Share

Bab 44

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 14:17:30

Setelah pembicaraan serius soal Sulastri, suasana menjadi lebih ringan. Lilis yang sedang membereskan kantong belanja di meja tampak begitu anggun dengan daster sederhana dengan bagian bawah di atas lutut.

Juned menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu tersenyum kecil. “Tante Lilis, kok saya baru sadar ya, Tante selalu kelihatan cantik banget. Kalau bukan tante sendiri, aku mungkin lebih memilihmu daripada Lastri.”

Lilis menoleh dengan mata menyipit curiga, tapi sudut bibirnya menunjukkan senyum geli. “Juned, jangan mulai aneh-aneh, ya. Tante ini sudah tua. Ngapain kamu memuji-muji kayak gitu?”

“Serius, Tante,” kata Juned sambil menaikkan alis, menegaskan ucapannya. “Tante enggak kelihatan tua sama sekali. Kalau jalan di kampung ini, saya yakin banyak yang mengira Tante masih gadis.”

Lilis terkekeh sambil menggelengkan kepala. “Dasar kamu, Juned. Dari dulu mulutnya selalu manis kalau ngomong. Tapi Tante tahu kok, kamu Cuma bercanda.”

Juned mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, mem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tukang Pijat Super   Bab 45

    Setelah selesai memasak, Lilis membawa dua piring penuh makanan ke meja makan. Juned yang baru keluar dari kamar mandi tersenyum lebar melihat tantenya yang sibuk mengatur meja.“Ini nih, Tante paling rajin. Sudah masak, mengatur meja, semuanya beres sendiri,” goda Juned sambil memegang dagu lalu segera duduk.“Kalau kamu bantu tadi, mungkin sekarang sudah selesai lebih cepat,” balas Lilis sambil menaruh piring di hadapan Juned.Juned tertawa kecil. “Tapi kan kalau aku ikut masak, rasanya enggak bakal seenak ini. Lagian, masakan Tante itu pasti juara!”“Ah, dasar mulut manis.” Lilis hanya menggeleng pelan, lalu duduk di hadapan Juned. “Sudah, makan dulu. Jangan banyak ngomong.”Juned mengambil sendok, tapi alih-alih mulai makan, ia malah menatap Lilis dengan senyum jahil. “Tante, boleh enggak aku minta satu hal kecil sebelum makan?”“Apa lagi, Juned? Jangan aneh-aneh, ya,” jawab Lilis sambil memandangi Juned dengan alis terangkat.“Suapin aku dong, Tante,” ucap Juned dengan nada berc

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Tukang Pijat Super   Bab 46

    “Terus pakai apa kalau enggak pakai tangan?” Tanya Lilis dengan wajah bingung.Juned terdiam sejenak mencoba berpikir. “Aku mau Tante menyuapiku pakai mulut Tante.” Kata Juned sambil menunjuk bibirnya.Lilis kaget dengan permintaan Juned tersebut. Awalnya dia ingin menolak tapi entah apa yang dirasakan saat itu membuatnya harus menuruti ucapan Juned.“Baiklah untuk kali ini, tante biarkan kamu merasa senang.” Lilis menaruh sosis di mulutnya.Juned langsung tersenyum semringah melihat hal itu. Perlahan dia mendekatkan wajahnya ke arah sosis yang ada di mulut Lilis.“Maaf ya tante, aku ingin tahu rasanya seperti apa untuk pertama kalinya.” Kata Juned yang terdengar ambigu.Juned melahap sosis itu, menggigitnya sedikit demi sedikit hingga bibirnya kian dekat dengan bibir Lilis. Sementara Lilis menutup matanya membiarkan bibir Juned yang sudah berjarak 5 cm darinya.“Oh, aku enggak tahu ada tamu di sini,” ujar Vivi dengan nada datar, meski matanya menyiratkan rasa yang lebih dari sekadar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Tukang Pijat Super   Bab 47

    Di perjalanan pulang, suasana terasa canggung. Vivi duduk di belakang Juned dengan tasnya disampirkan di bahunya. Mereka hanya diam, angin siang yang hangat menyelimuti perjalanan mereka. Juned merasa harus mengatakan sesuatu untuk mengurangi ketegangan.“Vivi,” panggilnya pelan sambil tetap fokus pada jalan di depannya.“Iya?” jawab Vivi singkat, tanpa intonasi yang jelas.“Tadi di rumah, aku harap kamu enggak salah paham, ya. Aku sama Tante Lilis tadi cuma bercanda, enggak ada maksud apa-apa.” Juned mencoba memilih kata-katanya dengan hati-hati.Vivi terdiam sejenak sebelum menjawab. “Aku enggak marah, kok, Juned. Cuma kaget aja. Lagipula, itu urusan kalian. Aku enggak punya hak buat komentar.”Jawaban itu terdengar datar, tapi Juned bisa merasakan ada sesuatu yang tertahan. “Aku tahu kamu bilang enggak marah, tapi aku tetap enggak enak, Vi..”Vivi akhirnya menghela napas panjang. “Juned, aku mengerti. Kamu enggak perlu terlalu memikirkan itu. Aku cuma butuh waktu buat melupakan ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Tukang Pijat Super   Bab 48

    “Duh, ya sudah, aku yang tutup deh, biar kamu enggak ribet,” kata Vivi sambil mengambil selimut tipis. Ia menutupi tubuh Novi dengan santai. “Tuh, aman kan sekarang?.”Juned menghela napas panjang. “Ya, tapi tetap aja, dia harusnya lebih peka. Kalau ada cowok di rumah, kan enggak enak dilihat.”“Juned, Novi itu sudah 18 tahun tapi masih polos. Dia enggak punya maksud aneh-aneh. Kamu aja yang mikirnya kelewat jauh,” ujar Vivi sambil tersenyum geli.Juned hanya mendesah, tidak ingin memperpanjang argumen. Ia melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air, mencoba menenangkan pikirannya. Vivi kembali duduk di kursinya, menatap Juned sambil menahan tawa kecil.“Juned,” panggil Vivi dengan nada menggoda.“Apa lagi, Vi?” sahut Juned sambil membuka kulkas.“Kamu tuh lucu banget kalau lagi panik. Novi cuma tidur, lho. Kamu tuh yang bikin drama kayak ada kejadian besar,” Vivi tertawa kecil.Juned hanya menggelengkan kepala sambil menyeruput air dinginnya. “Aku cuma enggak mau ada hal yang biki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Tukang Pijat Super   Bab 49

    Saat Vivi pergi ke dapur, Juned tetap duduk di sofa, mencoba menenangkan pikirannya. Novi, yang kini sudah sepenuhnya terbangun, duduk bersila di sofa sambil mengusap matanya.“Mas Juned,” panggil Novi tiba-tiba, suaranya terdengar sedikit ragu.“Iya, Novi? Kenapa?” jawab Juned santai, menoleh ke arahnya.“Aku tadi mimpi, deh,” kata Novi sambil menatap Juned dengan wajah serius.“Mimpi apa? Seram, ya?” Juned tersenyum kecil, berpikir Novi akan cerita sesuatu yang biasa saja.Novi menggeleng. “Enggak seram, sih... tapi aneh. Dalam mimpi itu aku...” Ia menggantungkan kalimatnya, tampak ragu melanjutkan.“Aku apa, Nov? Kok malah jadi gantung gitu?” Juned mengerutkan keningnya, penasaran.Novi menarik napas dalam-dalam, lalu berbicara cepat, “Aku mimpi kita pacaran, Mas!”Juned langsung terdiam selama beberapa detik, sebelum akhirnya tertawa keras. “Hahaha, apa-apaan, Nov? Pacaran sama aku? Kamu serius mimpi kayak gitu?”“Iya, Mas!” Novi bersikeras, wajahnya sedikit memerah. “Aku mimpi ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Tukang Pijat Super   Bab 50

    Mereka bertiga duduk dengan santai, Lalu tiba-tiba Vivi berdiri dari tempat duduknya dan menuju ke kamar. Tak lama kemudian Vivi muncul dari arah kamar sambil membawa sebuah papan permainan ular tangga. Ia meletakkannya di meja ruang tamu dan tersenyum penuh semangat. “Daripada bosan nunggu, gimana kalau kita main ular tangga aja?” tanyanya sambil menatap Juned dan Novi.Juned yang sedang bersandar di sofa mengangkat alis. “Ular tangga? Seriusan, Vi? Sudah lama banget enggak main beginian.”Novi justru terlihat antusias. “Wah, seru tuh, Mbak Vivi! Aku setuju, deh. Tapi... apa cuma main biasa aja?”Vivi tersenyum jahil. “Tentu enggak, dong. Kita kasih hukuman buat yang kalah. Biar lebih menantang.”Juned langsung menggeleng cepat. “Hah? Hukuman? Enggak, enggak. Aku ogah, Vi. Kalau kalah terus dihukum, enggak asyik.”“Ah, Mas Juned penakut banget sih,” balas Novi sambil terkekeh. “Hukumannya kan bisa lucu-lucuan aja. Kayak nyanyi, atau joget aneh.”Vivi mengangguk setuju. “Enggak juga,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Tukang Pijat Super   Bab 51

    Permainan kedua dimulai dengan suasana yang lebih seru. Novi tampak penuh semangat, sedangkan Vivi terlihat serius, bertekad untuk tidak kalah lagi. Juned, di sisi lain, bermain dengan santai meskipun terus digoda oleh kedua lawannya.“Oke, giliran aku!” kata Novi sambil mengambil dadu. Ia menggoyangkannya dengan penuh semangat, lalu melemparkannya ke papan permainan. “Enam lagi! Yes!” serunya dengan penuh kemenangan.Juned hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Kamu curang, ya? Masa bisa dapat enam terus?”“Mana ada curang, Mas Juned. Aku Cuma beruntung,” balas Novi sambil memindahkan pionnya ke depan dan, lagi-lagi, mendarat di kotak tangga. “Lihat, aku naik lagi! Mbak Vivi, Mas Juned, kalian bakal kalah lagi nih!”Vivi mendesah kesal. “Kamu emang ratu keberuntungan, Novi. Tapi tunggu aja, kali ini aku enggak mau kalah!”Ia mengambil dadu dan melemparkannya. Dadu menunjukkan angka empat. “Oke, lumayan,” katanya sambil memindahkan pionnya. Namun, ia mendarat di kotak biasa, ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Tukang Pijat Super   Bab 52

    Setelah Novi pergi, suasana di rumah menjadi lebih tenang. Vivi membereskan papan permainan yang tadi sempat diacak-acak Novi sebelum pergi, lalu melirik ke arah Juned yang sedang duduk santai di sofa tanpa kaos."Juned," panggil Vivi sambil mengangkat papan permainan ular tangga. "Mau lanjut main berdua enggak?"Juned menoleh, senyumnya sedikit menggoda. "Boleh, tapi nggak usah pakai hukuman aneh-aneh lagi, ya. Enggak ada Novi yang bisa jadi kambing hitam kalau aku kalah."Vivi tertawa kecil dan mulai menyusun papan permainan lagi di lantai. "Tenang aja. Tapi siapa tahu kamu tetap kalah lagi, kan?" ucapnya sambil menyengir.Mereka mulai bermain, bergantian melempar dadu. Namun kali ini, Vivi tampak sedikit gelisah. Matanya beberapa kali mencuri pandang ke arah tubuh Juned yang masih terbuka, menunjukkan otot dada dan lengannya yang terlihat atletis. Vivi berusaha keras untuk fokus pada permainan, tetapi pikirannya terus terganggu."Giliran kamu, Vivi," kata Juned, membuyarkan lamunan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 139

    Marina membuka semua busana Juned dengan cepat. Mereka tenggelam bersama di ranjang hotel yang empuk, menikmati setiap hembusan nafas yang saling berebut di antara bibir."Juned," kata Marina tiba-tiba sambil melepaskan ciumannya di bibir pria itu. "Aku punya tawaran untukmu."Juned menatap Marina, terlihat ragu-ragu. "Apa itu, Marina?"Marina menatap pria itu dalam-dalam, senyumnya samar namun tajam. "Aku ingin kamu tinggal di kota ini. Lupakan rumahmu di desa, lupakan semua yang pernah terjadi dengan Anton. Mulailah hidup baru di sini bersamaku."Juned mengernyit, merasa bingung dengan maksud ucapan Marina. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."Marina menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Jadilah laki-laki simpananku, Juned! Aku akan memberimu kekayaan, kenyamanan, dan keamanan. Semua yang kamu butuhkan. Kamu hanya perlu ada untukku."Ucapan itu membuat Juned terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Tawaran Ma

  • Tukang Pijat Super   Bab 138

    Pria itu tampak sedikit bingung dengan pertanyaan itu. “Perwakilan dari Anton Perkasa memang sudah tiba pagi ini, lebih awal dari jadwal semula. Dan mereka langsung diterima oleh Ibu Ratna.”Mendengar penjelasan itu, wajah Marina berubah. Sorot matanya menunjukkan sesuatu yang mencurigakan. Sementara Juned, yang berdiri di sampingnya, hanya bisa mengerutkan dahi, tak sepenuhnya memahami situasi.Tepat saat itu, Marina dan Juned melihat Ibu Ratna keluar dari ruangannya, berjalan menuju pintu utama bersama seorang pria muda. Pria itu mengenakan setelan jas hitam yang sempurna, rambutnya tersisir rapi, dengan senyum penuh percaya diri. Sosoknya begitu kharismatik, membuat siapa pun yang melihatnya langsung terkesan.Marina memperhatikan pria itu dengan penuh perhatian. Sesaat kemudian, dia berbisik kepada Juned, “Itu perwakilan dari Anton Perkasa. Tapi... sesuatu tidak beres di sini.”“Apa maksudmu?” tanya Juned bingung.“Seharusny

  • Tukang Pijat Super   Bab 137

    Mata para wanita—Marina, Lilis, Lastri, Vivi, dan Rini—tertumbuk pada Juned. Mereka terdiam sejenak, lalu hampir serentak menunjukkan ekspresi kagum.“Ya ampun, Juned! Keponakanku Ganteng banget!” ujar Lilis dengan suara riang, tangannya menutup mulut seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Vivi mengangguk setuju. “Aku sampai nggak kenal tadi. Serius ini kamu Juned? Kayak model yang mau pergi ke gala dinner aja,” katanya sambil tersenyum lebar.Lastri menambahkan dengan nada menggoda. “Juned, kayaknya kalau ada perempuan yang lihat kamu kayak gini, mereka langsung naksir, deh.”Juned hanya tersenyum canggung, merasa sedikit kikuk dengan perhatian yang begitu besar dari mereka. “Ah, jangan bercanda kalian. Ini cuma karena pakaian yang terlihat bagus,” ucapnya merendah sambil menggaruk belakang kepalanya.Namun Marina, yang duduk di sofa dengan anggun, memberikan komentar yang berbeda. “Lihatlah, ini yang aku maksud. Penamp

  • Tukang Pijat Super   Bab 136

    Juned hanya bisa duduk terpaku, tidak ingin membuat situasi semakin buruk dengan bertindak kasar. Namun, sebelum Winda melanjutkan aksinya, tubuhnya tiba-tiba melemah, dan ia terjatuh ke samping, pingsan karena mabuk.Juned menghela napas lega, tapi matanya langsung tertuju pada Marina dan Tari yang kini juga tampak setengah sadar, mencoba bernyanyi dengan suara yang sudah tidak jelas. Tidak lama kemudian, satu per satu dari mereka mulai pingsan, termasuk Rini. Suasana yang tadi penuh dengan tawa dan nyanyian kini berubah menjadi hening.Melihat mereka semua terbaring di lantai dan sofa, Juned menyadari bahwa ia tidak bisa membiarkan mereka begitu saja. "Ya Allah, ini benar-benar malam yang melelahkan," gumamnya sambil mengusap wajahnya.Dengan hati-hati, Juned mulai memindahkan mereka satu per satu ke kamar Marina yang besar. Ia mengangkat Winda lebih dulu, lalu kembali ke ruangan karaoke untuk membawa Marina, Tari, dan akhirnya Rini. Setelah memast

  • Tukang Pijat Super   Bab 135

    Juned tersentak, tapi ia tetap tenang. "Tari, kamu mabuk. Lebih baik kamu duduk di sana dan istirahat.""Aku nggak mabuk," balas Tari sambil terkekeh, meskipun jelas dari gerak-geriknya bahwa ia mulai kehilangan kendali. Ia memiringkan tubuhnya, kini kepalanya bersandar di bahu Juned. "Kamu itu terlalu kaku. Nggak apa-apa, rileks sedikit. Kita ini cuma bersenang-senang."Juned menoleh ke Marina yang duduk di sisi lain ruangan, berharap mendapatkan bantuan. Namun Marina hanya mengangkat gelas anggurnya sambil tersenyum tenang, seolah-olah tidak ingin ikut campur. Winda dan Rini juga tampak terlalu sibuk dengan tawa mereka sendiri."Tari, aku serius," Juned berkata dengan nada lebih tegas, tapi tetap menjaga suaranya rendah agar tidak mengganggu suasana pesta. "Kamu perlu menjaga sikapmu. Aku hanya di sini untuk membantu, bukan untuk hal lain."Namun Tari justru memeluk Juned, membuatnya semakin sulit untuk melepaskan diri tanpa menimbulkan keributan. "Juned, kamu baik sekali. Kamu bahk

  • Tukang Pijat Super   Bab 134

    Marina memimpin rombongan ke sebuah ruangan yang ada di lantai bawah rumahnya. Begitu pintu ruangan itu dibuka, Juned tertegun. Ruangan itu sangat mewah, penuh dengan lampu neon warna-warni yang berkedip, sofa besar empuk, dan layar besar di dinding yang memutar daftar lagu karaoke. Di sudut ruangan, terdapat meja yang dipenuhi dengan camilan, minuman, dan beberapa botol anggur.Marina melangkah masuk dengan percaya diri, diikuti oleh Winda, Tari, dan Rini. Tari segera mengambil remote kontrol dan mulai menjelajahi daftar lagu. "Tempat ini adalah tempat favoritku di rumah Marina," katanya sambil tertawa. "Aku nggak pernah bosan."Juned, di sisi lain, hanya berdiri di pintu, tampak kebingungan. Dia menggaruk kepala dan mendekati Rini. "Aku nggak bisa nyanyi, Rini. Jadi buat apa aku ada di sini?"Rini menahan senyum. "Sudah, santai saja, Juned. Nggak ada yang maksa kamu nyanyi kalau nggak mau. Nikmati saja suasananya."Namun, Marina yang mendengar percakapan itu langsung menoleh. "Jun

  • Tukang Pijat Super   Bab 133

    Rini yang sedari tadi hanya duduk di ruangan, akhirnya angkat bicara setelah hanya menjadi pendengar sejauh ini. Dengan nada yang penuh arti, ia menatap Juned sambil tersenyum. “Mas Juned, kamu nggak perlu khawatir soal ini. Tanpa kamu sadari, sebenarnya kamu punya kemampuan alami untuk membuat orang lain tertarik sama kamu.”Juned menoleh ke arah Rini dengan alis yang sedikit terangkat. “Apa maksudmu, Mbak Rini? Aku nggak pernah merasa seperti itu.”Rini tertawa kecil, lalu mendekati Juned. “Apa kamu lupa sudah banyak wanita yang mengagumimu saat ini?”Juned menghela napas, masih merasa skeptis. “Tapi aku gak merasa membuat mereka kagum. Aku hanya melakukan apa yang aku bisa, jika mereka senang aku juga senang.”Marina menyela dengan santai, memanfaatkan momen itu untuk memperkuat keyakinan Juned. “Rini benar. Justru karena kamu nggak terlihat seperti pria korporat yang penuh tipu daya, itu akan menjadi keuntungan besar. Kamu akan terlihat tulus, dan itu yang akan membuat dia terta

  • Tukang Pijat Super   Bab 132

    Marina mengangguk dengan senyum yang masih tertempel di wajahnya. “Iya, memang. Kami sudah beroperasi cukup lama dan memiliki banyak proyek besar yang berjalan. Itu salah satu alasan kenapa aku bisa menangani Anton tanpa masalah.” Marina menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi, sambil menatap Juned dengan tatapan tajam, seolah mengukur seberapa banyak yang sudah dia pelajari tentang Anton.“Aku tidak pernah menyangka bahwa kamu adalah orang yang memiliki perusahaan sebesar itu,” kata Juned dengan terkejut, masih tidak bisa sepenuhnya mempercayai fakta tersebut.Marina tersenyum santai, seolah hal itu bukan sesuatu yang luar biasa. “Bagi banyak orang, itu mungkin mengejutkan. Tapi bagiku, itu adalah hasil dari kerja keras bertahun-tahun. Dan kini, aku harus menghadapi pesaing baru yang bernama Anton. Dia pikir dia bisa menguasai pasar, tapi aku yakin aku punya lebih banyak cara untuk mengalahkannya.”Juned merasa terkesan dengan ketenangan Marina dalam menghadapi situasi seperti ini

  • Tukang Pijat Super   Bab 131

    Saat sudah berada di ambang pintu ruangan, Marina berbalik arah kembali masuk dengan langkah tenang. Juned dan Rini yang masih saling pandang tak tahu harus berkata apa saat melihat Marina mendekat. Wajahnya terlihat serius kali ini, dan ada secercah ketegasan dalam suaranya."Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada beberapa orang yang harus kita pastikan keselamatannya terlebih dahulu," kata Marina sambil duduk kembali. "Aku butuh informasi tentang keberadaan seseorang bernama Novi, Vivi, dan juga Lilis serta Lastri."Juned langsung menjawab tanpa ragu. "Lilis dan Lastri ada di rumahku, aman. Mereka tidak dalam bahaya."Marina mengangguk, lalu memandang ke arah Rini. "Bagaimana dengan Vivi dan anakmu?"Rini terlihat cemas, menggigit bibir bawahnya. "Vivi dan Novi sedang ditahan di rumah Pak Slamet, kepala desa. Dia orang kepercayaan Anton dan sering melakukan apa pun yang Anton perintahkan."Marina mendengar penjelasan itu dengan ekspresi tenang, meskipun kedua matanya tampak menila

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status