Tok ... Tok ...“Ara ....”Saat Arabelle sedang fokus dan serius membaca berita tersebut, secara tiba-tiba, sang Mamah mengetuk pintu kamarnya yang membuat Ara pun cepat-cepat menyimpan koran itu diselipan buku sekolah miliknya.“Iya Mah.”“Kamu sudah makan?” tanya Tania yang baru saja membuka pintu.“Ini Ara baru mau makan, Mah. Ara baru selesai ganti baju.”“Yasudah, kalau begitu kamu makan dulu ya, setelah itu ikut Mamah ke supermarket depan,”“Iya Mah. sebentar lagi Ara keluar kok, Mah.” jawabnya yang dianggukan oleh Tania.Arabelle bernapas lega. Ia mengambil potongan koran itu lagi dan segera menyembunyikannya di tempat yang aman, supaya tidak ada orang yang tahu.Ia pun segera berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya, namun ia masih penasaran akan kelanjutan dari berita tersebut, bahkan ada kata-kata yang membuatnya makin penassaran.“Orang terdekat?” gumamnya.Arabelle memggeleng, ia langsung melanjutkan langkahnya menuju ke ruang makan dan mengalihkan pikirannya tersebut.**
Xena, ambruk tepat dipundak Xavier. Ia tak sadarkan diri.Lelaki tampan itu pun langsung syok dan langsung memapah Xena menuju ke sofa lalu mendudukannnya.Ia menepuk-nepuk pelan pipi gadis itu, mencoba untuk membangunkannya.“Xena ... Xena. Bangun Xena, kamu tidak usah berpura-pura pingsan, untuk menghindari hukuman dari saya.”Sudah beberapa kali ia membangunkan gadis itu, namun Xena tetap menutup kedua matanya.Xavier mulai panik, ia pun mencoba memegang pergelangan tangannya, mengecek denyut nadinya, ia dapat merasakan denyutnya namun terasa sangat lemah. Lalu dengan cepat, Xavier pun mengecek napasnya di leher Xena dan ia maihs bisa merasakan deru napsnya.“Xena benar-benar pingsan.” gumamnya.Dengan cepat, Xavier membaringkan tubuh Xena di sofa itu dan ia segera berjalan menuju telpon, menghubungi Lucas untuk membawakan P3K ke ruangannya. Lalu Xavier kembali berjalan menuju Xena dan duduk tepat disampingnya.‘Apa tindakanku terlalu kasar padanya, hingga gadis ini pingsan?’ batin
Syok. Keduanya langsung tertuju pada Xavier. Cika pun langsung tertunduk. “Pak Xavier,” gumamnya.Xavier langsung melepaskan tangan Cika dengan kasar. “Apa yang akan kamu lakukan pada Xena? Kamu ingin menamparnya? Sebelum kamu menamparnya, saya yang akan melakukan itu kepada kamu terlebih dahulu.”Perkataan Xavier jelas membuat Cika langsung meminta maaf padanya. “Ma-maaf, Pak.” ucapnya dengan rasa takut.“Sekarang cepat kamu keluar, sebelum saya berubah pikiran.” tegas Xavier.Dengan cepat, Cika pun seger amengambil tasnya dna cepat-cepat kelaur dari pentri.Sedangkan Xen masih berdiri disana dengan hati yang bertanya-tanya. ‘Pak Xavier membelaku karena sebagai bos, atau dia membelaku karena alibi akan tindakannya tadi?’ batin Xena.Xavier menoleh kearah Xena. “Kamu tidak papa?”Dengan cepat, Xena mengangguk menjawab pertanyaan sang bos. “Bapak ada apa datang ke pentri? Ada sesuatu yang bisa saya bantu?”“Eum, saya hanya ingin tahu keadaan kamu. Apa kamu baik-baik saja?”‘Hah? Dia dat
“Xavier ... Xavier ...!”Panggilan James yang berkali-kali tak digubris olehnya, perasaan marah dan juga kecewa sudah tertanam dalam dalam diri Xavier, hingga sama sekali tiakd mempedulikan sang Papah.Sungguh, sampai saat ini perasaan amarah dan juga dendam atas kepergian sang Mamah, masih membuatny belum bisa mengikhlaskannnya.Xavier membanting pintu kamarnya dengan keras, hingga suara itu terdengar jelas di telinga James yang masih berada dibawah.Ia tahu, kemarahan Xavier sangat mengebu-gebu. Sifatnya ini memang berubah pasal kepergian Caroline, istri tercintanya.James mengusap seluruh wajahnya seraya menghela napasnya. ‘Caroline, aku tidak tahan denagn perlakuakn Xavier, semenjak kepergiamu ia jadi semakin menjadi seperti ini.’ batinnya.*****Di kamarnya, seorang gadis cantik dengan rambut sebahu tengah mengerjakan pekerjaan rumah. Ia tengah fokus mengisi seriap pertanyaan di lembar soal tersebut.Tiba-tiba, sebuah buku cetak didekatnya terjatuh karena secara tak sengaja ia se
Drrttt ... Drrttt ...Suara dering ponsel pun membuyarkan lamunan Xavier akan Xena, dengan segera ia pun mengambil ponselnya yang berada di saku jas miliknya lalu mengangkat panggilan tersebut.“Hallo ....”“....”“Baik, nanti akan saya urus itu semua. Iya, nanti saya akan menyuruh sekretaris saya untuk mengatur jadwalnya,”“....”“Siap. Terima kasih.”Setelah selesai menerima panggilan tersebut, Xavier pun segera meletakkan ponselnya dimeja.Xena yang tengah membersihkan meja itu pun langsung berhenti sejenak dan membuat Xavier pun melihat kearahnya.“Kenapa kamu berhenti?”“Eum ... sepertinya saya tidak sopan membersihkan meja ini, tapi masih ada Bapak disini,”“Kamu mengusir saya?”Xena langsung menggeleng. “Bukan itu maksud saya, Pak. Saya hanya tak ingin Bapak terkena debu ketika saya sedang membersihkan tempat ini.” jawabnya menunduk.Xavier menghela napasnya, ia segera bangkit dan berjalan menuju sofa lalu duduk disana, sedangkan Xena yang berdiri dengn menunduk.“Sudah sana, ce
“Pak Xavier itu aneh. Apa semua karyawan disini kalau tidak punya dia yang membelikan?” gumamnya.Tiba-tiba, Cika masuk dan langsung meliaht papperbag orange yang berada didepan Xena, ia berjalan dan berdiri tepat didekat gadis itu.“Apa itu?” tanyanya yang mengarah pada papperbag tersebut.Xena langsung menatap Cika. “Bukan apa-apa.”“Bohong. Coba sini saya lihat,” ucapnya yang langsung merebut papperbang itu.Sontak, Xena pun langsung bangkit dan menghampiri Cika, ia mencoba untuk merebut kembali, namun Cika berusaha tetap merebutnya hingga secara tak sengaja ia mendorong Xena hingga terjatuh kesudut ruangan itu.“Aw ... Shhh.” ringisnya menahan sakit karena sikunya terkena pojok dari dinding diruangan itu.Cika menoleh dan tersenyum miring melihat Xena yang kesakitan. “Makanya nggak usah pelit.” ketusnya lalu ia segera membuka isi dari papperbag itu.Pupilnya langsung melebar ketika melihat bahwa yang berada dalam papperbag itu adalah sebuah ponsel mahal limited edition dan hanya o
“Memangnya ada apa ya Pak?”“Tidak. Tidak ada apa-apa, hanya saja anda kan seseorang yang direkomendadikan oleh Papah saya untuk bekerja di kantor ini. Jadi saya rasa pasti anda orang hebat, karena sudah jelas Papah saya langsung yang menyuruh saya untuk memperkerjakan anda disini.”Ardi tersneyum ramah seraya menundukan kepala. “Terima kasih, Pak.”Xavier pun membalas senyumnya, lau muali bertanya pada Ardi. “Anda tinggal di perumahan Flaminggo, Blok C no 11?”Ardi tertegun, seraya membatin. ‘Ada apa ini, mengapa dia menanyakan tempat tinggalku?’Ardi hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Xavier.“Sudah berapa tahun anda tinggal disana?”“Sekitar 1 tahun terakhir ini, Pak.”Xavier mengangguk. “Anda mempunyai satu anak perempuan yang bernama Arabella dan masih berusia 16 tahun yang bersekolah di SMA Pendidikan Bangsa, benar begitu?”Lagi-lagi, Xavier memberikan pertanyaan yang membuat Ardi sebantar ketar-ketir akan setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh bosnya ini.Ia takut semakin
“Xena,”Atensinya pun langsung tertuju pada seseorang yang memanggil dirinya yang tak lain adalah Xavier.Gadis itu sedikit tertegun mendengar namanya dipanggil dan ternyata sang bos lah yang berdiri dihadapannya.Xavier memerhatikan wajah Xena dan matanya yang sedikit sembab seperti habis menangis.“Kamu kenapa?” tanya Xavier.“Saya nggak papa, Pak. Em, Bapak manggil saya, ada yang bisa saya bantu?”“Em, iya. Tadi saya sudah menyurh kepala OB untuk memanggil kamu, tapi dia bilang kamu tidak ada di ruangan, jadi saya memutuskan untuk mencari kamu langsung.”‘Hah? Kenapa dia tidak menungguku saja, sampai aku ke ruangannya, kenapa dia sampai rela mencariku ke lantai bawah.’ batin Xena yang muali curiga akan segala bentuk perhatian yang diberikan oleh bosnya ini.“Ke ruangan saya sekarang, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada kamu.” titahnya yang dianggukan oleh Xena.Mereka pun segera masuk kedalam lift. Dan jelas karyawan yang melihat mereka masuk dan keluar dalam lift yang sama p
Malam hari, pukul 02.00 dini hari. Tiba-tiba, Xena terbangun, ia ingin buang air kecil. Dan tak lama, setelah selesai buang air kecil. Ia kembali menuju ke kasur, namun Pandangan matanya tertuju pada laptop sang suami yang berada di atas meja tersebut."Kalau kau tidak percaya, cek saja laptopnya. Disana Banyak menyimpan rahasia besar Xavier."Perkataan wanita yang tidak ia kenal itu membuat Xena selalu berpikir yang tidak-tidak. Dari pada penasaran, ia pun langsung duduk di kursi dengan laptop yang sudah diatas meja dan mulai menyalakannya.Tak butuh waktu lama, laptop itu pun menyala namun harus menggunakan kata sandi untuk masuk ke dalamnya."Aduh aku tidak tahu password-nya apa." Gumamnya.Xena mencoba mengetik tanggal lahir Xavier namun salah, lalu ia mengetik tanggal lahir dirinya juga salah. Lalu ia mengetik tanggal pernikahan mereka pun salah. Bingung, Xena pun terdiam sejenak, lalu mengetikan tanggal lahir Mamah kandung Xavier, itu pun juga salah."Aduh ... Nomor apa ya? Nant
"Xavier. Kamu mengerti kan maksud Papah."Ucapan James sama sekali tak di tanggapi oleh sang anak, namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia sebenarnya juga memikirkan hal tersebut."Mengaku, Nak. Bicara pelan-pelan padaanya, dengan begitu Xena pasti akan tau secara pelan-pelan tentang hal itu."Mendengar perkataan itu membuat Xavier langsung melihat kearah sang Papah. Ia menggeleng. "Tidak Pah. Mana mungkin aku berkata jujur dengannya. Bisa-bisa dia akan meninggalkan aku nantinya." Sahutnya."Tapi jika dua tahu hal ini dari orang lain, atau mengetahui dengan sendirinya. Itu akan membuatnya makin marah padamu Xavier. Dan apabila sudah terjadi seperti itu, Papah tidak mungkin bisa membantu mu lagi nak."Xavier tetap menggeleng. Mana mungkin dirinya berkata jujur tentang tragedi tersebut, karena sudah di pastikan Xena akan langsung marah besar padanya. Dan mungkin saja pergi meninggalkannya, tidak Xavier tidak mau itu sampai terjadi."Percaya pada Papah, dia pasti bisa menerima apa yang aka
Drrt .. Drrtt ...Tak butuh waktu lama, dering ponselnya berbunyi dan membuat Xena pun langsung mengangkat panggilan video tersebut.Beberapa detik kemudian, wanita dengan rambut blode dan bibir merah merona muncul di layar ponselnya. Xena tidak mengenaili wanita itu maka ia memerhatkan sevara keseluruhgan wajahnya."Siapa kamu sebenarnya? Apa yang membuatmu mengetahui keluargaku?" tanya XEna.Wanita itu yang tak lain adalah Jovita, langsung tersenyum manis padanya. Ia menghela napasnya sejenak, lalu memperlihat sebuah foto idirnya saat bersama Xavier dulu."Aku mantanya Xavier, kami dulu hampir menikah sebelum ia betreymu denganmu. Tapi aku memutuskannya ketika aku tahu Xavier adalah seorang pembunuh." ucap Jovita yang sengaja memprovokasi Xena agar terpengatuh oleh kata-katanya.Mendengar kalimat itu, membuat Xena terdiam sejenak, jujur ia tidak begitu pervcaya dengan perkataan dari wanita ini. "Maksudmu? Kau tidak usah berbohong padaku."Jovita tersenyum miring. "Untuk apa aku berb
Dengan cepat, gadis cantik itu pun langsung kembali menuju ke arah kamarnya iya sungguh merasa sakit hati dengan perkataan kedua orang tuanya yang ia dengar tadi.Ia duduk dengan mata berkaca-kaca. 'Sungguh, aku tidak menyangka kalau Papah dan Mamah memiliki sifat seperti itu.' batinnya kecewa.*****Di kamar, Xavier masih merasa bingung dengan perkataan istrinya tersebut sebenarnya dia ini, bukan orang biasa. Ia memerhatikan istrinya."Hak waris?" Tanyanya.Xena mengangguk. "Aku keluarga Aron, kamu pasti tau kan. Anak selama ini disembunyikan oleh keluarganya tersebut akibat tragedi beberapa tahun yang lalu." Ucap Xena.Perkataan itu membuat Xavier tertegun. 'Sekarang, dia sudah mulai jujur padaku dia tidak menutup-nutupi asal usul keluarganya. Tapi aku sampai saat ini justru takut untuk berkata jujur padanya bahwa sebenarnya dirikulah pelaku tragedi tersebut.' batinnya.Tiba-tiba, Xena merasakan sesuatu lagi didalam perutnya, sungguh kali ini rasa mual itu sudah tidak tertahankan la
Mereka pun segera menaiki mobil tersebut. Xena menaiki mobil itu yang dikawal dengan dua orang didalam mobil tersebut, dan dua orang lainnya menaiki motor secara masing-masing.Sebelum ke kantor pengacara Han, Xena lebih dulu menjemput Ara. Karena sebelumnya mereka pun telah berjanji akan menemui pengacara Han secara bersama-sama.Ia sudah menunggu Ara tepat didepa pintu gerbang sekolah.Xena sengaja membuka kaca mobil miliknya, supaya Ara tahu kalau ia sudah menunggu dirinya di gerbang itu.Tak butuh waktu lama, ARa yang baru saja keluar dari gedung sekolah sekolah langsung melihat Xena. Ia segera berlari menemui sepupunya tersebut.Xena segera membuka pintu mobil itu lalu ARa pun masuk ke dalamnya. Ia duduk tepat di sebelah Xena."Sekolah kamu gimana?" tanya Xena."Baik kok kak. Semuanya lancar." jawabnya, yang langsung dianggukan oleh Xena.Di belakang mobil Bodyguard Xena yaitu ada beberapa orang lainnya yang mengikuti mereka dari jarak jauh yang tak lain mereka adalah suruhan dari
'Aku sudah dibuat cinta setengah mati padamu Xena, dan aku tidak mau kehilanganmu.' batinnya."Em, aku boleh minta ijin." ucap Xena secata tiba-tiba.Xaveir langsung terkejut ketika sang istri mengatakan hal itu. "Ijin? Kamu mau kemana Xena?" tanyanya."Em ... sebentar saja. Aku tidak keluar sendirian, aku akam keluar bersama Ara setelah pulang sekolah besok." ujarnya."Bukannya tadi sudah bertemu dengan Ara, lantas kenapa besok kamu ingin bertemu lagi dengannya?" tanya Xavier yang muali mencurigai sang istri."Em begini saja, kalau Bapak tidak percaya, Bapak boleh menyuruh beberapa pengawal Bapak untuk mengawal saat saya dan Ara besok pergi."Xavier terdiam sejenak, ia mencerna saran dari isytrinya tersebut, dan apa yang dibilang Xena itu ada benarnya juga.'Seperti yang Bu Jessy pernah bilang padaku, bahwa aku tidak boleh terlalu kasar padanya. Maka sepertinya aku ijinkan saja besok ia bertemu dengan Ara.' batinnya."Jadi bagaimana? Apa aku diijinkan?" tanya Xena denga nada lembut,
Deg.'Aku memang tahu dan mendengar perkataan itu juga dari pengacara Ilham. Aku jadi sedikit curiga atas pengaduan Ara.' batinnya."Ara, apa menurutmu aku harus ke pengacaraku?" Tanyanya.Seorang wanita cantik dengan rambut Curly berwarna blonde tengah duudk santai di dekat kolam renang, ia tersenyum miring saat mendengar apa yang dikatakan oleh orang suruhannya tersebut untuk mencari tau informasi mengenai istri dari mantanya tersebut, yang tak lain adalah Xena."Jadi dia adalah keponakan dari Pak Ardi. Sepertinya aku tidak asing dengannya, siapa Ardi ini ya? Apakah dia seseorang yangh spesial disana?" Gumamnya.Ia bangkit dan berdiri seraya bersedekap dada. "Tapi, itu tidak penting. Yang penting aku harus melancarkan aksiku, karena aku telah mendaftar informasi mengenai Xavier beberapa tahun yang lalu. Dia pernah membantai satu keluarga dan ini bisa aku jadikan sesuatu untuk mengecoh istrinya tersebut." Monolognya dengan senyuman licik.Ia memerhatikannya orang suruhannya yang masi
"Ada apa?" Tanya Xavier."Em ... Itu, sepupu dari Bu Xena sudah datang."Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh sang asisten tersebut, membuat Xena pun langsung bangkit dan berjalan menuju ke pintu itu, lalu berdiri tepat di samping sang suami."Ara sudah sampai? Dia sudah Disini? Dimana dua sekarang, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya." Ucapnya yang girang."Dia ada di ruang tamu dengan Pak Lucas.""Aku segera kesana." Sahut Xena dengan antusias.Baru selangkah ia maju, namun tangannya sudah di tarik oleh sang suami yang berhasil membuatnya menoleh kearah sang suami."Kamu tidak boleh kesana." Ucap Xavier dengan nada dingin.Wajah Xena langsung berubah jadi murung. "Kenapa? Bukannya aku boleh bertemu dengannya.""Iya, tapi tidak kesana."sahut Xavier, lalu melihat kearah Sang asisten tersebut dan berkata."Kamu bawa saja Ara dia kesini, agar menemani Xena di kamar saja ya.""Biak, Pak.""Oiya, jangan lupa. Bawakan makanan juga untuk dia disini ya." Lanjut Xavier."Baik, Pak
Pukul 16.00. Seluruh murid SMA Pendidikan Bangsa keluar dari kelas mereka masing-masing dan segera menuju ke pintu gerbang sekolah. Termasuk gadis cantik berambut sebahu yang tak lain adalah Arabelle.Gadis itu berjalan menuju halte yang berada tak jauh dari gerbang sekolah. Ia duduk di halte tersebut bersama dengan anak murid lainnya yang menunggu bus melintas didepan sana.Tiba-tiba, mobil berwarna silver menghentikan mobilnya di dekat halte tersebut. Yang membuat semua pandangan murid itu itu tertuju pada mobil itu.Seseorang keluar dari mobil tersebut, ia tampan dan berjaa hitam senada dengan celana yang dikenakannya.Ara langsung berdiri begitu mengetahui kala seseorang tersebut adalah Lucas sang asisten dari Xavier. Yang pastinya ia kenal orang itu. Lucas Berjalan menghampirinya dna menghentikan langkahnya tepat didepan wajah nya."Siang Ara." Sapa Lucas dengan senyuman ramah di wajah tampannya.Arabelle mengangguk. "Iya selamat siang, ada apa ya? Mau cari papah saya lagi? Dia s