Share

Bab 121

Author: Frands
last update Last Updated: 2025-01-10 09:31:54

Juned merasa terjebak. Dia tahu bahwa jika dia menolak, Rini bisa saja langsung melaporkannya ke Anton atau anak buahnya. Namun, jika dia setuju, dia akan masuk ke permainan yang tidak bisa dia kendalikan.

“Baik, apa maumu?” Tanya Juned mencoba tenang.

Rini berdiri dari kursi lalu memakainya topengnya kembali. “Ikutlah denganku, di sini terlalu banyak orang.”

Rini melangkah pergi menuju ke suatu tempat.

Juned mengikuti langkah Rini yang ternyata menuju ke toilet pria. Setelah berada di dalam, Rini dengan cepat mengunci pintu dan berbalik menghadap Juned.

Tanpa diduga, dia melingkarkan lengannya di tubuh Juned, memeluknya erat dan mencumbu bibir Juned.

Juned tersentak, merasa canggung sekaligus bingung dengan apa yang sedang terjadi.

“Mbak Rini, apa-apaan ini?!” bisik Juned tajam, berusaha menjauhkan dirinya, tetapi Rini justru semakin erat memeluknya.

“Kau jangan banyak bertanya, turuti saja.” Kata Rini dengan suara yang menggoda dan sedikit mengancam.

Rini kembali mencium
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Tukang Pijat Super   Bab 122

    Wanita itu terus membawa Juned hingga keluar dari kafe. Setelah berada di luar Juned yang masih bingung dan mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi berdiri mematung, menatap wanita bertopeng yang telah menyelamatkannya dari kerumunan. Dalam sekejap, wanita itu membuka topengnya, memperlihatkan wajah yang sangat dikenalnya. Juned terkejut bukan main.“Tante Lilis?!” seru Juned dengan suara setengah berbisik, matanya membulat tak percaya.Lilis menatap Juned dengan ekspresi datar, seolah mencoba mengukur reaksi keponakannya. “Iya, ini aku, Juned,” jawabnya sambil melipat topeng itu dan menyelipkannya ke balik gaunnya.Juned mengernyit, kebingungan. “Kenapa Tante ada di sini? Apakah Tante juga bekerja di sini?” tanyanya, nadanya penuh curiga dan cemas.Lilis mendesah pelan, lalu mengalihkan pandangannya. “Aku nggak kerja di sini, Juned,” katanya dengan nada tenang, meski ada sedikit getaran. “Tapi, kadang aku... berkunjung ke sini. Hanya untuk... melampiaskan sesuatu.”Juned menger

    Last Updated : 2025-01-10
  • Tukang Pijat Super   Bab 123

    Lilis akhirnya berdiri, mengambil selimut dari kamar, lalu meletakkannya di atas tubuh Juned. "Istirahatlah, Juned. Kalau kamu terus begini, tubuhmu akan tumbang," ucap Lilis lembut.Juned hanya mengangguk pelan tanpa membuka matanya.Beberapa saat kemudian, suara napas Juned mulai teratur. Ia tertidur dengan tenang di atas sofa, sementara Lilis duduk di kursi di dekatnya, menjaga malam yang sunyi.Dalam pikiran Lilis masih terbayang saat Rini memberikan pelayanan ekstra kepada Juned. Hingga tanpa sadar kembali Lilis menggerayangi tubuhnya sendiri.“Sshh...” Lilis mengeluarkan desahan yang membuat dadanya mulai berdebar kencang.Perlahan, ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debaran di dadanya. Perasaan yang selama ini ia simpan semakin sulit untuk ditahan.Dengan hati-hati, Lilis mendekatkan tubuhnya ke Juned. Ia menyelimuti dirinya sendiri dengan selimut yang sama, lalu meraih tubuh Juned dan memeluknya erat. "Juned...," bisiknya pelan, suaranya bergetar, "Kamu tahu nggak

    Last Updated : 2025-01-10
  • Tukang Pijat Super   Bab 124

    “Aku serius, Juned,” jawab Lilis tanpa ragu. “Aku ingin kita memulai hidup baru. Aku ingin kita membangun keluarga kita sendiri, jauh dari semua kekacauan ini. Aku ingin memiliki seorang anak darimu”Juned tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya memeluk Lilis lebih erat dan mengecup bibir tantenya dengan ganas. Hal itu menunjukkan Juned tak menolak permintaan Lilis. Akhirnya suara benturan paha mereka yang saling beradu kembali memecah keheningan malam untuk yang kedua kalinya.Saat Juned dan Lilis tenggelam dalam lautan birahi, mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang tengah mengamati.Ya benar saja, Lastri yang sebelumnya berada di kamar tidak bisa tidur karena mendengar suara-suara yang di keluarkan oleh Lilis maupun Juned. Sehingga dia mencoba mengintip pemandangan yang tak terduga dari celah pintu.“Hmmppff” Lastri membungkam mulutnya dengan tangan kanan, mencoba menahan suaranya sendiri.Awalnya, Lastri merasa tak habis pikir saat melihat seorang tante dan keponakann

    Last Updated : 2025-01-13
  • Tukang Pijat Super   Bab 125

    Juned yang tanpa menggubris bisik-bisik Lilis dan Lastri terus menikmati sarapannya Tiba-tiba Juned meletakkan sendoknya dengan cepat. Ekspresinya berubah serius, seolah mengingat sesuatu yang penting.“Astaga, aku lupa!” serunya sambil menepuk dahinya.Lilis yang duduk di sebelahnya menoleh dengan heran. “Lupa apa, Juned? Ada apa?”Juned berdiri dan segera meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Ia memeriksa sesuatu di layar dengan tergesa-gesa. Matanya menatap layar ponsel itu sejenak sebelum ia menghela napas panjang.“Aku ada janji,” katanya singkat sambil mulai menghabiskan sisa makanannya dengan cepat.“Janji sama siapa?” tanya Lilis penasaran, nada suaranya sedikit curiga.Juned hanya menggeleng, tidak memberikan jawaban yang jelas. “Nanti aku jelasin, Tante. Ini penting banget. Aku harus pergi sekarang,” ucapnya sambil meneguk segelas air dan meraih jaket yang tergantung di dekat pintu.Lastri, menatap Juned dengan sedikit ragu. “Hati-hati di jalan, Jun,” katanya pelan.June

    Last Updated : 2025-01-14
  • Tukang Pijat Super   Bab 126

    Saat pelayan datang membawa menu, Rini dengan santai memesan kopi dan roti panggang. “Mas mau pesan apa?” tanyanya sambil menatap Juned.“Apa aja deh yang ringan,” jawab Juned singkat.Setelah pelayan pergi, Rini menopang dagunya dengan tangan dan menatap Juned dengan tatapan penuh arti. “Nanti saat di acara kamu harus menuruti semua kemauanku, apapun itu kamu jangan menolak sedikitpun.”Juned mengangguk pelan. “Baiklah, asalkan jangan meminta yang aneh. Aku juga masih belum tahu dengan rencanamu untuk melawan Anton.”Rini tersenyum kecil. “Kamu gak perlu khawatir, dengan bantuan dari kawanku kita bisa membalikkan keadaan.”Belum sempat Juned membalas ucapan Rini, seorang pelayan kembali menghampiri meja mereka sambil membawa hidangan yang telah dipesan.“Silahkan mas, mbak.” Kata pelayan saat meletakkan hidangan di atas meja lalu pergi meninggalkan mereka.Setelah pelayan itu pergi Juned terus menatap makanan yang tersaji di atas meja. “Apa kamu yakin temanmu itu bisa membantu?” ta

    Last Updated : 2025-01-15
  • Tukang Pijat Super   Bab 127

    Suhu tubuh Juned yang mulai naik akibat luapan hasrat yang kian memuncak hanya bisa pasrah. Sementara itu Rini masih membelai tubuh Juned dan terus mencium leher Juned.Saat tangan Rini hendak membuka kancing celana Juned tiba-tiba terdengar suara orang yang memanggil.“Apa ada orang di dalam?”Mereka berdua langsung tersentak ketika mendengar ada orang yang sedang menunggu di luar.Rini akhirnya melepaskan pelukannya, tapi sebelum melangkah mundur, Rini berbisik di telinga Juned. “Pakai pakaian itu, aku tunggu di luar. Orang itu benar-benar bikin kecewa, ya.”Rini keluar dari ruang ganti sambil tersenyum puas, meninggalkan Juned yang masih terpaku di tempatnya. Dengan gemetar, Juned mencoba menguasai dirinya sebelum melanjutkan untuk mengenakan pakaian yang telah dipilih Rini. “Loh ini kan kamar ganti pria? Kenapa kamu di sini?” terdengar suara seorang pria yang sepertinya menegur Rini.Juned mencoba mengabaikan suara itu dan sesegera mungkin mengganti baju. Ketika dia keluar

    Last Updated : 2025-01-15
  • Tukang Pijat Super   Bab 128

    Juned memandang Rini yang sudah tampil anggun dengan gaun yang terlihat pas dengannya meski usianya sudah kepala empat. “Aku nggak tahu, Mbak Rin. Kayaknya aku bakal kelihatan aneh di sini.”Rini menepuk bahu Juned dengan lembut. “Kamu nggak perlu khawatir. Kamu terlihat keren. Lagipula, kamu cuma perlu berpura-pura jadi pasanganku hari ini.”Juned menghela napas panjang dan membuka pintu mobil. “Baiklah, aku ikut. Tapi aku masih nggak ngerti kenapa aku harus ada di sini.”Mereka berdua masuk ke dalam lobi hotel yang luas dan penuh dengan dekorasi elegan. Suara musik lembut mengalun di latar belakang. Beberapa orang melirik mereka saat mereka berjalan melewati kerumunan, tapi Rini tampak tidak terpengaruh.Saat mereka sampai di aula tempat acara berlangsung, Rini melingkarkan lengannya di lengan Juned, membuat pria itu sedikit kaku.“Santai saja,” bisik Rini sambil tersenyum. “Kamu Cuma perlu bersikap seperti pasangan romantis yang bahagia.”Juned mencoba tersenyum, meskipun dalam hat

    Last Updated : 2025-01-15
  • Tukang Pijat Super   Bab 129

    “Kamu kenal dia?” tanya Rini.Juned tidak menjawab, matanya tetap terpaku pada Marina, wanita yang ternyata adalah penyelenggara acara tersebut. Ia tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Marina, wanita yang pernah ia sembuhkan dulu ketika sedang sakit dan tersesat di desanya.Sementara itu, Marina melangkah anggun ke tengah panggung, mengambil mikrofon, dan menyapa para tamu dengan suara yang lembut namun penuh wibawa. “Selamat malam semuanya. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk hadir di acara ini. Saya merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari reuni ini.”Juned masih belum bisa mengalihkan pandangannya. Kenangan tentang Marina melintas di pikirannya—bagaimana dia menolong wanita itu dengan telapak tangan sakti yang ia dapatkan setelah memakan jamur ajaib. Saat itu, Marina hampir kehilangan harapan, dan ia berhasil menyembuhkannya.Setelah sambutan selesai, acara kembali dipenuhi dengan obrolan dan tawa. Namun, Juned tak lagi bisa fokus. Ia hanya duduk diam sambil

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Tukang Pijat Super   Bab 160

    Juned mengangguk. “Baik, Win. Kalau begitu, aku sarankan untuk membuka baju agar pijatannya lebih efektif.”Winda terlihat tanpa ragu, lalu bertanya, “Jilbabnya bagaimana, perlu dilepas juga?”Juned mempertahankan nada tenangnya. “Tidak perlu juga tidak apa-apa, Winda. Aku bisa menyesuaikan.”Winda mengangguk sambil tersenyum genit. “Baiklah, kalau begitu.”Dia membuka bajunya, menyisakan pakaian dalam dan jilbab yang masih dikenakannya. Juned mengambil kain penutup yang tak jauh darinya dan menutupi bagian tubuh Winda yang tidak sedang dipijat, menjaga profesionalitasnya.“Silakan tiduran tengkurap, Winda, biar aku mulai dari punggung dulu,” kata Juned.Winda mengikuti arahan Juned. Dia tampak nyaman, meskipun sesekali melirik pintu yang sedikit terbuka, memastikan suasana tetap aman dan terkendali. Juned mengoleskan minyak pijat di telapak tangannya dan mulai memijat punggung Winda dengan gerakan lembut namun bertenaga. Dia memusatkan perhatian pada otot-otot yang terasa kaku, men

  • Tukang Pijat Super   Bab 159

    Setelah menghabiskan waktu di wahana, Marina langsung mengarahkan mobilnya ke sebuah kompleks perumahan yang terlihat cukup elit. Sepanjang perjalanan, Juned hanya duduk diam sambil memikirkan apa yang akan terjadi. Marina, seperti biasanya, terlihat santai dan penuh percaya diri.“Ayo, Juned, jangan kelihatan gugup begitu,” kata Marina sambil tertawa kecil. “Winda orangnya ramah, kok. Dia nggak bakal bikin kamu canggung.”“Ramah? Atau terlalu ramah?” Juned mencoba melontarkan candaan untuk menutupi rasa gugupnya.Marina tersenyum tipis tanpa menjawab, hanya memusatkan perhatian pada jalan di depan. Tak lama kemudian, mereka tiba di depan sebuah rumah besar dengan desain modern. Marina mematikan mesin mobil dan berbalik ke arah Juned. “Kita sudah sampai. Jangan bikin aku malu, ya,” katanya sambil mengedipkan mata.Juned mengangguk pelan, lalu mereka berdua keluar dari mobil. Marina turun dari mobil lebih dulu, lalu mengetuk pintu rumah.Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, dan seor

  • Tukang Pijat Super   Bab 158

    Marina berbalik ke arah Juned dengan tertawa kecil sambil memandangnya. “Juned, aku dan suamiku punya hubungan yang... cukup unik. Kami menikah bukan karena cinta, tapi karena urusan bisnis keluarga. Jadi, baik aku maupun dia nggak pernah terlalu peduli soal kesetiaan atau urusan seperti ini.”Juned tampak bingung dengan jawaban itu. “Jadi... suamimu akan tahu kalau kamu...”Marina mengangguk sambil memotong ucapannya. “Aku yakin dia tahu, Juned. Lagipula, aku juga tahu pasti dia melakukan hal yang sama. Dia sering ke luar negeri untuk urusan bisnis, dan aku tahu dia punya wanita lain di sana. Kami tidak pernah mempermasalahkan itu.”Juned hanya terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. “Tapi... kenapa kamu tetap bertahan dalam pernikahan seperti itu?”Marina menarik napas panjang sebelum menjawab. “Karena aku nggak menikah untuk cinta, Juned. Pernikahan ini hanya sebuah perjanjian antara dua keluarga besar. Aku tahu ini mungkin terdengar aneh untukmu, tapi begitul

  • Tukang Pijat Super   Bab 157

    Suara mereka menggema di tengah ruangan itu, diredam oleh kebisingan aktivitas di luar. Hingga waktu berlalu tanpa terasa, mereka mencapai puncak kenikmatan yang seolah mampu menggenggam lautan.“Juned bagaimana kalau kita pergi ke taman hiburan hari ini?” Tanya Marina lirih sambil menutup keindahan tubuhnya dengan pakaiannya.Juned hanya mengangguk perlahan sambil memakai pakaiannya.“Nanti malam aku akan menemukanmu dengan Bu Ratna, pemilik PT Cakra Buana.” Lanjut ucap Marina.Juned langsung menoleh ke arah Marina dengan tatapan tajam. “Kenapa ada agenda bertemu dengan Bu Ratna?” Juned menunjukkan wajah bingungnya.Marina yang melihat wajah Juned justru malah tersenyum. “Dia ingin mencoba sesuatu dari kamu, untuk memastikan apa kamu layak membuka usaha di tempat ini.”Juned semakin bingung dia berdiri sambil menatap sekeliling ruangan di sana. “Aku tak mengerti maksudmu, Marina.”“Sudahlah jangan terlalu di pikirkan, kamu nikmati saja semua yang ada di depanmu. Yang penting s

  • Tukang Pijat Super   Bab 156

    Juned duduk di salah satu kursi di ruko itu, memandangi ruang kosong yang akan diubah menjadi tempat pijat. Wajahnya tampak penuh keraguan. Dia menghela napas panjang, mencoba mencerna semuanya.Marina yang memperhatikan raut wajah Juned langsung mendekat dan duduk di sampingnya. “Kamu masih ragu, ya?” tanyanya dengan nada lembut.Juned menunduk, mengangguk pelan. “Aku nggak tahu, Marina. Apa aku benar-benar bisa menjalankan tempat ini? Aku memang tahu cara memijat, tapi mengelola usaha seperti ini... aku nggak pernah punya pengalaman.”Marina tersenyum, menepuk bahunya dengan penuh keyakinan. “Dengar, Juned. Keahlian memijatmu itu luar biasa. Aku yakin banyak orang yang akan datang ke sini kalau kita buat tempat ini nyaman dan profesional. Yang penting kamu percaya diri dulu.”Juned mengangkat wajahnya, menatap Marina yang begitu yakin. “Tapi... semua ini terlalu besar buat aku. Bagaimana kalau aku gagal?”“Kalau gagal, kita bangkit lagi,” jawab Marina tegas. “Tapi aku yakin kamu ngg

  • Tukang Pijat Super   Bab 155

    Marina tersenyum tipis, mencoba tetap tenang. “Kami sedang melihat kemungkinan untuk menyewa ruko ini. Kamu siapa, ya?”Marko tertawa kecil, seolah mengejek. “Aku salah satu manajer di PT Cakra Buana, pemilik properti ini. Jadi, aku berhak tahu siapa yang tertarik untuk menggunakan tempat ini,” katanya dengan nada arogan.Juned memperhatikan Marko dengan tatapan datar. Dia tahu sifat Marko yang sombong dan suka meremehkan orang lain, tapi dia memilih untuk tidak menanggapi.Marko melanjutkan dengan nada sinis, “Jujur saja, aku nggak yakin kalian bisa bikin sesuatu yang sukses di tempat ini. Tempat ini butuh manajemen yang profesional, bukan... ya, kalian paham maksudku, kan?”Marina tetap tenang, meski nada Marko jelas-jelas merendahkan mereka. “Terima kasih atas masukannya. Kami sudah punya rencana yang jelas untuk tempat ini, dan kami yakin itu akan berhasil,” jawab Marina dengan tegas namun sopan.Marko mengangkat alis, seolah terkejut mendengar ketegasan Marina. “Oh, jadi kam

  • Tukang Pijat Super   Bab 154

    Marina tersenyum tipis. “Aku akan jelaskan nanti saat kita di jalan. Sekarang, habiskan makananmu dulu. Aku tunggu di luar.”Juned mulai memasukkan nasi ke dalam mulutnya, “Kamu gak ikut makan dulu, Mar. Biar aku bilang ke Siti untuk mengambilkan makanan buat kamu.”“Gak usah, Juned. Aku sudah sarapan tadi di rumah.” Kata Marina menolak dengan halus.Juned menatap Marina yang bangkit dari kursinya dan berjalan keluar rumah tanpa menjelaskan lebih jauh. Rasa penasaran mulai menguasai pikirannya, tetapi ia memilih untuk tidak banyak bertanya untuk saat ini.Setelah menghabiskan nasi gorengnya, Juned bergegas menuju kamar untuk bersiap-siap. Saat keluar, ia melihat Marina sedang berdiri di dekat mobilnya, menunggunya dengan sabar.“Kamu yakin ini penting?” tanya Juned saat ia menghampirinya.“Percaya saja padaku, Juned,” jawab Marina sambil membuka pintu mobil. “Ayo, masuk.”Juned masuk ke dalam mobil, dan Marina langsung menginjak pedal gas. Di sepanjang perjalanan, Marina tetap

  • Tukang Pijat Super   Bab 153

    “Mas, apa yang terjadi?” tanya Ratih sambil duduk di ranjang, kini Ratih mulai cemas.Juned menutup jendela kembali dan menatap Ratih. “Tadi aku lihat seseorang mengintip dari luar. Tapi sekarang dia sudah nggak ada.”Wajah Ratih langsung memucat. “Mas, jangan-jangan ada yang melihat kita berdua begituan tadi.”Juned menggeleng, masih mencoba memikirkan kemungkinan lain. "Aku nggak tahu. Bisa jadi seperti itu.”Ratih terlihat ketakutan, namun ia mengangguk pelan. “Mas, bagaimana kalau itu Mbak Siti atau Pak Darma?”Juned mendekat ke arah Ratih, lalu memeluk tubuh wanita itu dengan lembut. “Kamu tenang saja, aku yang akan menyelesaikan semua ini.”Dalam pelukan Juned, tubuh Ratih mulai tenang. Setelah mengetahui ada yang mengintip mereka berdua memilih untuk menghiraukan hal itu.“Mas Juned.” Kata Ratih dengan lirih.Juned menatap wajah manis Ratih dengan tatapan yang teduh. “Ada apa, Ratih?”“Barang kamu enak banget, Mas. Bolehkah aku tidur di kamarmu malam ini?” tanya Ratih y

  • Tukang Pijat Super   Bab 152

    Ratih berdiri mematung sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. Namun, rasa penasaran dan sedikit gugup membuatnya tak bisa fokus pada pekerjaan membereskan meja makan. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya ingin Juned bicarakan dengannya malam ini.Ratih masuk ke kamar Juned dengan langkah ragu. Wajahnya memancarkan kecemasan yang sulit ia sembunyikan. Pintu kamar terbuka sedikit, namun Juned yang duduk di tepi tempat tidur dengan santai segera berkata, “Tutup pintunya, Ratih. Jangan lupa dikunci.”Dengan tangan yang gemetar, Ratih mematuhi perintah itu. Ia merasa aneh, namun tidak punya keberanian untuk menolak. Setelah pintu terkunci, ia berdiri di tempatnya, tak berani mendekat.Juned menatapnya dari ujung kepala hingga kaki, lalu berkata, “Coba kamu berdiri di tengah ruangan. Aku mau lihat sesuatu.”Meski hatinya penuh kebingungan, Ratih melangkah ke tengah ruangan. “Mas, ada apa? Apa ada yang salah dari saya?” tanyanya dengan nada gugup.“Tidak, kamu nggak salah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status