Tim evakuasi?Hugh menyatukan alisnya. Kenapa dia tidak tahu kalau Brenda pernah bergabung dalam kelompok evakuasi? Tubuh kecil perempuan itu yang terlihat lemah memangnya bisa menolong siapa?Entah kenapa dia merasa semakin tidak senang dan berkata, “Tim evakuasi apa? Memangnya kalian menolong siapa?”“Karena musibah yang terjadi dua bulan yang lalu. Gempa yang sudah menimpa Yonda membuat banyak orang tertimbun di dalam gunung dan menghadapi kematian. Waktu itu ada banyak sukarelawan yang datang, termasuk istrimu.”Yonda? Mendengar nama tempat yang begitu familiar membuat Hugh tercenung. Bukankah tempat itu merupakan tempat yang pernah dia datangi saat dia melakukan tugas? Untuk apa Brenda pergi ke sana?“Istriku ada bilang dia mau tolong siapa nggak?” tanya Hugh.Ketua tersebut memandang Hugh dengan sorot curiga dan bertanya, “Apakah kamu beneran suaminya? Kenapa kamu bertanya pertanyaan yang seperti itu? Bukankah istrimu ke sana untuk menolongmu?”“Menolongku?”“Iya, waktu itu istri
Apakah ini alasan lelaki itu ingin cerai yang sebenarnya? Pantas saja lelaki itu begitu ingin buru-buru cerai dengannya. Ternyata dia sudah kembali bersama dengan Bella. Brenda memutar tubuhnya dan pergi dari sana.Hugh berdiri bersama dengan Bella. Orang yang menelponnya tadi memang Bella. Perempuan itu mengajaknya untuk bertemu karena ingin membicarakan tentang Brenda.“Bella, cepat katakan apa yang ingin kamu katakan. Kalau nggak, aku akan segera pergi,” ujar Hugh dengan nada dingin.Dengan cepat Bella berkata, “Hugh, kamu jangan pergi. Ada yang mau aku katakan padamu.”Dulu Brenda membohonginya dengan mengatakan kondisi tubuh Hugh bermasalah. Akan tetapi pada faktanya lelaki di depannya ini sangat sehat. Oleh karena itu Bella kembali jatuh cinta lagi pada Hugh. Dia menatap Hugh dengan kedua mata yang tampak berbinar.“Kalau gitu cepat katakan! Kamu mau bilang kasih tahu apa tentang Brenda?”Ternyata benar, kalau tadi dia tidak bilang mau membicarakan tentang Brenda, Hugh pasti tida
Bantal terlempar dan mengenai wajah Hugh kemudian berakhir tergeletak di lantai. Hugh terlihat bingung dan tidak mengerti apa yang salah lagi dari tindakannya?“Ok, aku keluar. Brenda, kamu jangan marah. Kata dokter kamu nggak boleh terlalu emosi. Aku sedang memikirkan cara lain biar kita bisa segera cerai. Dengan begitu kamu nggak akan bisa melihatku lagi.”“Pergi! Cepat pergi!”Hugh menunduk dan memungut bantal yang jatuh tadi kemudian berbalik keluar dari kamar.***Hugh melangkah ke arah ruang tamu dan mendapati sepatu milik Brenda yang ada di rak sepatu. Di sana terlihat noda tanah yang menunjukkan sepertinya perempuan itu baru dari luar. Brenda ke mana?“Bi Krista, tadi Brenda ada keluar?” tanya Hugh pada Bi Krista.“Benar, Pak. Ibu keluar sebentar dan langsung pulang. Setelah itu Bapak juga ikut kembali.”Hugh seperti menyadari sesuatu. Jangan-jangan suara yang didengar dari sebuah sudut ketika dia sedang bersama dengan Bella adalah suara dari Brenda? Perempuan itu mengikutinya
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N