Masih belum makan. Hati Hugh langsung lega seketika. Akan tetapi sedetik kemudian hatinya kembali berdenyut ketika mengingat bahwa Brenda baru hendak minum. Bisa-bisanya perempuan itu berencana minum obat penggugur kandungan.Di rumah sakit dia tidak berhasil menggugurkan anaknya sehingga dia memutuskan untuk minum obat ini?Hugh maju selangkah dan mencengkram kedua bahu Brenda. Keningnya berlipat dengan urat yang menimbul keluar sambil bertanya, “Brenda, kenapa kamu nggak bisa menerima anak ini? Aku harus gimana memohon sama kamu baru kamu bersedia melahirkan dia?”Kekuatan lelaki itu sangat besar hingga membuat tulang di bahunya nyaris retak. Brenda mengernyit menahan sakit dan berkata, “Hugh, lepaskan aku. Kamu membuatku sakit!”“Kamu sakit, memangnya aku nggak sakit? Brenda, bicaralah! Gimana caranya biar kamu bersedia melahirkan anak ini?” tanya Hugh sambil menahan amarah dalam hatinya.Brenda tidak mengerti apa yang dikatakan oleh lelaki di hadapannya ini. Dia tidak berencana men
Lelaki itu bilang cerai? Kepala Brenda mendadak kosong. Dia menatap Hugh dengan tatapan terkejut dan tampak tidak percaya dengan apa yang dia dengar.Bukankah selama ini Hugh tidak setuju untuk cerai? Kenapa mendadak menyetujuinya?Hugh menggenggam tangan Brenda yang berubah dingin. Dia membawa tangan tersebut ke depan wajahnya dan mengecupnya dengan lembut sambil berkata, “Brenda, aku sudah memikirkannya baik-baik. Aku memutuskan untuk membebaskanmu dan membiarkan kamu pergi.”“Semua salah aku karena sudah menahanmu di sisiku dan membuatmu nggak bisa bernapas sama sekali. Kita cerai saja. Tapi, aku mohon lahirkan anak ini. Aku tahu kamu ingin membawa Joan pergi bersamamu dan tentu saja aku sangat nggak rela,“Tapi aku biarkan Joan ikut denganmu. Aku akan minta orang untuk mengatur kehidupan kalian di luar sana. Aku hanya akan melihat anak-anak tanpa mengganggu kamu. Boleh kan?”Ternyata Hugh sudah berpikir sejauh itu. Sepertinya lelaki itu memang sudah memutuskan untuk cerai. Bahkan d
“Iya,” jawab Brenda sambil menganggukkan kepalanya dan berusaha sedikit menjauh dari lelaki itu. Akan tetapi tangan Hugh berada di pinggang perempuan itu dan memeluknya dengan hati-hati. Tubuh Brenda menegang dan dengan cepat memberontak.“Lepaskan aku!”“Brenda, besok kita akan mengurus perceraian. Biarkan malam ini aku memelukmu lagi,” pinta lelaki itu dengan suara yang begitu lembut. Sedetik kemudian Brenda tidak bergerak lagi. Malam ini adalah malam terakhir mereka bersama.Hugh dapat merasakan Brenda yang telah berhenti berontak, dia mendaratkan kecupan lembut di rambut halus milik perempuan itu. Kedua kelopak mata Brenda terpejam perlahan. Mungkin karena faktor kehamilan juga atau karena dekapan hangat Hugh yang membuatnya terlelap dengan begitu cepat.Sebelum tidur Hugh berbisik di samping telinga perempuan itu, “Brenda, aku mencintaimu.”***Keesokan harinya Hugh dan Brenda berangkat menuju ke Kantor Dinas Catatan Sipil untuk mengajukan proses perceraian. Di sana ada banyak sek
Brenda menarik tangannya dari genggaman lelaki itu sambil berkata, “Kalau gitu kamu pikir saja sendiri. Semoga sesuai harapan kamu biar kita bisa segera cerai.”Ada apa dengan nada bicara Brenda? Bukankah dia sendiri yang ingin cerai? Hugh gusar karena perempuan itu ingin segera cerai dengannya.“Brenda, kamu kenapa? Kenapa kamu marah? Seperti aku ada melakukan kesalahan saja,” kata Hugh dengan raut bingung.Brenda malas untuk berbicara panjang lebar dengan Hugh dan hanya berkata, “Kita pulang dulu.”“Ok.”Mereka berdua masuk mobil dan melaju pulang ke rumah. Waktu sudah menunjukkan siang hari, Hugh menghentikan mobilnya di sebuah rumah makan dan berkata, “Brenda, kamu sudah lapar kan? Kita makan dulu.”Brenda memang merasa sedikit lapar, ditambah mereka sudah berhenti di depan rumah makan sehingga dia menganggukkan kepala tanda setuju. Keduanya berjalan masuk dan dari hadapan mereka datang seseorang yang langsung berinisiatif menyapa Brenda duluan.“Hi! Kita berjodoh sekali. Ternyata
Tim evakuasi?Hugh menyatukan alisnya. Kenapa dia tidak tahu kalau Brenda pernah bergabung dalam kelompok evakuasi? Tubuh kecil perempuan itu yang terlihat lemah memangnya bisa menolong siapa?Entah kenapa dia merasa semakin tidak senang dan berkata, “Tim evakuasi apa? Memangnya kalian menolong siapa?”“Karena musibah yang terjadi dua bulan yang lalu. Gempa yang sudah menimpa Yonda membuat banyak orang tertimbun di dalam gunung dan menghadapi kematian. Waktu itu ada banyak sukarelawan yang datang, termasuk istrimu.”Yonda? Mendengar nama tempat yang begitu familiar membuat Hugh tercenung. Bukankah tempat itu merupakan tempat yang pernah dia datangi saat dia melakukan tugas? Untuk apa Brenda pergi ke sana?“Istriku ada bilang dia mau tolong siapa nggak?” tanya Hugh.Ketua tersebut memandang Hugh dengan sorot curiga dan bertanya, “Apakah kamu beneran suaminya? Kenapa kamu bertanya pertanyaan yang seperti itu? Bukankah istrimu ke sana untuk menolongmu?”“Menolongku?”“Iya, waktu itu istri
Apakah ini alasan lelaki itu ingin cerai yang sebenarnya? Pantas saja lelaki itu begitu ingin buru-buru cerai dengannya. Ternyata dia sudah kembali bersama dengan Bella. Brenda memutar tubuhnya dan pergi dari sana.Hugh berdiri bersama dengan Bella. Orang yang menelponnya tadi memang Bella. Perempuan itu mengajaknya untuk bertemu karena ingin membicarakan tentang Brenda.“Bella, cepat katakan apa yang ingin kamu katakan. Kalau nggak, aku akan segera pergi,” ujar Hugh dengan nada dingin.Dengan cepat Bella berkata, “Hugh, kamu jangan pergi. Ada yang mau aku katakan padamu.”Dulu Brenda membohonginya dengan mengatakan kondisi tubuh Hugh bermasalah. Akan tetapi pada faktanya lelaki di depannya ini sangat sehat. Oleh karena itu Bella kembali jatuh cinta lagi pada Hugh. Dia menatap Hugh dengan kedua mata yang tampak berbinar.“Kalau gitu cepat katakan! Kamu mau bilang kasih tahu apa tentang Brenda?”Ternyata benar, kalau tadi dia tidak bilang mau membicarakan tentang Brenda, Hugh pasti tida
Bantal terlempar dan mengenai wajah Hugh kemudian berakhir tergeletak di lantai. Hugh terlihat bingung dan tidak mengerti apa yang salah lagi dari tindakannya?“Ok, aku keluar. Brenda, kamu jangan marah. Kata dokter kamu nggak boleh terlalu emosi. Aku sedang memikirkan cara lain biar kita bisa segera cerai. Dengan begitu kamu nggak akan bisa melihatku lagi.”“Pergi! Cepat pergi!”Hugh menunduk dan memungut bantal yang jatuh tadi kemudian berbalik keluar dari kamar.***Hugh melangkah ke arah ruang tamu dan mendapati sepatu milik Brenda yang ada di rak sepatu. Di sana terlihat noda tanah yang menunjukkan sepertinya perempuan itu baru dari luar. Brenda ke mana?“Bi Krista, tadi Brenda ada keluar?” tanya Hugh pada Bi Krista.“Benar, Pak. Ibu keluar sebentar dan langsung pulang. Setelah itu Bapak juga ikut kembali.”Hugh seperti menyadari sesuatu. Jangan-jangan suara yang didengar dari sebuah sudut ketika dia sedang bersama dengan Bella adalah suara dari Brenda? Perempuan itu mengikutinya
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan