Orang yang datang adalah Bella. Perempuan itu memandangi keadaan ruang operasi yang berantakan dan bisa membayangkan ekspresi murka Hugh. Inilah yang dia inginkan!Bella mengeluarkan sebuah cek dan mengulurkannya pada dokter itu sambil berkata, “Ambil uang ini dan kalian segera pergi dari rumah sakit ini.”Dokter tersebut menerima kertas cek dengan tergesa-gesa dan bergegas kabur. Hugh sangat menyeramkan sekali dan jika ketahuan mereka bersandiwara, maka lelaki itu pasti akan marah besar.“Bu Bella, terima kasih,” ucap dokter tersebut dan setelah itu langsung berbalik kabur.Bella hanya menyunggingkan senyum penuh puas karena tahu bahwa selanjutnya akan ada pertunjukkan yang sangat seru.***Brenda membuka kelopak matanya dengan perlahan dan tampak bingung saat menyadari dirinya sudah ada di rumah. Sekarang dia tengah terbaring di ranjang yang ada di dalam kamarnya sendiri. Kenapa dia bisa di rumah?Seingat Brenda, dia tadi masih melakukan USG dan sepertinya tertidur. Aneh sekali.Dia
Brenda tidak tahu kenapa Hugh hari ini begitu aneh dan juga tidak tahu apa penyebabnya. Namun sikap lelaki itu memang seperti itu dan bisa dengan cepat berubah. Brenda sendiri merasa sudah terbiasa dengan hal itu.Sekarang lelaki itu memintanya melahirkan anak dan Hugh bersedia mendengarkan semua permintaannya. Brenda menoleh ke arah lelaki itu dan bertanya, “Kamu beneran akan mengikuti semua kemauanku?”“Kemauan apa yang mau aku ikuti?” tanya Hugh.“Kamu boleh biarkan aku bebas?”Tangan lelaki itu terhenti sejenak. Dia meletakkan sendok dan kedua bola matanya menggelap.“Bebas? Kebebasan seperti apa yang kamu inginkan? Memangnya kamu mau cerai denganku dan membawa Joan serta anak yang ada di dalam kandunganmu pergi?”Hugh tidak memberikan Brenda kesempatan untuk berbicara. Dengan cepat dia kembali menambahkan, “Pemikiran kamu ini sudah sampaikan pada Joan? Joan sudah berusia tiga tahun dan sudah tahu dengan apa yang terjadi di sekitar dia. Kalau kedua orang tuanya berpisah, menurutmu
Brenda memutuskan untuk memasak sedikit makanan sederhana di dapur. Saat pintu kamar baru terbuka, tubuh tinggi Hugh sudah menerobos masuk dengan membawa semangkuk mie di tangannya.“Lapar ya? Aku baru saja masak mie buat kamu, ayo cepat dimakan,” kata Hugh sambil meletakkan mangkuk tersebut di atas meja.Brenda melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 12 malam. Kenapa lelaki itu masih belum tidur? Dan dari mana dia tahu kalau Brenda merasa lapar? Apakah lelaki itu sedari tadi di luar terus?Brenda menatap mie dengan kuah bening yang ditambahkan sedikit kecap dan minyak. Ada sayur dan juga telur mata sapi di dalam sana. Terlihat sangat menggugah selera sekali. Karena lapar, dia memutuskan untuk melahap mie tersebut.“Enak, nggak?” tanya Hugh.Suara lelaki itu terdengar sangat lembut dan menenangkan. Sikap Hugh seakan menunjukkan mereka tidak pernah berantem di ruang tamu beberapa saat yang lalu. Brenda dapat merasakan Hugh tengah mengalah sedari tadi."Kamu nggak tidur?"“Sudah tidur,
Keesokan paginya, Brenda terbangun dengan sosok Hugh yang sudah tidak ada di sana. Lelaki itu langsung berangkat kerja setelah mengantarkan Joan ke sekolah.Bibi Krista sudah selesai menyiapkan sarapan dan berkata pada Brenda, “Bu, Ibu sebaiknya sarapan dulu. Bapak tadi sudah pesan sebelum pergi, katanya biarkan Ibu bangun sendiri. Siang nanti Ibu mau makan apa? Biar saya beli bahannya sekarang.”“Bi Krista, yang penting jangan berminyak saja. Sisanya terserah Bibi.”“Baik, Bu,” kata Bi Krista. Setelah itu dia keluar untuk membeli sayur dan bahan masak.Brenda sarapan di rumah seorang diri. Di waktu yang sama ada seseorang yang berjalan masuk. Orang itu bernama Jenny. Beberapa waktu yang lalu dia juga yang memberitahu Brenda bahwa sepertinya perempuan itu sedang hamil sehingga dia curiga.“Kak, gimana tidur kamu kemarin malam? Karena Kak Brenda sedang hamil, aku membawakan Kakak satu botol kalsium,” kata Jenny sambil memberikan satu botol obat yang menuliskan kalsium di bagian depannya
Masih belum makan. Hati Hugh langsung lega seketika. Akan tetapi sedetik kemudian hatinya kembali berdenyut ketika mengingat bahwa Brenda baru hendak minum. Bisa-bisanya perempuan itu berencana minum obat penggugur kandungan.Di rumah sakit dia tidak berhasil menggugurkan anaknya sehingga dia memutuskan untuk minum obat ini?Hugh maju selangkah dan mencengkram kedua bahu Brenda. Keningnya berlipat dengan urat yang menimbul keluar sambil bertanya, “Brenda, kenapa kamu nggak bisa menerima anak ini? Aku harus gimana memohon sama kamu baru kamu bersedia melahirkan dia?”Kekuatan lelaki itu sangat besar hingga membuat tulang di bahunya nyaris retak. Brenda mengernyit menahan sakit dan berkata, “Hugh, lepaskan aku. Kamu membuatku sakit!”“Kamu sakit, memangnya aku nggak sakit? Brenda, bicaralah! Gimana caranya biar kamu bersedia melahirkan anak ini?” tanya Hugh sambil menahan amarah dalam hatinya.Brenda tidak mengerti apa yang dikatakan oleh lelaki di hadapannya ini. Dia tidak berencana men
Lelaki itu bilang cerai? Kepala Brenda mendadak kosong. Dia menatap Hugh dengan tatapan terkejut dan tampak tidak percaya dengan apa yang dia dengar.Bukankah selama ini Hugh tidak setuju untuk cerai? Kenapa mendadak menyetujuinya?Hugh menggenggam tangan Brenda yang berubah dingin. Dia membawa tangan tersebut ke depan wajahnya dan mengecupnya dengan lembut sambil berkata, “Brenda, aku sudah memikirkannya baik-baik. Aku memutuskan untuk membebaskanmu dan membiarkan kamu pergi.”“Semua salah aku karena sudah menahanmu di sisiku dan membuatmu nggak bisa bernapas sama sekali. Kita cerai saja. Tapi, aku mohon lahirkan anak ini. Aku tahu kamu ingin membawa Joan pergi bersamamu dan tentu saja aku sangat nggak rela,“Tapi aku biarkan Joan ikut denganmu. Aku akan minta orang untuk mengatur kehidupan kalian di luar sana. Aku hanya akan melihat anak-anak tanpa mengganggu kamu. Boleh kan?”Ternyata Hugh sudah berpikir sejauh itu. Sepertinya lelaki itu memang sudah memutuskan untuk cerai. Bahkan d
“Iya,” jawab Brenda sambil menganggukkan kepalanya dan berusaha sedikit menjauh dari lelaki itu. Akan tetapi tangan Hugh berada di pinggang perempuan itu dan memeluknya dengan hati-hati. Tubuh Brenda menegang dan dengan cepat memberontak.“Lepaskan aku!”“Brenda, besok kita akan mengurus perceraian. Biarkan malam ini aku memelukmu lagi,” pinta lelaki itu dengan suara yang begitu lembut. Sedetik kemudian Brenda tidak bergerak lagi. Malam ini adalah malam terakhir mereka bersama.Hugh dapat merasakan Brenda yang telah berhenti berontak, dia mendaratkan kecupan lembut di rambut halus milik perempuan itu. Kedua kelopak mata Brenda terpejam perlahan. Mungkin karena faktor kehamilan juga atau karena dekapan hangat Hugh yang membuatnya terlelap dengan begitu cepat.Sebelum tidur Hugh berbisik di samping telinga perempuan itu, “Brenda, aku mencintaimu.”***Keesokan harinya Hugh dan Brenda berangkat menuju ke Kantor Dinas Catatan Sipil untuk mengajukan proses perceraian. Di sana ada banyak sek
Brenda menarik tangannya dari genggaman lelaki itu sambil berkata, “Kalau gitu kamu pikir saja sendiri. Semoga sesuai harapan kamu biar kita bisa segera cerai.”Ada apa dengan nada bicara Brenda? Bukankah dia sendiri yang ingin cerai? Hugh gusar karena perempuan itu ingin segera cerai dengannya.“Brenda, kamu kenapa? Kenapa kamu marah? Seperti aku ada melakukan kesalahan saja,” kata Hugh dengan raut bingung.Brenda malas untuk berbicara panjang lebar dengan Hugh dan hanya berkata, “Kita pulang dulu.”“Ok.”Mereka berdua masuk mobil dan melaju pulang ke rumah. Waktu sudah menunjukkan siang hari, Hugh menghentikan mobilnya di sebuah rumah makan dan berkata, “Brenda, kamu sudah lapar kan? Kita makan dulu.”Brenda memang merasa sedikit lapar, ditambah mereka sudah berhenti di depan rumah makan sehingga dia menganggukkan kepala tanda setuju. Keduanya berjalan masuk dan dari hadapan mereka datang seseorang yang langsung berinisiatif menyapa Brenda duluan.“Hi! Kita berjodoh sekali. Ternyata
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan