Perempuan itu bilang dia tidak mau anak ini. Hugh menegang di tempat karena kalimat itu merupakan kalimat yang paling takut untuk dia dengar. Sekarang Brenda mengatakannya di hadapannya.“Brenda, anak ini nggak berdosa. Dia merupakan nyawa mungil yang nggak tahu apa pun. Memangnya kamu tega melepaskan dia?”“Aku tahu semua ini aku yang salah. Aku yang dulu sudah melakukan banyak sekali hal yang menyakitimu. Aku tahu nggak peduli betapa berusahanya aku, aku nggak akan bisa memperbaiki apa yang aku perbuat sebelumnya. Aku juga nggak punya hak untuk memintamu melahirkan anak ini.”“Tapi tolong beri aku kesempatan demi anak di dalam perut kamu. Aku pasti akan menjadi seorang papa yang baik.”Brenda tidak ingin mendengar apa pun ucapan Hugh lagi sehingga dia berkata, “Hugh, kalau kamu begitu menginginkan anak ini, maka kamu saja yang melahirkannya. Kalau kamu nggak bisa melahirkannya, tutup saja mulutmu! Di sini nggak ada hak kamu untuk berbicara!”Hugh terdiam mendengar ucapan perempuan it
Joan selalu ingin mempunyai seorang adik laki-laki. Sekarang dia sangat bahagia sekali dan ingin adik laki-lakinya segera lahir dan bermain dengannya. Brenda mengelus kepala Joan dan berkata, “Joan, siapa yang bilang sama kamu kalau di dalam perut Mami ada adik laki-laki?”“Papi, Papi yang bilang sama aku.”Brenda menatap Hugh yang tengah menutup kompor dan datang menghampirinya sembari memeluk pinggang Brenda dan berkata, “Brenda, Joan yang sering melihat keadaan kamu akhir-akhir ini nggak sehat. Dia sangat khawatir, makanya aku bilang sama dia tentang kehamilan kamu.”“Benarkah? Aku rasa kamu mau memanfaatkan Joan, kan?” balas Brenda yang mengetahui rencana Hugh.Hugh menyunggingkan senyum dan meletakkan telapak tangannya di atas perut Brenda sambil mengelusnya pelan. “Brenda, jangan sakiti anak ini. Asalkan kamu nggak menggugurkan dia, aku rela melakukan apa pun meski harus mati.”Brenda langsung menepis tangan lelaki itu dan berkata, “Siapa yang mau nyawa kamu?!”“Brenda, kamu ngga
Akan tetapi, bagaimana antara dia dan juga Hugh? Dia sendiri masih belum memikirkannya lagi.***Hugh pulang lebih awal karena sepanjang hari ini fokusnya terasa buyar. Kepalanya hanya memikirkan Brenda saja. Di telinganya terus berputar ucapan perempuan itu kemarin malam yang mengatakan dia tidak menginginkan bayi tersebut.Hugh takut Brenda akan menggugurkan kandungannya karena Hugh sendiri juga tidak memiliki alasan untuk mempertahankan perempuan itu dan juga anaknya. Dia kembali ke rumah dan berseru, “Brenda!”Keadaan di rumah sepi dan tidak ada yang membalas panggilannya. Hanya terdengar pantulan suaranya saja yang bergema di sekeliling rumah. Ke mana perempuan itu?“Brenda! Brenda!” Hugh berseru sambil mencari-cari ke seluruh isi rumah. Akan tetapi dia tidak menemukan sosok Brenda di sana.Jantung Hugh berdetak dengan cepat. Dengan tergesa-gesa dia berlari keluar untuk mencari Brenda. Bahkan lelaki itu mengeluarkan ponselnya dan sibuk menghubungi nomor Brenda. Akan tetapi, suara
Orang yang datang adalah Bella. Perempuan itu memandangi keadaan ruang operasi yang berantakan dan bisa membayangkan ekspresi murka Hugh. Inilah yang dia inginkan!Bella mengeluarkan sebuah cek dan mengulurkannya pada dokter itu sambil berkata, “Ambil uang ini dan kalian segera pergi dari rumah sakit ini.”Dokter tersebut menerima kertas cek dengan tergesa-gesa dan bergegas kabur. Hugh sangat menyeramkan sekali dan jika ketahuan mereka bersandiwara, maka lelaki itu pasti akan marah besar.“Bu Bella, terima kasih,” ucap dokter tersebut dan setelah itu langsung berbalik kabur.Bella hanya menyunggingkan senyum penuh puas karena tahu bahwa selanjutnya akan ada pertunjukkan yang sangat seru.***Brenda membuka kelopak matanya dengan perlahan dan tampak bingung saat menyadari dirinya sudah ada di rumah. Sekarang dia tengah terbaring di ranjang yang ada di dalam kamarnya sendiri. Kenapa dia bisa di rumah?Seingat Brenda, dia tadi masih melakukan USG dan sepertinya tertidur. Aneh sekali.Dia
Brenda tidak tahu kenapa Hugh hari ini begitu aneh dan juga tidak tahu apa penyebabnya. Namun sikap lelaki itu memang seperti itu dan bisa dengan cepat berubah. Brenda sendiri merasa sudah terbiasa dengan hal itu.Sekarang lelaki itu memintanya melahirkan anak dan Hugh bersedia mendengarkan semua permintaannya. Brenda menoleh ke arah lelaki itu dan bertanya, “Kamu beneran akan mengikuti semua kemauanku?”“Kemauan apa yang mau aku ikuti?” tanya Hugh.“Kamu boleh biarkan aku bebas?”Tangan lelaki itu terhenti sejenak. Dia meletakkan sendok dan kedua bola matanya menggelap.“Bebas? Kebebasan seperti apa yang kamu inginkan? Memangnya kamu mau cerai denganku dan membawa Joan serta anak yang ada di dalam kandunganmu pergi?”Hugh tidak memberikan Brenda kesempatan untuk berbicara. Dengan cepat dia kembali menambahkan, “Pemikiran kamu ini sudah sampaikan pada Joan? Joan sudah berusia tiga tahun dan sudah tahu dengan apa yang terjadi di sekitar dia. Kalau kedua orang tuanya berpisah, menurutmu
Brenda memutuskan untuk memasak sedikit makanan sederhana di dapur. Saat pintu kamar baru terbuka, tubuh tinggi Hugh sudah menerobos masuk dengan membawa semangkuk mie di tangannya.“Lapar ya? Aku baru saja masak mie buat kamu, ayo cepat dimakan,” kata Hugh sambil meletakkan mangkuk tersebut di atas meja.Brenda melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 12 malam. Kenapa lelaki itu masih belum tidur? Dan dari mana dia tahu kalau Brenda merasa lapar? Apakah lelaki itu sedari tadi di luar terus?Brenda menatap mie dengan kuah bening yang ditambahkan sedikit kecap dan minyak. Ada sayur dan juga telur mata sapi di dalam sana. Terlihat sangat menggugah selera sekali. Karena lapar, dia memutuskan untuk melahap mie tersebut.“Enak, nggak?” tanya Hugh.Suara lelaki itu terdengar sangat lembut dan menenangkan. Sikap Hugh seakan menunjukkan mereka tidak pernah berantem di ruang tamu beberapa saat yang lalu. Brenda dapat merasakan Hugh tengah mengalah sedari tadi."Kamu nggak tidur?"“Sudah tidur,
Keesokan paginya, Brenda terbangun dengan sosok Hugh yang sudah tidak ada di sana. Lelaki itu langsung berangkat kerja setelah mengantarkan Joan ke sekolah.Bibi Krista sudah selesai menyiapkan sarapan dan berkata pada Brenda, “Bu, Ibu sebaiknya sarapan dulu. Bapak tadi sudah pesan sebelum pergi, katanya biarkan Ibu bangun sendiri. Siang nanti Ibu mau makan apa? Biar saya beli bahannya sekarang.”“Bi Krista, yang penting jangan berminyak saja. Sisanya terserah Bibi.”“Baik, Bu,” kata Bi Krista. Setelah itu dia keluar untuk membeli sayur dan bahan masak.Brenda sarapan di rumah seorang diri. Di waktu yang sama ada seseorang yang berjalan masuk. Orang itu bernama Jenny. Beberapa waktu yang lalu dia juga yang memberitahu Brenda bahwa sepertinya perempuan itu sedang hamil sehingga dia curiga.“Kak, gimana tidur kamu kemarin malam? Karena Kak Brenda sedang hamil, aku membawakan Kakak satu botol kalsium,” kata Jenny sambil memberikan satu botol obat yang menuliskan kalsium di bagian depannya
Masih belum makan. Hati Hugh langsung lega seketika. Akan tetapi sedetik kemudian hatinya kembali berdenyut ketika mengingat bahwa Brenda baru hendak minum. Bisa-bisanya perempuan itu berencana minum obat penggugur kandungan.Di rumah sakit dia tidak berhasil menggugurkan anaknya sehingga dia memutuskan untuk minum obat ini?Hugh maju selangkah dan mencengkram kedua bahu Brenda. Keningnya berlipat dengan urat yang menimbul keluar sambil bertanya, “Brenda, kenapa kamu nggak bisa menerima anak ini? Aku harus gimana memohon sama kamu baru kamu bersedia melahirkan dia?”Kekuatan lelaki itu sangat besar hingga membuat tulang di bahunya nyaris retak. Brenda mengernyit menahan sakit dan berkata, “Hugh, lepaskan aku. Kamu membuatku sakit!”“Kamu sakit, memangnya aku nggak sakit? Brenda, bicaralah! Gimana caranya biar kamu bersedia melahirkan anak ini?” tanya Hugh sambil menahan amarah dalam hatinya.Brenda tidak mengerti apa yang dikatakan oleh lelaki di hadapannya ini. Dia tidak berencana men