuimu,” Eden langsung melingkarkan tangan dan menarik Anna ke dalam dekapannya. “Bohong!” Anna mencubit manja hidung mancung milik Eden. “Mana ada, pakaianmu saja lengkap seperti ini. Kau habis dari mana?” “Rumah orang tuaku,” Anna menjauhkan badan dan mengangkat kepala. “Kenapa? Apa terjadi sesuatu di rumah?” Suara Anna terdengar khawatir. Eden menggeleng. Dia kembali memeluk Anna, kali ini lebih erat. “Bisa izin aja gak hari ini? Kerjanya,” “Tidak bisa, aku sudah terlalu sering tidak masuk. Tidak enak jika terus merepotkan Rian yang harus menggantikan shiftku terus. Tapi memangnya di rumahmu terjadi sesuatu? Sampai-sampai kau harus pulang sepagi ini? Tumben banget.” “Tidak ada. Atau kau mau berhenti bekerja saja?” Eden terus saja mengalihkan topik pembicaraan. “Hei!” Kali ini Anna mendorong tubuh Eden cukup jauh hingg

  • Twogether   96. RESTU RESMI

    “Ya. Aku memang bertengkar hebat di Departemen Store waktu itu,” jawab Nyonya Arini dengan suara yang lantang. “Tapi bukan dengan Anna,” lanjutnya lagi, suaranya mulai melunak. “Lalu?” “Aku tidak tau masalah mereka apa, tapi tiba-tiba saja seorang gadis menampar Anna bahkan menjambak rambutnya. Aku tidak terima dia mengatakan hal-hal buruk padanya di tengah keramaian seperti itu.” “Apa?” Eden mendengus tidak percaya. Siapa yang berani beraninya menampar kekasihnya itu. “Bagaimana dengan Anna? Dia tidak mungkin diam saja kan? Apa dia terluka?” “Tentu saja tidak, justru Anna balas menampar gadis itu. Aku segera berlari menghampirinya. Awalnya berniat untuk membantu tapi saat Anna memanggilku dengan sebutan ibu, gadis gila itu justru ikut menarik rambut Anna sambil mengatakan kalau aku tidak mendidik anakku dengan baik.” Nyonya Arini tertawa getir. Dia ingat betul bagaimana kata-kata itu meluncur dari mulut gadis yang berlagak sombong itu.

  • Twogether   95. KELUARGA CEMARA

    “Boleh aku bertanya bagaimana perasaanmu lebih jauh?” Sontak Anna langsung menoleh setelah mendengar pertanyaan Eden barusan. Mereka memilih kembali ke salah satu kedai tepi pantai setelah makan malam bersama di rumah Anna. “Hm?” Anna bingung perasaan mana yang dimaksud Eden. Bukankah mereka sudah sama-sama saling mengetahui perasaan masing-masing. “Sudah jauh lebih lega?” “Ah, tentang itu,” sahut Anna mengerti dengan arah pertanyaan Eden. Hampir saja dia salah paham. “Atau masih ada yang kau khawatirkan? Katakan saja padaku, aku akan menyelesaikannya untukmu,” Anna menggeleng. “Tidak ada, kini semuanya terasa lebih lega. Tapi – “ “Tentang ibuku?” Eden menyela lebih dulu. Jika masalah keluarga Anna sudah selesai, berarti hanya tinggal masalah keluarga. Eden pun mengerti tantangan yang akan dihadapi Anna walaupun ibunya sudah memberi restu. Tapi itu masih terasa fana sampai hubungan mereka b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status