“Apa? Menghancurkan 5 buah batu bata dengan 1 tinjuan?” Gerry dan Citra terguncang karenanya.“Apa artinya menghancurkan 5 buah batu bata? Tinju kilat guruku totalnya ada 5 rangkaian. Jika 5 rangkaian tinju dikeluarkan secara bersamaan, maka bisa membunuh seseorang menggunakan energi spiritual dari jauh.” kata Hansen seperti sedang pamer. “Kalian tahu Tison, raja tinju dunia, ‘kan? Tison juga pernah beradu dengan guruku secara pribadi. Sayangnya, dia bahkan sudah tumbang sebelum menghadapi rangkaian ke-dua tinju kilat dari guruku.”“B*rengsek!”“Hebat sekali!”Surya bertiga terkejut hingga ngomong kotor. “Kak Hansen, karena kamu adalah murid kebanggaan Guru Besar Mahendra, kamu pasti juga sangat hebat, ‘kan?” kata Citra dengan sepasang mata yang kagum. “Masih lumayan. Menghadapi 100 orang bukan masalah.” kata Hansen berpura-pura rendah hati. Begitu mendengar omongan ini, Surya semakin menaruh rasa hormat kepadanya dan berkata, “Kak Hansen, saya mempunyai seorang musuh bernama Davi
David mengerutkan alis dan melihat ke belakang. 4 orang terihat berjalan keluar dari restoran di samping dengan sombong. Yang berada di depan adalah Surya, Citra dan Gerry bertiga. Di belakang mereka diikuti oleh seorang pemuda kekar. “Kita pergi saja.”David malas untuk mengurus ketiga orang ini. Dia mengatakan sepatah kata kepada Sofia dan ingin beranjak pergi. Namun, Hansen justru terlebih dahulu menghadangnya dengan wajah tak bersahabat dan berkata, “Kamu adalah David?”“Kamu adalah……?” David mengerutkan alis. “David, kamu buta ya? Kamu bahkan tidak kenal Kak Hansen?”Surya melangkah maju dan berkata, “Kamu dengarkan baik-baik. Kak Hansen adalah murid resmi terakhir Guru Besar Mahendra, petinju kilat Jayanegara.”“Kak Hansen, anak ini adalah David yang kuceritakan padamu.”Dia mengangkat tangan dan menunjuk David. “Apa itu tinju kilat dan tinju roket, aku tidak pernah mendengarnya. Minggir! Aku tidak ingin berbicara untuk ke-dua kalinya.” kata David dengan kehabisan kesabaran.
Baim kembali melihat ke arah orang tua berkulit gelap dan berkata, “Syihad, bagaimana caramu bekerja? Kamu bahkan membiarkan masalah seperti ini terjadi pada tamu kehormatanmu.”“Hehehe, hal ini tidak perlu dicemaskan oleh dirimu, Baim.” Syihad tersenyum dingin dan berjalan masuk ke dalam gedung olahraga bersama Yayan dan yang lainnya. Syihad juga tidak marah. Bagaimanapun juga, keduanya sudah bersitegang sejak awal. “Tuan Chairil, hal selanjutnya tergantung pada kalian.”Wawan mengangguk dan masuk ke gedung olahraga bersama semua orang. Setelah masuk, David melihat sebuah arena besar yang terpampang di dalamnya. Ini merupakan sejenis arena yang mampu menampung seratus orang secara bersamaan. Dan di sebelah bawah, tersusun deretan tempat duduk berbentuk lingkaran yang setidaknya bisa diduduki oleh ribuan orang. Saat ini, di atas arena ada dua orang pria telanjang dada yang sedang beradu tinju.David tidak mengikuti Wawan dan yang lainnya, melainkan duduk di tempat yang ditemukann
Jika terjadi satu kali lagi, aku akan membunuh kalian!Omongan David bagaikan kata kunci yang langsung membuat ekspresi Surya dan yang lainnya kaku. Citra menutup mulutnya. Omongan kasar beberapa kali sudah tiba di tepi mulutnya, tetapi akhirnya tidak berani dilontarkan olehnya. Nada bicara David tidak seperti sedang bercanda. Jika benar-benar membuatnya marah, maka akibatnya tidak bisa dibayangkan. Meskipun Hansen tidak takut pada David, tapi memperbesar masalah juga bukan hal yang baik. Dia hanya bisa melemparkan sebuah omongan kejam, “Bocah, aku sudah mengingatmu!”David tidak mempedulikan beberapa orang itu lagi dan memutar kepala berkata kepada Sofia. “Kamu baik-baik saja, ‘kan?”“Tuan David, aku tidak apa-apa.” kata Sofia sambil menyeka air mata dan menggelengkan kepala. Pada saat ini, suara ribut tiba-tiba meledak di tempat itu. “Kalian cepat lihat, Pak Syihad sudah datang!”“Tidak hanya seperti itu, masih ada Pak Baim, orang terkaya di Nunukan lho.”“…...……”Semua orang b
David tertegun. Bagaimanapun juga dia tidak menyangka bahwa Hansen tiba-tiba akan membicarakan dirinya.“Guru Besar David?”Hanya raut Surya yang berubah dan dia berseru, “Apa mungkin merupakan Guru Besar David yang akhir-akhir ini dikabarkan bisa membunuh seorang ahli silat dalam satu kali tinjuan dan bisa mengendalikan petir itu?”Ayahnya adalah pemilik Restoran Sailendra dan sering melayani banyak tokoh besar Jayanegara. Oleh karena itu dia tentu juga sudah mendengar rumor tentang Guru Besar David. “Benar.”Hansen tersenyum meremehkan dan berkata, “Kedatangan guruku kali ini adalah untuk melawan Guru Besar David dari Keluarga Chairil itu.”“Kak Hansen, aku sudah mendengar bahwa Guru Besar David ini bisa mengendalikan petir. Apakah Guru Besar Mahendra adalah tandingannya?” kata Surya dengan sedikit tidak percaya. “Mengendalikan petir?”Dengan menghina, Hansen berkata, “Itu hanya rumor yang diedarkan oleh semua orang saja. Orang biasa mana mungkin mempunyai kemampuan mengendalikan p
Mahendra perlahan-lahan membuka sepasang matanya dan dengan tenang berkata, “Tuan Yayan tenang saja, saya tidak pernah keliru dalam mengambil tindakan.”“Baguslah kalau begitu. Silakan.” kata Yayan dengan semangat yang tak tertahankan. Saat semua orang mengira Mahendra akan naik ke arena dengan keterampilan yang sangat keren. Dia justru terlihat berjalan selangkah demi selangkah ke atas arena dengan satu tangan di belakang badan, seperti tidak memiliki sedikitpun kemampuan teknis. Di tengah kerumunan secara otomatis terdengar deretan suara kekecewaan. Bahkan Surya bertiga juga tidak terkecuali. Melihat keadaan ini, Hansen dengan sedikit canggung berkilah. “Uhuk uhuk uhuk. Guruku ini cenderung rendah hati dalam bertindak.” “Bisa dimengerti. Bagaimanapun juga Guru Besar Mahendra adalah seorang ahli. Orang ahli terbiasa kembali ke hal mendasar.” Surya buru-buru berkata sambil menganggukkan kepala.“Benar. Semakin seperti itu, kami semakin merasa Guru Besar Mahendra tidak bisa ditebak
Satu tinjuan ini langsung mematahkan semua gigi depan Mahendra. Cairan darah bercampur gigi dimuntahkan. Saat tinjuan ke-tiga Cahyo siap untuk mendarat. Mahendra berlutut di atas lantai dengan suara bruk. “Aduh! Jangan pukul lagi, jangan pukul lagi. Aku sudah mengaku kalah.” Seketika, lokasi pertandingan yang awalnya ribut berubah menjadi sunyi senyap. Semua orang melihat adegan di atas arena itu dengan wajah tercengang. Hansen dan Surya bertiga bagaikan membatu. Apakah ini masih merupakan Guru Besar Mahendra yang terkenal? Dia bahkan begitu lemah?Cahyo menjulurkan tangan dan menggenggam pergelangan tangannya, kemudian berteriak, “Kamu sama sekali tidak bisa ilmu bela diri dan sebelumnya aku masih sangat menghargaimu.”“Benar, aku memang tidak bisa ilmu bela diri.” Mahendra sepenuhnya tidak bisa berpura-pura lagi dan dengan jujur berkata, “Aku……aku memiliki ketenaran saat ini, semuanya karena aku mencari seseorang untuk membantuku berakting terlebih dahulu……” Seiring dengan jat
Guru Besar Felix?Melihat tindakan semua anggota Keluarga Zafar, pada saat itu semua orang berbalik melihat ke arah pintu masuk gedung olahraga. Entah sejak kapan, di sana muncul seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian kain berwarna hitam dan sepatu kain.Pria itu mirip dengan sebatang pohon tua ribuan tahun. Tidak ada sedikitpun aura yang keluar dari sekujur tubuhnya dan dia terlihat sangat biasa. Namun, ada banyak ahli silat di tempat itu yang saling bertatapan dan mata mereka sedikit menyipit. Mereka bahkan tidak tahu sejak kapan pria paruh baya itu muncul. Perlu diketahui bahwa sebagai pesilat, mereka sangat peka terhadap aura tenaga dalam. Sedikit gerakan saja bahkan tidak bisa luput dari reaksi mereka terhadap tenaga dalam. Tapi pria paruh baya itu justru seperti muncul dengan begitu saja dan membuat mereka sangat terkejut. Seorang ahli! Takutnya orang ini adalah seorang ahli!“Eh?”Bahkan tatapan mata David juga terpaku pada pria paruh baya itu. Kilatan terkejut m