Ekspresi Guru Besar Suwandi langsung beruba dan dengan tersenyum pahit, dia berkata, “Benar. Sebagai keluarga pesilat kuno Jambore, Keluarga Kemas memandang rendah kami layaknya malaikat. Katanya sesepuh Keluarga Kemas sepertinya merupakan maha guru pesilat. Jika Keluarga Kemas ikut campur tangan, Guru Besar David ini pasti juga akan kembali dengan tangan kosong.”“Bagaimanapun juga, ini tetap merupakan sebuah kesempatan. Semoga Guru Besar David ini benaran luar biasa kejam seperti yang diberitakan itu.” Wahid berkata sambil menggelengkan kepala. ……Kota Jayanegara, Vila Nomor Satu Menteng. Brena berjalan keluar dari mobil bersama Ria. “Ria, ini adalah tempat tinggal Tuan David.” kata Brena sambil tersenyum. Ria mengangkat kepalanya dan menatap rumah mewah nomor satu di Jayanegara di depannya ini dengan ekspresi yang sangat rumit.Pemandangan di masa lalu kembali muncul di benaknya. Teringat saat pertama kali dia bertemu dengan David. David datang menemuinya dengan membawa surat p
Tubuh Laras seketika bergetar. Dia buru-buru melangkah maju dan menjulurkan tangan untuk membuka lengan baju tangan kiri Ria. Dia langsung menemukan tanda lahir berwarna merah sebesar kacang merah di pergelangan tangan Ria. Sesaat kemudian, dia langsung memeluk Ria dalam dekapannya dan tidak berhenti terisak. “Ria, benaran adalah kamu. Benaran adalah kamu……”Benaran anak gadis ini!Dia tidak akan salah mengenalnya. Ketika dirinya sendiri mengambil Ria dari baskom kayu di tepi danau waktu itu, dia menemukan di pergelangan tangan Ria terdapat sebuah tanda lahir berwarna merah. “Maaf, Bi Laras. Ria tidak berguna. Selama bertahun-tahun ini, Ria tidak berhasil menemukan Bibi……”“Jangan menangis, Nak. Bi Laras baik-baik saja. Bi Laras sudah sangat senang karena masih bisa bertemu kembali denganmu.” Keduanya menangis tersedu-sedu sambil berpelukan dan membuat mata Brena dan Maria yang masuk karena mendengar suara mereka menjadi merah karena melihatnya. Helen yang bertugas menjaga keamana
“Benar.”“Adik Kerikil Kecil menanggung terlalu banyak hal seorang diri. Aku……aku ingin membantunya.” “Selain itu, sebagai seorang adik, aku juga memiliki tanggung jawab untuk mencoba yang terbaik demi menyembuhkan penyakit kakak ke-enam.”Ria berkata dengan wajah penuh keyakinan. Brena mengerutkan alis dan berkata, “Tapi aku mendengar bahwa Jambore sangat kacau dan sangat luas. Kamu juga tidak tahu alamat pasti Tuan David. Bagaimana kamu mencarinya setelah pergi ke sana?”“Lagipula, kamu seorang gadis. Bagaimana jika bertemu dengan bahaya di sana?”Ria mengangguk. “Aku tahu. Jadi……jadi aku ingin meminjam gelang di pergelangan tanganmu.”“Kamu tenang saja. Setelah kembali, aku pasti akan mengembalikannya padamu sesuai aslinya.” Dia tampak memohon. Brena menunduk melihat gelang yang hanya tersisa 3 butir mutiara di pergelangan tangannya dan merasa sedikit ragu. Ini adalah hadiah ulang tahun yang diberikan Tuan David kepadanya. Dia sangat berharga dan pernah menyelamatkan nyawanya.
Pria cabul segera mengeluarkan ponsel untuk menelepon seseorang dan melakukan pembicaraan panjang. Dengan cepat, seorang wanita paruh baya dengan gaya jalan yang centil, berjalan kemari sambil menggondol sebatang rokok. Pria cabul membisikkan sesuatu di telinganya dan menunjuk Ria yang berada di kejauhan sesekali. Setelah keduanya melakukan tawar menawar, wanita paruh baya menerima uang 2 juta. Dia mematikan puntung rokok dan berjalan ke arah Ria. Ria sedang makan roti kukus. Tiba-tiba, ada orang yang menepuk pundaknya dari belakang. Begitu memutar kepala, dia melihat seorang wanita paruh baya tersenyum padanya sambil berkata, “Bukankah kamu adalah Yenita dari Keluarga Cahyadi?”“Halo, kamu salah orang, ‘ya?” kata Ria mengerutkan alis. “Tidak mungkin, ‘kan? Aku pernah bertemu denganmu. Bukankah nama lengkapmu Yenita Cahyadi?” kata wanita paruh baya dengan suara pelan.” “Maaf, kamu salah orang. Nama belakangku bukan Cahyadi.” kata Ria dengan dingin. “Aku tidak percaya, kecuali k
Sekitar jam 09.30 keesokan harinya, mobil Wahid berhenti di lantai bawah hotel dimana David tinggal. Ada pejalan kaki yang terkejut setelah mengenali identitas Wahid. Yang lebih banyak justru adalah rasa penasaran akan siapa orang yang sedang ditunggu oleh bos besar seperti dia. Dengan cepat, mereka melihat seorang anak muda yang berpakaian biasa namun beraura luar biasa berjalan keluar dari dalam Hotel. “Guru Besar David!”Tubuh Wahid dan orang-orang kelompoknya langsung sedikit membungkuk dan ekspresi mereka tampak penuh hormat. “Ayo jalan.”David melihat pejalan kaki yang tercengang sejenak, kemudian angkat kaki masuk ke dalam mobil Wahid.Setelah melihat kepergian beberapa orang itu, kerumunan orang yang menonton langsung meledak. “Astaga, seorang bos besar Jambore, Wahid Angsaan bahkan menjemput seorang anak muda secara pribadi. ““Tak hanya seperti itu. Aku lihat sepertinya Tuan Wahid juga sangat hormat kepada anak muda itu.” “Sulit untuk dipercaya. Sulit untuk dipercaya……”
David menjawab dengan sepatah kata ‘oh’ dan tidak berbicara lagi. Perseteruan antara keluarga konglomerat di Jambore tidak ada hubungannya dengannya. Dia hanya peduli pada ginseng merah ratusan tahun dan bunga dewa.Wahid tiba-tiba berkata dengan ragu-ragu. “Guru Besar David, saya mendapat informasi bahwa Keluarga Kemas juga akan memperebutkan ginseng merah ratusan tahun itu. Takutnya penawaran harga Anda kali ini tidak akan berjalan mulus.”Awalnya dia mengira setelah mendengarnya, suasana hati David akan mengalami sedikit gejolak. Siapa sangka, David justru dengan tenang berkata, “Tidak masalah, Jika Keluarga Kemas berani menjadi musuhku, maka aku akan memusnahkan Keluarga Kemas.”Dia membicarakan hal ini dengan nada yang sangat tenang, seolah-olah sedang membicarakan suatu hal biasa.Dan setelah mendengarnya, Wahid justru diam-diam menggelengkan kepala dengan tak tertahankan. Keluarga Kemas adalah keluarga pesilat kuno. Sepertinya mereka memiliki seorang maha guru silat yang berku
David mencari sumber suara dan melihat kesana. Seorang pria dan wanita terlihat berjalan ke arahnya dengan wajah terkejut. Ternyata mereka adalah Yolanda dan KelvinSaat ini kedua orang itu melihat ke arahnya dengan tatatapan penuh tidak percaya. Semalam di KTV Dynasty, David sudah memukul Jacob, putra Wahid.Bagi Yolanda dan Kelvin, David sudah pasti mati. Maka dari itu mereka duluan meninggalkan tempat itu tanpa berpikir. Namun, yang tidak disangka oleh kedua orang itu adalah David tidak hanya bermasalah, melainkan masih muncul di dalam Balai Pengobatan Kuno dalam keadaan baik-baik saja. “David, kamu……kamu tidak apa-apa?” Yolanda menggigit bibirnya dan berkata dengan tak percaya.Dalam hatinya samar-sama terdapat rasa bersalah. Bagaimanapun juga, kakak sepupunya memintanya untuk menjaga David. Tapi, semalam dia justru meninggalkan David dan pergi bersama Kelvin.“Aku sangat baik. Membuat kalian khawatir saja.” kata David dengan acuh. Yolanda tidak tahan untuk tidak berkata, “Da
Wahid malas untuk memperdulikan Wilson. Setelah mengangguk kepada David, dia berbalik badan dan berkata kepada satu orang tua yang duduk di tempat utama. “Tuan Burhan, ini adalah Guru Besar David yang saya rekomendasikan kepada Anda barusan.”Orang tua itu duduk di atas kursi roda. Wajahnya menampakkan rona pucat karena sakit, seolah-olah setiap bernafas sejenak saja sudah sangat menghabiskan tenaga. Dia adalah Burhan, pemilik Balai Pengobatan Kuno yang dijuluki sebagai Raja Obat Jambore dan juga merupakan pihak lelang kegiatan pelelangan bahan obat kali ini. Burhan melirik David sejenak dan mengerutkan alis. “Kamu yakin jika sobat kecil ini bisa menyembuhkan penyakitku?” Dalam hati Wahid juga tidak terlalu yakin. Tapi dia tetap memaksakan diri berkata, “Tuan Burhan, Guru Besar David mengerti ilmu medis. Tidak ada salahnya juga jika Anda mencoba.”Dia kembali melangkah maju dan menatap David sambil berkata, “Guru Besar David, saya yakin Anda sudah tahu kondisi penyakit Tuan Burhan.