Share

Bab 56

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 10:00:16

Juned memperlakukan Lastri dengan sangat berhati-hati saat mereka berhubungan badan untuk pertama kalinya. Lastri menunjukkan kesakitan, saat itu Juned akan berhenti.

“Apa kamu baik-baik saja?” Tanya Juned kepada perempuan itu.

Lastri tidak bisa untuk tidak terenyuh karena tidak menyangka Juned akan memperlakukannya dengan sangat lembut seakan tidak mau menyakitinya. Lastri tak mampu untuk menahan air mata karena merasa ngilu yang luar biasa di bawah sana

Perempuan itu bahkan bisa dengan jelas melihat wajah memuja Juned saat mereka berdua bergelung dalam gairah yang berkobar.

Entah sudah berapa lama mereka melakukannya hingga Lastri merasa hampir gila saat mereka mencapai puncak kenikmatan yang membuat Lastri menggeletar. Pelepasan yang sungguh menakjubkan, walaupun harus dibarengi dengan perih yang menggila.

Juned dan Lastri saling merengkuh, menormalkan debaran jantung dan deru napas yang berkejaran, lalu saling berebut oksigen yang menipis di antaranya. Juned berkali-kali menciumi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tukang Pijat Super   Bab 57

    Juned menegakkan tubuhnya, menatap Novi dengan ekspresi datar. “Kenapa tanya begitu?”“Ya, soalnya tadi aku lihat kalian keluar dari ruang pijat, dan juga kelihatan agak… ya, berantakan,” jawab Novi sambil mengamati Juned dengan saksama.Juned menarik napas panjang, mencoba memilih kata-kata yang tepat. “Novi, aku Cuma bantu Sulastri. Dia lagi ada masalah besar, dan butuh tempat untuk menenangkan diri.”“Masalah besar? Apa maksud Mas Juned?” Novi semakin penasaran, matanya membulat.Juned akhirnya bersandar di kursi, menatap Novi dengan serius. “Sulastri dipaksa menikah sama Sugeng. Orang tuanya enggak mau dengar penolakannya. Jadi dia kabur dari rumah.”Novi terdiam sejenak, terkejut dengan jawaban itu. “Dipaksa menikah? Itu serius banget, Mas… Jadi dia kabur ke sini?”Juned mengangguk. “Iya. Dia minta tolong sama aku untuk sembunyi sementara waktu. Aku enggak tega menolaknya, Novi. Lagipula sepertinya dia enggak punya tempat lain untuk pergi.”“Mas Juned benar-benar baik, ya…” Novi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Tukang Pijat Super   Bab 58

    Juned berjalan cepat menuju rumahnya, rasa khawatir terlihat jelas di wajahnya. Ia harus segera memberitahu Lastri bahwa ayahnya dan Sugeng sedang mencarinya. Saat memasuki rumah, Juned langsung memanggil, “Lastri! Kamu di mana?”Vivi yang sedang membereskan meja makan, menoleh dengan wajah bingung. “Juned, kenapa kok teriak-teriak begitu? Ada apa emangnya?“Mana Lastri?” tanya Juned dengan nada panik. “Barusan ayahnya dan Sugeng datang ke klinik, mereka mencari Lastri sambil marah-marah.”Vivi mengernyit, merasa ikut khawatir. “Lastri lagi mandi, Jun. Tadi dia bilang badannya gerah, jadi dia mau bersihin diri dulu.”Juned menghela napas, mencoba meredakan ketegangan. “Oh, ya sudah. Kalau dia keluar, bilang aku mau bicara. Ini penting.”Vivi menatap kakaknya dengan raut serius. “Jun, apa orang-orang tahu Lastri ada di sini?”Juned menggeleng. “Sejauh ini, tidak ada yang tahu. Tapi mereka curiga. Apalagi tadi Sugeng yang ikut ke klinik juga menuduhku menyembunyikannya.”Vivi menghela n

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Tukang Pijat Super   Bab 59

    “Kalau begitu, aku mau ke dapur. Kalian lanjutin aja obrolannya,” kata Vivi singkat sebelum berdiri dan berjalan menjauh.Setelah Vivi berlalu ke dapur, suasana di ruang tengah terasa lebih tenang. Juned duduk kembali di kursinya, sementara Lastri tersenyum kecil, seperti ingin memulai pembicaraan yang lebih santai.“Jun, kelihatannya tegang banget sih?” tanya Lastri sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Rambutnya yang masih basah dibiarkan terurai, menambah kesan seksi dan menggoda.Juned mencoba tersenyum, meski rasa cemas masih ada di pikirannya. “Ya, gimana enggak tegang? Kalau sampai ayahmu tahu kamu di sini, bisa gawat juga.”Lastri tertawa kecil, nada suaranya ringan seolah masalah itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. “Sudah, Jun. Enggak usah dipikirkan terlalu. Lagian, aku enggak mau kamu jadi stres gara-gara aku.”Juned menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Aku cuma enggak mau ada hal buruk terjadi. Aku enggak mau lihat kamu terluka atau.”Last

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Tukang Pijat Super   Bab 60

    Tanpa menunggu jawaban dari mereka, Juned segera keluar rumah dan menuju kliniknya. Setibanya di sana, ia mendapati Novi, sedang duduk di meja depan, tampak sibuk dengan ponselnya.Saat di klinik, Juned duduk di kursinya dengan ekspresi suntuk. Tangannya menopang dagu, sementara tatapan matanya kosong menatap meja di depannya. Novi yang duduk di meja resepsionis memperhatikan sikap Juned yang berbeda dari biasanya.“Mas Juned, ada apa? Kok kelihatan murung banget?” tanya Novi dengan nada prihatin, sembari meletakkan ponsel di depannya.Juned mendongak, menatap Novi sejenak sebelum menghela napas panjang. “Enggak apa-apa, Novi. Cuma lagi pusing aja.”Novi mengerutkan kening, lalu berdiri dari kursinya dan mendekati Juned. “Pusing kenapa, mas? Kalau Mas Juned mau cerita, mungkin aku bisa bantu.”Juned sempat ragu, tapi akhirnya ia membuka suara. “Di rumah barusan, Lastri dan Vivi ribut. Mereka kayak enggak akur, saling sindir, bahkan bikin suasana jadi enggak nyaman.”“Oh, jadi itu seba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Tukang Pijat Super   Bab 61

    Juned segera bangkit dari kursinya dan menghampiri pria tersebut. “Silakan duduk di sini dulu, Pak,” katanya sambil membantu pria itu duduk di kursi tunggu dengan hati-hati.Pria itu mengerang pelan sambil memegangi kakinya yang tampak bengkak. “Aduh... sakit sekali, Juned,” katanya, Juned menenangkan pria itu. “Bapak tenang dulu, ya. Saya akan periksa sebentar.” Ia langsung memeriksa kondisi kaki pasien. Sementara itu, Novi segera mencatat identitas pasien dan membawakan segelas air untuk istri pria tersebut.Juned berjongkok di depan pasien, dengan hati-hati menyentuh kaki yang cedera. “Kaki kanan ini ya, Pak, yang sakit?” tanyanya sambil memeriksa area yang bengkak.Pria itu mengangguk sambil mengernyit. “Iya, aku tadi terpeleset waktu mau turun tangga. Rasanya ada yang ‘krek’ di sini,” katanya, menunjuk bagian tulang keringnya.Juned mengangguk sambil mengamati lebih dekat. “Sepertinya ini patah tulang tertutup, Pak. Tapi untuk memastikan, Bapak perlu rontgen ke rumah sakit supay

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Tukang Pijat Super   Bab 62

    Ucapan itu membuat Juned terdiam sejenak. Ia menatap Novi dengan ekspresi bingung, seakan mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. “Novi, kamu serius? Jangan bercanda, ya.”“Aku serius, Kak,” Novi menegaskan, suaranya bergetar namun tetap tegas. “Sejak kamu datang ke rumah untuk menawarkan pekerjaan, sejak itu pula aku selalu memikirkanmu, tapi aku enggak pernah berani bilang. Mas Juned itu... beda dari laki-laki lain. Kamu perhatian, sabar, dan... aku merasa aman kalau dekat Mas Juned.”Juned menghela napas panjang. Ia menatap Novi dengan lembut, namun ada nada penolakan dalam suaranya. “Novi, dengar ya. Aku menghargai perasaan kamu, tapi Aku enggak bisa. Aku menganggap kamu seperti adikku sendiri. Kamu juga orang yang menyenangkan.”Novi menunduk, wajahnya tampak kecewa. “Tapi kenapa, mas? Apa karena aku lebih muda? Atau karena Kamu sudah suka sama orang lain?”Juned tersenyum tipis, mencoba meredakan suasana. “Bukan begitu, Novi. Kadang, rasa nyaman itu enggak selalu berart

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 63

    Kata-kata itu seperti petir di siang bolong baginya. Hatinya langsung terasa seperti dihantam batu besar. Ia menelan ludah, berusaha meredam perasaannya yang tiba-tiba bergejolak.“Mas Juned, serius?” tanya Novi dengan suara bergetar, meskipun ia mencoba menutupi emosinya.Juned mengangguk perlahan. “Aku enggak lihat cara lain, Novi. Mungkin dengan aku menikahinya, keluarganya enggak bisa memaksa dia menikah dengan Sugeng.”Novi menatap Juned dengan tatapan campur aduk. Antara kaget, kecewa, dan khawatir. Ia mencoba bersikap realistis meski hatinya hancur mendengar keputusan itu. “Tapi, mas… apa Kamu enggak mikir panjang? Menikahi mbak Lastri itu seperti... seperti bunuh diri. Keluarganya pasti enggak akan terima. Sugeng juga enggak akan tinggal diam. Dia bisa lebih nekat untuk menyakitimu.”Juned terdiam sejenak, menatap lantai dengan mata yang terlihat bimbang. “Aku akan pikirkan lagi, Novi. Semoga saja aku akan dapat menemukan cara lain.”Percakapan Juned dan Novi terhenti ketika b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 64

    Juned, yang merasa penasaran dan tak tenang dengan siapa wanita yang bersama Anton, memutuskan untuk mengikuti mobil Anton dari kejauhan. Ia memastikan jaraknya cukup aman agar Anton tidak menyadari dirinya diikuti. Akhirnya mobil Anton berhenti di depan sebuah rumah Anton, Juned memarkir motornya di sudut jalan, lalu berjalan pelan menuju pagar rumah Anton memilih tempat yang cukup tersembunyi untuk mengintip ke dalam. Di sana, ia melihat Anton keluar dari mobil bersama wanita itu. Anton dengan santainya merangkul bahu wanita tersebut, sementara wanita itu tertawa kecil, tampak nyaman dengan kedekatan mereka.“Aku tak tahu apa yang dirasakan tante Lilis kalau melihat ini.” Gumam Juned.Juned mengendap-endap mendekati jendela ruang tamu. Dari celah tirai, ia melihat Anton dan wanita itu duduk di sofa di mana Wanita itu menyandarkan kepalanya di bahu Anton, sementara tangan Anton membelai rambutnya dengan mesra. Mereka tampak begitu intim, seolah tidak ada yang salah dengan perbuatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 139

    Marina membuka semua busana Juned dengan cepat. Mereka tenggelam bersama di ranjang hotel yang empuk, menikmati setiap hembusan nafas yang saling berebut di antara bibir."Juned," kata Marina tiba-tiba sambil melepaskan ciumannya di bibir pria itu. "Aku punya tawaran untukmu."Juned menatap Marina, terlihat ragu-ragu. "Apa itu, Marina?"Marina menatap pria itu dalam-dalam, senyumnya samar namun tajam. "Aku ingin kamu tinggal di kota ini. Lupakan rumahmu di desa, lupakan semua yang pernah terjadi dengan Anton. Mulailah hidup baru di sini bersamaku."Juned mengernyit, merasa bingung dengan maksud ucapan Marina. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."Marina menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Jadilah laki-laki simpananku, Juned! Aku akan memberimu kekayaan, kenyamanan, dan keamanan. Semua yang kamu butuhkan. Kamu hanya perlu ada untukku."Ucapan itu membuat Juned terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Tawaran Ma

  • Tukang Pijat Super   Bab 138

    Pria itu tampak sedikit bingung dengan pertanyaan itu. “Perwakilan dari Anton Perkasa memang sudah tiba pagi ini, lebih awal dari jadwal semula. Dan mereka langsung diterima oleh Ibu Ratna.”Mendengar penjelasan itu, wajah Marina berubah. Sorot matanya menunjukkan sesuatu yang mencurigakan. Sementara Juned, yang berdiri di sampingnya, hanya bisa mengerutkan dahi, tak sepenuhnya memahami situasi.Tepat saat itu, Marina dan Juned melihat Ibu Ratna keluar dari ruangannya, berjalan menuju pintu utama bersama seorang pria muda. Pria itu mengenakan setelan jas hitam yang sempurna, rambutnya tersisir rapi, dengan senyum penuh percaya diri. Sosoknya begitu kharismatik, membuat siapa pun yang melihatnya langsung terkesan.Marina memperhatikan pria itu dengan penuh perhatian. Sesaat kemudian, dia berbisik kepada Juned, “Itu perwakilan dari Anton Perkasa. Tapi... sesuatu tidak beres di sini.”“Apa maksudmu?” tanya Juned bingung.“Seharusny

  • Tukang Pijat Super   Bab 137

    Mata para wanita—Marina, Lilis, Lastri, Vivi, dan Rini—tertumbuk pada Juned. Mereka terdiam sejenak, lalu hampir serentak menunjukkan ekspresi kagum.“Ya ampun, Juned! Keponakanku Ganteng banget!” ujar Lilis dengan suara riang, tangannya menutup mulut seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Vivi mengangguk setuju. “Aku sampai nggak kenal tadi. Serius ini kamu Juned? Kayak model yang mau pergi ke gala dinner aja,” katanya sambil tersenyum lebar.Lastri menambahkan dengan nada menggoda. “Juned, kayaknya kalau ada perempuan yang lihat kamu kayak gini, mereka langsung naksir, deh.”Juned hanya tersenyum canggung, merasa sedikit kikuk dengan perhatian yang begitu besar dari mereka. “Ah, jangan bercanda kalian. Ini cuma karena pakaian yang terlihat bagus,” ucapnya merendah sambil menggaruk belakang kepalanya.Namun Marina, yang duduk di sofa dengan anggun, memberikan komentar yang berbeda. “Lihatlah, ini yang aku maksud. Penamp

  • Tukang Pijat Super   Bab 136

    Juned hanya bisa duduk terpaku, tidak ingin membuat situasi semakin buruk dengan bertindak kasar. Namun, sebelum Winda melanjutkan aksinya, tubuhnya tiba-tiba melemah, dan ia terjatuh ke samping, pingsan karena mabuk.Juned menghela napas lega, tapi matanya langsung tertuju pada Marina dan Tari yang kini juga tampak setengah sadar, mencoba bernyanyi dengan suara yang sudah tidak jelas. Tidak lama kemudian, satu per satu dari mereka mulai pingsan, termasuk Rini. Suasana yang tadi penuh dengan tawa dan nyanyian kini berubah menjadi hening.Melihat mereka semua terbaring di lantai dan sofa, Juned menyadari bahwa ia tidak bisa membiarkan mereka begitu saja. "Ya Allah, ini benar-benar malam yang melelahkan," gumamnya sambil mengusap wajahnya.Dengan hati-hati, Juned mulai memindahkan mereka satu per satu ke kamar Marina yang besar. Ia mengangkat Winda lebih dulu, lalu kembali ke ruangan karaoke untuk membawa Marina, Tari, dan akhirnya Rini. Setelah memast

  • Tukang Pijat Super   Bab 135

    Juned tersentak, tapi ia tetap tenang. "Tari, kamu mabuk. Lebih baik kamu duduk di sana dan istirahat.""Aku nggak mabuk," balas Tari sambil terkekeh, meskipun jelas dari gerak-geriknya bahwa ia mulai kehilangan kendali. Ia memiringkan tubuhnya, kini kepalanya bersandar di bahu Juned. "Kamu itu terlalu kaku. Nggak apa-apa, rileks sedikit. Kita ini cuma bersenang-senang."Juned menoleh ke Marina yang duduk di sisi lain ruangan, berharap mendapatkan bantuan. Namun Marina hanya mengangkat gelas anggurnya sambil tersenyum tenang, seolah-olah tidak ingin ikut campur. Winda dan Rini juga tampak terlalu sibuk dengan tawa mereka sendiri."Tari, aku serius," Juned berkata dengan nada lebih tegas, tapi tetap menjaga suaranya rendah agar tidak mengganggu suasana pesta. "Kamu perlu menjaga sikapmu. Aku hanya di sini untuk membantu, bukan untuk hal lain."Namun Tari justru memeluk Juned, membuatnya semakin sulit untuk melepaskan diri tanpa menimbulkan keributan. "Juned, kamu baik sekali. Kamu bahk

  • Tukang Pijat Super   Bab 134

    Marina memimpin rombongan ke sebuah ruangan yang ada di lantai bawah rumahnya. Begitu pintu ruangan itu dibuka, Juned tertegun. Ruangan itu sangat mewah, penuh dengan lampu neon warna-warni yang berkedip, sofa besar empuk, dan layar besar di dinding yang memutar daftar lagu karaoke. Di sudut ruangan, terdapat meja yang dipenuhi dengan camilan, minuman, dan beberapa botol anggur.Marina melangkah masuk dengan percaya diri, diikuti oleh Winda, Tari, dan Rini. Tari segera mengambil remote kontrol dan mulai menjelajahi daftar lagu. "Tempat ini adalah tempat favoritku di rumah Marina," katanya sambil tertawa. "Aku nggak pernah bosan."Juned, di sisi lain, hanya berdiri di pintu, tampak kebingungan. Dia menggaruk kepala dan mendekati Rini. "Aku nggak bisa nyanyi, Rini. Jadi buat apa aku ada di sini?"Rini menahan senyum. "Sudah, santai saja, Juned. Nggak ada yang maksa kamu nyanyi kalau nggak mau. Nikmati saja suasananya."Namun, Marina yang mendengar percakapan itu langsung menoleh. "Jun

  • Tukang Pijat Super   Bab 133

    Rini yang sedari tadi hanya duduk di ruangan, akhirnya angkat bicara setelah hanya menjadi pendengar sejauh ini. Dengan nada yang penuh arti, ia menatap Juned sambil tersenyum. “Mas Juned, kamu nggak perlu khawatir soal ini. Tanpa kamu sadari, sebenarnya kamu punya kemampuan alami untuk membuat orang lain tertarik sama kamu.”Juned menoleh ke arah Rini dengan alis yang sedikit terangkat. “Apa maksudmu, Mbak Rini? Aku nggak pernah merasa seperti itu.”Rini tertawa kecil, lalu mendekati Juned. “Apa kamu lupa sudah banyak wanita yang mengagumimu saat ini?”Juned menghela napas, masih merasa skeptis. “Tapi aku gak merasa membuat mereka kagum. Aku hanya melakukan apa yang aku bisa, jika mereka senang aku juga senang.”Marina menyela dengan santai, memanfaatkan momen itu untuk memperkuat keyakinan Juned. “Rini benar. Justru karena kamu nggak terlihat seperti pria korporat yang penuh tipu daya, itu akan menjadi keuntungan besar. Kamu akan terlihat tulus, dan itu yang akan membuat dia terta

  • Tukang Pijat Super   Bab 132

    Marina mengangguk dengan senyum yang masih tertempel di wajahnya. “Iya, memang. Kami sudah beroperasi cukup lama dan memiliki banyak proyek besar yang berjalan. Itu salah satu alasan kenapa aku bisa menangani Anton tanpa masalah.” Marina menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi, sambil menatap Juned dengan tatapan tajam, seolah mengukur seberapa banyak yang sudah dia pelajari tentang Anton.“Aku tidak pernah menyangka bahwa kamu adalah orang yang memiliki perusahaan sebesar itu,” kata Juned dengan terkejut, masih tidak bisa sepenuhnya mempercayai fakta tersebut.Marina tersenyum santai, seolah hal itu bukan sesuatu yang luar biasa. “Bagi banyak orang, itu mungkin mengejutkan. Tapi bagiku, itu adalah hasil dari kerja keras bertahun-tahun. Dan kini, aku harus menghadapi pesaing baru yang bernama Anton. Dia pikir dia bisa menguasai pasar, tapi aku yakin aku punya lebih banyak cara untuk mengalahkannya.”Juned merasa terkesan dengan ketenangan Marina dalam menghadapi situasi seperti ini

  • Tukang Pijat Super   Bab 131

    Saat sudah berada di ambang pintu ruangan, Marina berbalik arah kembali masuk dengan langkah tenang. Juned dan Rini yang masih saling pandang tak tahu harus berkata apa saat melihat Marina mendekat. Wajahnya terlihat serius kali ini, dan ada secercah ketegasan dalam suaranya."Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada beberapa orang yang harus kita pastikan keselamatannya terlebih dahulu," kata Marina sambil duduk kembali. "Aku butuh informasi tentang keberadaan seseorang bernama Novi, Vivi, dan juga Lilis serta Lastri."Juned langsung menjawab tanpa ragu. "Lilis dan Lastri ada di rumahku, aman. Mereka tidak dalam bahaya."Marina mengangguk, lalu memandang ke arah Rini. "Bagaimana dengan Vivi dan anakmu?"Rini terlihat cemas, menggigit bibir bawahnya. "Vivi dan Novi sedang ditahan di rumah Pak Slamet, kepala desa. Dia orang kepercayaan Anton dan sering melakukan apa pun yang Anton perintahkan."Marina mendengar penjelasan itu dengan ekspresi tenang, meskipun kedua matanya tampak menila

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status