Share

Bab 106

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 07:52:43

Juned merasa kesakitan di bagian kepalanya, “Aduh, kenapa sakit sekali?” Juned meringis pelan sambil memegang kepalanya.

Saat dia melihat telapak tangannya terdapat cairan merah segar yang tertinggal.

“Kok tidak seperti sebelumnya, tiba-tiba tubuhku kesakitan.” Juned perlahan bangkit dan kembali berdiri sambil terus kebingungan.

Juned menatap sebuah besi panjang yang ada di tangan salah satu anak buah Anton. Benar saja Juned merasa kesakitan, karena di salah satu ujung besi itu di ikat banyak sekali daun kelor.

“Sial! Ternyata itu bisa membuatku merasa sakit.” Gumam Juned sambil bersiap untuk melawan.

Juned kembali melawan semua anak buah Anton sendirian, sambil menahan sakit dia berusaha meloloskan diri dari rumah Anton.

Hingga beberapa waktu, Ia berhasil menyusul Vivi, Lastri, dan Novi yang berlari melintasi kebun.

“Vivi... Lastri... Novi....” teriakkan Juned memecah kesunyian di kebun itu.

“Juned, kami di sini!” Sahut Vivi yang tak jauh dari tempat Juned berada.

Juned lang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tukang Pijat Super   Bab 107

    Pak Samijo melirik ke arah warga lain yang mulai mengangguk setuju, lalu kembali menatap Juned. "Kau sudah melihat sendiri, Anton itu bukan orang yang mudah dihadapi. Dia punya kuasa, uang, dan pengaruh. Kalau kau tetap di sini, dia tidak akan tinggal diam. Kau akan jadi sasaran utamanya."Juned mengepalkan tangan, merasa tak terima dengan saran itu. "Jadi aku harus lari dan meninggalkan semua ini? Membiarkan dia terus berbuat semaunya di desa ini?"Pak Samijo mendekat, menepuk bahu Juned dengan penuh pengertian. "Juned, ini bukan soal lari atau melawan. Ini soal keselamatanmu. Kalau kau terluka atau lebih buruk, siapa yang akan melindungi Lastri, Vivi, atau Novi? Kau harus berpikir jernih."Vivi yang berdiri di samping Juned tampak cemas, namun ia menunduk diam. Ia tahu kata-kata Pak Samijo ada benarnya, meskipun hatinya tidak ingin Juned pergi."Tapi, Pak," Juned bersikeras, "kalau aku pergi, siapa yang akan menghadapi Anton? Warga? Mereka jelas takut padanya."Pak Dirman, salah sat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Tukang Pijat Super   Bab 108

    Juned menatap Vivi dengan tenang. “Aku akan menjaga klinikku agar Anton dan anak buahnya tidak berani macam-macam.”“Baiklah Jun, kamu bisa pulang hari ini. Urusan mereka biar saya yang menjaganya.” Sahut Pak Samijo sambil menepuk pundak Juned yang terlihat lunglai.Juned berjalan perlahan menuju rumahnya dengan pikiran tentang apa yang akan ia lakukan dalam tiga hari ke depan terus menghantui langkahnya. Saat ia tiba di depan rumah, pintu sudah terbuka sebelum ia sempat mengetuk. Di sana, Lilis, tantenya, berdiri dengan ekspresi lega namun cemas.“Juned, kamu akhirnya pulang,” ucap Lilis sambil memegang pintu. “Masuklah, ada yang ingin bicara denganmu.”Belum sempat Juned menjawab, dari ruang tengah terdengar suara Mbak Rini, ibu Novi, yang langsung menghampirinya dengan wajah tegang.“Juned! Kamu tahu di mana Novi sekarang? Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?” Rini memberondong Juned dengan banyak pertanyaan, matanya penuh kekhawatiran.Juned terdiam sejenak, berusaha me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Tukang Pijat Super   Bab 109

    Juned melihat Rini sedang mengenakan bra dan celana dalam sedang rebahan di kasur sambil memegang ponselnya.“Apa yang Mbak Rini lakukan?” Gumam Juned penasaran.Rini sedang melakukan panggilan Video kepada seseorang yang Juned pun tak bisa mengetahuinya.“Ingat ya, kalau semuanya sudah berhasil. Aku mau rumah di kota.” Kata Rini yang tengah asyik mengobrol dengan seseorang di ujung panggilan video.Juned merasa ada sesuatu yang sesak tapi bukan di dadanya saat terus melihat Rini dari lubang kecil di pintu kamar.“Itu sih gampang. Setelah bisnis baruku berdiri, semuanya akan dapat keuntungan yang sangat besar.” Suara seseorang di telepon Rini terdengar oleh Juned.Rini tiba-tiba membuka bra yang menutupi tubuhnya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya masih memegang ponsel.Juned yang mulai terhanyut dalam situasi merasakan sesuatu yang nikmat sambil mencoba memahami apa yang sedang terjadi di balik pintu kamar Rini. Tiba-tiba dia merasa sebuah tepukan mendarat di pund

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Tukang Pijat Super   Bab 110

    “Apaan sih, Tante? Pertanyaannya terlalu begitu.” Celetuk Juned menutupi rasa canggungnya.Lilis justru tertawa cekikikan melihat muka Juned yang berubah merah seperti tomat segar.“Sudahlah Juned, aku tahu keponakan tante sekarang mudah bergairah saat dengan wanita.” Bisik Lilis memelankan suaranya agar tak terdengar Rini yang sedang berada di dapur.“Jangan memancing terus, Tante.” Juned menunduk mencoba menyembunyikan rasa malu.Lilis menyandarkan tubuhnya ke sofa, menghela nafas panjang. “Ahhhh, aku jadi iri sama Lastri dan Vivi yang sudah merasakan kejantananmu.” Gerutu Lilis terdengar begitu samar di telinga Juned.“Kenapa Tante?” Tanya Juned mencoba memastikan perkataan Lilis.Lilis hanya menggelengkan kepalanya sambil memaksakan senyum untuk menutupinyaBelum sempat Lilis menjawab Rini keluar dari dapur sambil membawa nampan. Di atasnya, semangkuk sayur daun kelor masih mengepul hangat. Aroma rempah dan gurihnya semerbak memenuhi ruangan. Di sebelah sayur itu, ada beb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Tukang Pijat Super   Bab 111

    Rini meletakkan tehnya di meja lalu kembali ke dapur untuk membuat teh lagi buat Lilis. Sementara itu Juned kembali berbicara dengan Lilis sejenak.Setelah mengobrol sebentar dengan Lilis, Juned memutuskan untuk bangkit dari kursinya. “Aku keluar sebentar, mau ambil udara segar,” katanya dengan nada santai, meski dalam hatinya penuh kecemasan.Lilis menatapnya dengan curiga. “Udara segar? Kan masih gelap di luar, Juned. Kamu kenapa sih? Jujur aja, aku tahu kamu lagi kepikiran sesuatu.”Juned menghela napas panjang, mencoba tetap tenang. “Nggak apa-apa, Tante. Cuma butuh waktu buat mikir. Aku nggak tenang aja.”Rini yang sedang sibuk di dapur menoleh sebentar. "keluar di jam segini itu bagus, mas Juned. Udara pagi bagus buat pikiran," katanya dengan senyum tipis, tetapi tatapannya seperti mengamati Juned dengan saksama.Juned hanya mengangguk. Ia melangkah keluar ke halaman depan rumah, meninggalkan kedua perempuan itu di dalam. Tapi langkahnya hanya berhenti di dekat pohon mangga yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Tukang Pijat Super   Bab 112

    Juned akhirnya menyerah pada permintaan Rini.“Baiklah mbak, saya akan memijatmu.” Kata Juned sedikit gugup melihat keindahan tubuh Rini. Meskipun sudah berumur 40 tahun ke atas namun badannya masih terlihat kencang bak seorang gadis. Dengan ragu, ia memulai memijat bahu wanita itu. Tubuhnya terasa tegang, bukan karena takut atau lelah, melainkan karena suasana yang terasa aneh. Rini duduk dengan santai di kursi panjang ruang praktik, sementara Juned berdiri di belakangnya, berusaha menjaga jarak."Ah, tanganmu ternyata kuat juga seperti yang dikatakan orang-orang, Mas Juned," kata Rini sambil tertawa kecil.Juned hanya mengangguk pelan, tidak tahu harus menjawab apa. "Ini cuma pijatan sederhana saja," katanya, suaranya terdengar canggung.Namun Rini tidak menghiraukannya. Ia malah menoleh sedikit ke arah Juned, senyum tipis di bibirnya. "Kamu tahu, Mas Juned, kamu ini benar-benar orang baik. Novi beruntung punya teman seperti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Tukang Pijat Super   Bab 113

    Juned langsung melonjak, menarik tubuhnya menjauh dari pelukan Rini. Wajahnya memucat, sementara Rini tampak lebih tenang, hanya tersenyum tipis seperti tidak terjadi apa-apa.“Tante Lilis... ini enggak seperti yang kamu pikirkan,” kata Juned tergagap, mencoba menjelaskan situasi yang tampak sangat salah itu. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.Namun, Lilis menatapnya dengan sorot mata penuh kekecewaan. “Enggak seperti yang kupikirkan? Katamu jangan percaya kepada siapa pun! Tapi kamu melakukan itu dengan Mbak Rini, di klinik ini!” suaranya meninggi, membuat Juned semakin panik.“Tante Lilis, tolong dengarkan aku dulu,” kata Juned mencoba menenangkan. “Ini hanya salah paham. Mbak Rini tadi Cuma—“Rini, yang tampak santai sejak tadi, akhirnya berbicara. "Mbak Lilis, tenang. Awalnya aku yang meminta Mas Juned memelukku. Aku sedang merasa sedih dan butuh pelukan. Itu saja. Tapi aku tergoda oleh kejantanan Mas Juned," katanya dengan nada lembut,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Tukang Pijat Super   Bab 114

    Lastri mengangguk pelan. "Aku nggak tahu harus bagaimana, Jun. Aku merasa nggak ada lagi yang bisa kita percaya."Lilis menggelengkan kepala, masih sulit menerima kenyataan ini. "Pak Samijo... selama ini dia yang selalu kelihatan mendukung kita. Tapi ternyata dia justru bermain di belakang kita."Juned berdiri dari kursinya, berjalan mondar-mandir sambil berpikir keras. "Ini berarti kita nggak bisa lagi mengandalkan siapa pun di kampung ini. Kalau Pak RT saja sudah berpihak ke Anton, berarti situasi kita jauh lebih buruk daripada yang kita kira."Lastri menatap Juned dengan penuh rasa takut. "Jun, aku takut Anton akan melakukan sesuatu yang lebih buruk. Saat di telepon, Pak RT bilang Anton nggak akan menyerah sampai dia mendapatkan apa yang dia mau."Juned menatap Lastri dengan penuh kekhawatiran. “Lastri, kamu bilang tadi dengar percakapan itu di rumah Pak Samijo? Lalu bagaimana dengan Vivi dan Novi? Mereka masih ada di sana?” tanyanya de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 139

    Marina membuka semua busana Juned dengan cepat. Mereka tenggelam bersama di ranjang hotel yang empuk, menikmati setiap hembusan nafas yang saling berebut di antara bibir."Juned," kata Marina tiba-tiba sambil melepaskan ciumannya di bibir pria itu. "Aku punya tawaran untukmu."Juned menatap Marina, terlihat ragu-ragu. "Apa itu, Marina?"Marina menatap pria itu dalam-dalam, senyumnya samar namun tajam. "Aku ingin kamu tinggal di kota ini. Lupakan rumahmu di desa, lupakan semua yang pernah terjadi dengan Anton. Mulailah hidup baru di sini bersamaku."Juned mengernyit, merasa bingung dengan maksud ucapan Marina. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."Marina menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Jadilah laki-laki simpananku, Juned! Aku akan memberimu kekayaan, kenyamanan, dan keamanan. Semua yang kamu butuhkan. Kamu hanya perlu ada untukku."Ucapan itu membuat Juned terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Tawaran Ma

  • Tukang Pijat Super   Bab 138

    Pria itu tampak sedikit bingung dengan pertanyaan itu. “Perwakilan dari Anton Perkasa memang sudah tiba pagi ini, lebih awal dari jadwal semula. Dan mereka langsung diterima oleh Ibu Ratna.”Mendengar penjelasan itu, wajah Marina berubah. Sorot matanya menunjukkan sesuatu yang mencurigakan. Sementara Juned, yang berdiri di sampingnya, hanya bisa mengerutkan dahi, tak sepenuhnya memahami situasi.Tepat saat itu, Marina dan Juned melihat Ibu Ratna keluar dari ruangannya, berjalan menuju pintu utama bersama seorang pria muda. Pria itu mengenakan setelan jas hitam yang sempurna, rambutnya tersisir rapi, dengan senyum penuh percaya diri. Sosoknya begitu kharismatik, membuat siapa pun yang melihatnya langsung terkesan.Marina memperhatikan pria itu dengan penuh perhatian. Sesaat kemudian, dia berbisik kepada Juned, “Itu perwakilan dari Anton Perkasa. Tapi... sesuatu tidak beres di sini.”“Apa maksudmu?” tanya Juned bingung.“Seharusny

  • Tukang Pijat Super   Bab 137

    Mata para wanita—Marina, Lilis, Lastri, Vivi, dan Rini—tertumbuk pada Juned. Mereka terdiam sejenak, lalu hampir serentak menunjukkan ekspresi kagum.“Ya ampun, Juned! Keponakanku Ganteng banget!” ujar Lilis dengan suara riang, tangannya menutup mulut seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Vivi mengangguk setuju. “Aku sampai nggak kenal tadi. Serius ini kamu Juned? Kayak model yang mau pergi ke gala dinner aja,” katanya sambil tersenyum lebar.Lastri menambahkan dengan nada menggoda. “Juned, kayaknya kalau ada perempuan yang lihat kamu kayak gini, mereka langsung naksir, deh.”Juned hanya tersenyum canggung, merasa sedikit kikuk dengan perhatian yang begitu besar dari mereka. “Ah, jangan bercanda kalian. Ini cuma karena pakaian yang terlihat bagus,” ucapnya merendah sambil menggaruk belakang kepalanya.Namun Marina, yang duduk di sofa dengan anggun, memberikan komentar yang berbeda. “Lihatlah, ini yang aku maksud. Penamp

  • Tukang Pijat Super   Bab 136

    Juned hanya bisa duduk terpaku, tidak ingin membuat situasi semakin buruk dengan bertindak kasar. Namun, sebelum Winda melanjutkan aksinya, tubuhnya tiba-tiba melemah, dan ia terjatuh ke samping, pingsan karena mabuk.Juned menghela napas lega, tapi matanya langsung tertuju pada Marina dan Tari yang kini juga tampak setengah sadar, mencoba bernyanyi dengan suara yang sudah tidak jelas. Tidak lama kemudian, satu per satu dari mereka mulai pingsan, termasuk Rini. Suasana yang tadi penuh dengan tawa dan nyanyian kini berubah menjadi hening.Melihat mereka semua terbaring di lantai dan sofa, Juned menyadari bahwa ia tidak bisa membiarkan mereka begitu saja. "Ya Allah, ini benar-benar malam yang melelahkan," gumamnya sambil mengusap wajahnya.Dengan hati-hati, Juned mulai memindahkan mereka satu per satu ke kamar Marina yang besar. Ia mengangkat Winda lebih dulu, lalu kembali ke ruangan karaoke untuk membawa Marina, Tari, dan akhirnya Rini. Setelah memast

  • Tukang Pijat Super   Bab 135

    Juned tersentak, tapi ia tetap tenang. "Tari, kamu mabuk. Lebih baik kamu duduk di sana dan istirahat.""Aku nggak mabuk," balas Tari sambil terkekeh, meskipun jelas dari gerak-geriknya bahwa ia mulai kehilangan kendali. Ia memiringkan tubuhnya, kini kepalanya bersandar di bahu Juned. "Kamu itu terlalu kaku. Nggak apa-apa, rileks sedikit. Kita ini cuma bersenang-senang."Juned menoleh ke Marina yang duduk di sisi lain ruangan, berharap mendapatkan bantuan. Namun Marina hanya mengangkat gelas anggurnya sambil tersenyum tenang, seolah-olah tidak ingin ikut campur. Winda dan Rini juga tampak terlalu sibuk dengan tawa mereka sendiri."Tari, aku serius," Juned berkata dengan nada lebih tegas, tapi tetap menjaga suaranya rendah agar tidak mengganggu suasana pesta. "Kamu perlu menjaga sikapmu. Aku hanya di sini untuk membantu, bukan untuk hal lain."Namun Tari justru memeluk Juned, membuatnya semakin sulit untuk melepaskan diri tanpa menimbulkan keributan. "Juned, kamu baik sekali. Kamu bahk

  • Tukang Pijat Super   Bab 134

    Marina memimpin rombongan ke sebuah ruangan yang ada di lantai bawah rumahnya. Begitu pintu ruangan itu dibuka, Juned tertegun. Ruangan itu sangat mewah, penuh dengan lampu neon warna-warni yang berkedip, sofa besar empuk, dan layar besar di dinding yang memutar daftar lagu karaoke. Di sudut ruangan, terdapat meja yang dipenuhi dengan camilan, minuman, dan beberapa botol anggur.Marina melangkah masuk dengan percaya diri, diikuti oleh Winda, Tari, dan Rini. Tari segera mengambil remote kontrol dan mulai menjelajahi daftar lagu. "Tempat ini adalah tempat favoritku di rumah Marina," katanya sambil tertawa. "Aku nggak pernah bosan."Juned, di sisi lain, hanya berdiri di pintu, tampak kebingungan. Dia menggaruk kepala dan mendekati Rini. "Aku nggak bisa nyanyi, Rini. Jadi buat apa aku ada di sini?"Rini menahan senyum. "Sudah, santai saja, Juned. Nggak ada yang maksa kamu nyanyi kalau nggak mau. Nikmati saja suasananya."Namun, Marina yang mendengar percakapan itu langsung menoleh. "Jun

  • Tukang Pijat Super   Bab 133

    Rini yang sedari tadi hanya duduk di ruangan, akhirnya angkat bicara setelah hanya menjadi pendengar sejauh ini. Dengan nada yang penuh arti, ia menatap Juned sambil tersenyum. “Mas Juned, kamu nggak perlu khawatir soal ini. Tanpa kamu sadari, sebenarnya kamu punya kemampuan alami untuk membuat orang lain tertarik sama kamu.”Juned menoleh ke arah Rini dengan alis yang sedikit terangkat. “Apa maksudmu, Mbak Rini? Aku nggak pernah merasa seperti itu.”Rini tertawa kecil, lalu mendekati Juned. “Apa kamu lupa sudah banyak wanita yang mengagumimu saat ini?”Juned menghela napas, masih merasa skeptis. “Tapi aku gak merasa membuat mereka kagum. Aku hanya melakukan apa yang aku bisa, jika mereka senang aku juga senang.”Marina menyela dengan santai, memanfaatkan momen itu untuk memperkuat keyakinan Juned. “Rini benar. Justru karena kamu nggak terlihat seperti pria korporat yang penuh tipu daya, itu akan menjadi keuntungan besar. Kamu akan terlihat tulus, dan itu yang akan membuat dia terta

  • Tukang Pijat Super   Bab 132

    Marina mengangguk dengan senyum yang masih tertempel di wajahnya. “Iya, memang. Kami sudah beroperasi cukup lama dan memiliki banyak proyek besar yang berjalan. Itu salah satu alasan kenapa aku bisa menangani Anton tanpa masalah.” Marina menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi, sambil menatap Juned dengan tatapan tajam, seolah mengukur seberapa banyak yang sudah dia pelajari tentang Anton.“Aku tidak pernah menyangka bahwa kamu adalah orang yang memiliki perusahaan sebesar itu,” kata Juned dengan terkejut, masih tidak bisa sepenuhnya mempercayai fakta tersebut.Marina tersenyum santai, seolah hal itu bukan sesuatu yang luar biasa. “Bagi banyak orang, itu mungkin mengejutkan. Tapi bagiku, itu adalah hasil dari kerja keras bertahun-tahun. Dan kini, aku harus menghadapi pesaing baru yang bernama Anton. Dia pikir dia bisa menguasai pasar, tapi aku yakin aku punya lebih banyak cara untuk mengalahkannya.”Juned merasa terkesan dengan ketenangan Marina dalam menghadapi situasi seperti ini

  • Tukang Pijat Super   Bab 131

    Saat sudah berada di ambang pintu ruangan, Marina berbalik arah kembali masuk dengan langkah tenang. Juned dan Rini yang masih saling pandang tak tahu harus berkata apa saat melihat Marina mendekat. Wajahnya terlihat serius kali ini, dan ada secercah ketegasan dalam suaranya."Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada beberapa orang yang harus kita pastikan keselamatannya terlebih dahulu," kata Marina sambil duduk kembali. "Aku butuh informasi tentang keberadaan seseorang bernama Novi, Vivi, dan juga Lilis serta Lastri."Juned langsung menjawab tanpa ragu. "Lilis dan Lastri ada di rumahku, aman. Mereka tidak dalam bahaya."Marina mengangguk, lalu memandang ke arah Rini. "Bagaimana dengan Vivi dan anakmu?"Rini terlihat cemas, menggigit bibir bawahnya. "Vivi dan Novi sedang ditahan di rumah Pak Slamet, kepala desa. Dia orang kepercayaan Anton dan sering melakukan apa pun yang Anton perintahkan."Marina mendengar penjelasan itu dengan ekspresi tenang, meskipun kedua matanya tampak menila

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status