Di depan pintu gerbang Universitas Lingda ….Felix berjalan dengan perlahan ke taman sekolah, dia sedang menikmati keheningan di dalam taman.Tempat ini memang sangat nyaman ….Saat Felix muncul di depan kelas, semua orang mengira Felix sudah salah kelas.“Felix, kamu sudah datang!” Setelah Samantha menyadari kedatangan Felix, dia pun langsung berlari ke sisinya.Setelah melihat gambaran ini, semua orang spontan melirik ke sisi Felix. Primadona kampus malah berinisiatif untuk menyapa lelaki itu?“Siapa orang itu? Kenapa kelihatannya sangat familier?” tanya seorang mahasiswa dengan suara kecil.“Tidak tahu, aku juga merasa wajah orang itu sangat familier. Oh, aku sudah ingat, dia adalah Tuan Muda Universitas Lingda. Dia adalah bos besar dari Anderson dan Bobby!”“Aku juga sudah ingat. Tapi bukannya dia anak S2? Kenapa dia masih masuk kelas?”“Ah, paling-paling buat goda cewek. Jelas sekali, dia datang untuk bertemu dengan Samantha ….”Setelah mendengar gosip-gosip di sekeliling, wajah S
Setelah berolahraga keras di dalam ruang kantor, ruangan menjadi sangat berantakan. Cindy bersandar di pelukan Felix sambil bertanya, “Dasar jahat, jangan-jangan kamu bakal pergi lagi? Kamu kira kamu lagi makan makanan cepat saji, ya?”“Hehe, makanya aku melahapmu selama 3 jam. Sudah hampir jam pulang sekolah, ayo pulang ke rumahku. Aku akan masakkan yang enak-enak buat kamu!”“Emm!”Saat Mischa dan Nala pulang, mereka berdua tercium aroma wangi dari dapur.“Apa Felix sudah kembali?” Saking kegirangan, Nala langsung berlari ke dapur.“Sudah pulang, ya? Ayo cuci tangan, bentar lagi kita makan bersama!” ucap Felix sambil tersenyum.Nala melihat sajian di atas kompor, dan perutnya langsung keroncongan. Akhirnya ada masakan lezat!Tak lama kemudian, Felix menyajikan makanan ke ruang makan. Nala melirik sekeliling dengan kebingungan, lalu bertanya, “Di mana Cindy? Ke mana dia?”“Dia bilang dia capek. Jadi dia lagi istirahat di kamar.”Mendengar jawaban Felix, Mischa spontan memelototi Felix
Sore harinya, Felix sedang menonton televisi dengan santai. Sementara itu, serigala sedang mengenakan celemek sambil menyapu lantai.Energi Mischa dan kedua wanita lainnya juga sudah pulih. Berhubung mereka sudah mengambil cuti, mereka pun berencana untuk pergi berbelanja. Jadi masalah membereskan rumah otomatis menjadi tugas Felix.Jika di rumah itu hanya ditempati Felix seorang diri saja, Felix juga tidak akan membersihkannya. Hanya saja sekarang ada serigala si kuli yang tidak perlu dibayar, kenapa Felix tidak memperbudaknya?Itulah sebabnya muncul gambaran aneh di dalam vila yang besar ini.Saat ini serigala sungguh kesal.Si*lan! Aku malah diperbudak!Kenapa Felix tega menyuruh aku yang lemah dan lembut ini membereskan satu rumah gede ini? Kenapa dia tidak punya hati? Ini namanya menganiaya binatang, ‘kan?Ketika berpikir sampai di sini, serigala langsung membuang sapunya, dan mengentakkan kaki dengan kesal.“Kenapa? Apa kamu merasa aku lagi menganiaya kamu? Bukannya kamu selalu m
Evelin menatap serigala dengan kebingungan. Apa anjing bisa berlatih kultivasi?Seekor anjing ….Sudah mencapai … Sage Grandmaster?Apa ia itu anjing?“Anjing ini … ia ….”“Ia memang lebih istimewa. Tidak apa-apa, kamu anggap saja ia adalah binatang peliharaan yang lebih kuat saja!”“Oh, oh …,” Evelin mengangguk dengan kebingungan.Kemudian tatapan Evelin beralih ke sisi Felix, dia bertanya, “Sewaktu di Dunia Kuno, sepertinya kita jarang bicara. Kamu … bagaimana kabarmu?”“Memangnya bisa bagaimana lagi? Kerjaanku cuma berkelana saja,” ucap Felix sambil mengangkat-angkat pundaknya.“Bagaimana dengan masalah asmara? Apa banyak cewek yang kamu kejar?”“Seharusnya tidak lebih banyak daripada cowok yang mengagumimu. Haha …,” ucap Felix dengan nada bercanda.“Kalau sekarang aku ingin ambil nomor antrean, aku giliran ke berapa?”Ucapan Evelin membuat Felix terbengong. Apa maksud ucapan Evelin ….“Kamu berharap bisa dapat nomor urut berapa?”“Semakin depan semakin bagus. Apa kamu tidak tahu, t
Pagi harinya, Patricia dan Helen membawa beberapa anggota departemen pemasaran ke area kumuh.“Di sini, ya? Tidak disangka ada tempat bobrok seperti ini di kota Linyun …,” ucap Patricia dengan prihatin.“Area ini adalah satu-satunya area di kota Linyun yang belum dikembangkan. Bagaimanapun juga, transportasi di sini sangat tidak praktis, dan tidak ada pusat perbelanjaan dan taman di sekitar ini. Negara juga tidak bermaksud untuk mengembangkannya. Wajar kalau tempat ini terabaikan.”Setelah mendengar penjelasan Helen, Patricia spontan merasa penasaran. Jangan-jangan Felix terdengar sesuatu, makanya dia ingin mengembangkan bisnis properti di sini?Saat mereka sedang mengobrol, terdengar suara berantem dari luar mobil. Kedua wanita di dalam mobil spontan mengerutkan kening mereka. Jangan-jangan karyawan pemasaran bertengkar dengan para tetangga?“Helen, coba kamu turun, aku tidak bisa ke sana.”“Oke!”Helen mengangguk, lalu menuruni mobil.“Ada masalah apa?”“Bu Helen, mereka adalah anggo
Patricia yang berada di mobil merasa situasi semakin memburuk, dia pun segera menuruni mobil, lalu berkata, “Nona Sue, aku Patricia. Sebelumnya aku pergi berkunjung ke rumahmu.”Sue melirik Patricia sekilas, dia mencoba untuk mengingat kembali. “Ternyata Bu Patricia, ya. Kamu tunggu sebentar, kita bicara lagi setelah aku menangkap orang yang memalsukan identitas sebagai karyawan Jones Group!”“Emm … mereka memang adalah anggota Jones Group. Pak Felix yang suruh kami untuk tidak membocorkan identitas asli kami, makanya kami asal mengarang nama perusahaan!”Sue terbengong, lalu bergumam, apa Felix tidak waras?Dengan hubungan Felix dengan warga setempat, jika Felix turun tangan sendiri, dia pasti bisa mendapatkan harga yang paling rendah. Kenapa Felix mesti menyembunyikan identitasnya?Melihat raut wajah kebingungan Sue, Patricia pun menjelaskan, “Pak Felix sudah berpesan, dia merasa segan untuk datang langsung, makanya ….”Sue akhirnya mengerti. Dia spontan mengangguk, lalu berkata, “Te
Tak lama kemudian, bus berhenti di halte berikutnya. Si pemuda juga sudah berjalan ke sisi lelaki paruh baya.Saat pintu bus terbuka, sepasang sepatu langsung terbang keluar dari bus, lalu masuk ke dalam tong sampah.Pemuda pun mengeluarkan isyarat tangan tanda kemenangan. Namun saat dia memalingkan kepalanya, dia menyadari lelaki paruh baya itu sudah bangun dan sedang menatapnya.Si pemuda seketika merasa gugup. Si*lan! Tamatlah riwayatku!“Hei, sepertinya aku tidak kenal sama kamu, kenapa kamu buang sepatuku?” tanya si lelaki paruh baya dengan mengerutkan keningnya.“Ergh … aku … emm, bukan aku yang lempar …,” ucap si pemuda dengan canggung.“Bukan kamu yang lempar? Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Jelas-jelas kamu yang membuangnya! Sekarang kamu malah bilang bukan kamu yang membuangnya?”Menyadari lelaki paruh baya itu mengetahui si pemuda yang membuang sepatu, si lelaki juga tidak berdalih lagi. Dia langsung berkata, “Benar, aku yang buang, memangnya kenapa?”“Kenapa? Ganti
“Cepat bayar! Kalau tidak, aku akan telepon petugas keamanan. Kamu pilih sendiri!”“Aku … tapi … 400 juta itu ….”“Empat ratus juta apaan? Apa kamu ingin beri hadiah 400 juta kepada Kak Barron? Kak Barron, kamu bakal kaya?” ucap Felix dengan semangat tinggi.Barron terbengong. Aku? Kaya?Kaya kepalamu! Sebentar lagi aku akan memikul utang 400 juta!Petugas bus juga terbengong sejenak, lalu bertanya, “Tuan, apa yang sedang Anda katakan? Tuan Barron akan ganti rugi 400 juta terhadap Tuan Diego!”“Oh? Begitu, ya?”Felix berbicara dengan datar, lalu mengeluarkan selembar tisu dari dalam kantongnya. Dia mengusap ingusnya, lalu melemparnya ke atas lantai.Petugas spontan mengerutkan keningnya, lalu berkata, “Tuan, kamu buang sampah di tempat umum, kamu akan didenda 400 ribu. Tapi aku akan berlagak tidak melihatnya, mohon pungut tisumu!”“Bagaimana kalau aku tidak mau pungut?”“Kalau begitu, aku berhak untuk memintamu membayar denda. Empat ratus ribu!”Felix mengeluarkan uang 400 ribu, lalu m