“Xena,”Atensinya pun langsung tertuju pada seseorang yang memanggil dirinya yang tak lain adalah Xavier.Gadis itu sedikit tertegun mendengar namanya dipanggil dan ternyata sang bos lah yang berdiri dihadapannya.Xavier memerhatikan wajah Xena dan matanya yang sedikit sembab seperti habis menangis.“Kamu kenapa?” tanya Xavier.“Saya nggak papa, Pak. Em, Bapak manggil saya, ada yang bisa saya bantu?”“Em, iya. Tadi saya sudah menyurh kepala OB untuk memanggil kamu, tapi dia bilang kamu tidak ada di ruangan, jadi saya memutuskan untuk mencari kamu langsung.”‘Hah? Kenapa dia tidak menungguku saja, sampai aku ke ruangannya, kenapa dia sampai rela mencariku ke lantai bawah.’ batin Xena yang muali curiga akan segala bentuk perhatian yang diberikan oleh bosnya ini.“Ke ruangan saya sekarang, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada kamu.” titahnya yang dianggukan oleh Xena.Mereka pun segera masuk kedalam lift. Dan jelas karyawan yang melihat mereka masuk dan keluar dalam lift yang sama p
Di SMA Pendidikan Bangsa. Arabelle dan teman-temannya yang sedang asik mengobrol di kantin, tiba-tiba dipanggil oleh ketua kelasnya untuk segera menemui Guru di ruang kantor."Ara, kamu di panggil sama Guru dan di tunggu sekarang di Kantor.""Oh, iya. Terima kasih."Ara melihat kearah dua temannya. "Yaudah ya, aku ke ruang guru sekarang."“Kira-kira, kamu di panggil ada urusan apa ya?” tanya salah satu temannya.“Nggak tau deh. Yaudah, kalau gitu aku ke kantor dulu ya.” ucapnya yang dinaggukan oleh teman-temannya.Gadis cantik berambut sebahu itu pun, segera berjalan menuju ke ruang kantor. Tak lama ia pun masuk ke ruangan tersebut."Permisi."“Arabelle, kesini Nak.” ucap salah satu Guru disana.Gadis itu pun langsung duduk di sofa tersebut dekat dengan Gurunya, dan atensinya langsung tertuju pada seseorang lelaki tampan dengan pakairan rapih yang memakai jas berwarna biru tua senada dengan celana dasar yang dikenakannya.Lelaki itu tersenyum manis padanya. Arabelle pun membalas senyu
'Kira-kira, Xena sudah pulang atau belum ya?’ batin Xavier.Perlahan, ia mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan itu untuk memastikan gadis itu benar sudah pulang atau belum.Ia menghentikan langkahnya tepat didepan pintu tersebut, tangannya hendak membuka pintu itu. Namun, secara tiba-tiba, pintu itu terbuka dan membuat dirinya terkejut, dan langsung menatap gadis cantik yang ada didepan mantanya yaitu Xena.Gadis itu menundukan kepalanya. “Pak Xavier.” sapa Xena.“Kamu baru mau pulang?” tanya Xavier.“Iya, Pak. Bapak ... ada apa datang ke pentri, ada yang perlu saya bantu?”“Em ... nggak. Saya Cuma ingin menayakan pada kamu, nyalakan ponselnya dan konfirmasi ke saya agar nanti saya beritahu pihak admin untuk memasukan kamu ke grup dari perusahaan ini.”“Baik Pak. Ini saya baru saja menyalakan ponselnya,”“Okeh.” singkatnya lalu berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.Xena menghela napasnya sejenak, ia mengambil ponsel tersebut lalu segera ia nayalakan.Sungguh, sebenarnya ia se
Arabelle yang mendengar penjelasan dari Papahnya pun sempat berpikir atas seseorang tadi yang menayakan padanya saat di sekolah.‘Apa ini ada hubungannya dengan seseorang tadi di sekolah ya.’ batinnya.“Yasudah, kalau begitu cepat kamu bantuin Tante di dapur untuk memasak makan malam,” titahnya lalu langsung pergi dari sana dan segera menuju ke dapur.Xena mengangguk. “Iya Tante.” jawabnya lalau ia berjalan ke kamranya untuk menaruh ponsel sebentar dan segera kembali lalu berjalan kearah dapur.Ara dan Ardi yang masih berada disana hanya bisa menghela napasnya setelah melihat kejadian tadi.“Sudah, Ara kamu belajar lagi saja ya.” ucap Ardi lalu berbalik dan hendak kembali ke ruang tengah.“Pah,” panggil Arabelle.“Kenapa Nak?” sahutnya yang berbalik.“Ada sesuatu yang ingin Ara tanyakan dengan Papah.”“Boleh, kamu mau nanya apa Nak?”“Ini ada hubungannya sama Kak Xena.”Ardi terdiam sejenak. “Memangnya ada apa dengannya?”Arabelle memerhatikan sekitaranya, tak ada Mamahnya disana tapi
'Aku tidak percaya, hanya karena ingin mendapatkan informasi mengenai gadis itu, aku harus menurunkan egoku untuk berbicara pada Papah.’ batinnya.“Jawab Xavier, kenapa dengan Ardi?”“Pak Ardi ... punya seorang anak perempuan?”“Iya, dia punya satu anak perempuan dan sepertinya usianya belum ada 17 tahun, karena seingat Papah ia beda kurang lebih 10 tahun dari kamu,”“Apa dia hanya punya satu anak perempuan?”James terdiam sejenak, ia memerhatikan anaknya yang tidak seperti biasanya seperti ini."Xavier, ini soal pekerjaan? Tapi, kenapa meranah pada anak pak Ardi segala?"Xavier berusaha untuk tetap tenang. "Yah ... Ada hal penting saja, Pah. Dan itu harus menyangkut pautkan dengan keluarganya."James mengangguk kecil. “Iya, dia hanya punya satu anak perempuan, itu yang Papah tau.”James yang mulai agak aneh dengan pertanyaan anaknya ini.“Dia punya keponakan? Atau saudara, adik perempuan?” tanya Xavier yang semakin intens kearah sang Papah.James terdiam, ia berpikir kalau anaknya ini
Sungguh, ia benar-benar tak bisa berpikir jernih, apa yang akan terjadi besok ketika Xavier tahu kalau ia tinggal di rumah Ardi. Pasti akan menimbulkan pertanyaan besar, apalagi kemarin dirinay berbohong kalau ia mengekos dan bukan tinggal di rumah.Sedangkan Xavier di kamarnya,yang tengah rebahan selalu memrhatikan ponselnya, karena sudah 4 jam yang lalu, Xena tak juga membalas pesan darinnya. Xavier yang tidak sabaran pun sedikit kesal dengan gadis ini.“Kenapa sampai sekarang dia belum membalas pesanku?” gerammnya.Xavier bangkit dan duduk tepat diatas kasurnya, “Sepertinya aku harus menelponnya.” gumamnya dan langsung saja ia menelpon gadis itu.Xena yang masih syok akan pesan itu, hanya bisa mengatur napasnya yang naik turun akibat gugup dan juga takut.Tiba-tiba, dering ponselnya pun membuatnya langsung tertuju pada ponse tersebut. Dan jelas saja itu panggilan dari Xavier yang membuatnya semakin bingung dan juga bimbang.“Aduh ... gimana ini apa aku harus mengangkatnya atau memb
Gadis itu terdiam, ia sedikit bingung akan ucapan yang dilontarkan oleh Xavier tadi.Matanya menatap Xavier dan ia melihat seperti ada maksud tersembunyi yang akan Xavier lakukan padanya, hingga berpikiran yang tidak-tidak dan membatin dalam relungnya.‘Pak Xavier akan membawaku kemana? Apa dia akan melakukan sesuatu padaku? Tuhan ... aku harap, dia tidak macam-macam denganku.’Xavier melirik kearah gadis itu sekilas, ia dapat melihat bahwa raut wajahnya memancarkan rasa ketakutan akan ucapannya tadi.“Kenapa? Kamu takut?” tanyannya.Xena terdiam, ia hanya mengangguk kecil seraya melihat Xavier. “Sepertinya kita langsung ke kantor saja, Pak. Ini saya telat membersihkan ruang kerja Bapak,” usulnya.Lelaki tampan itu malah tersenyum tipis denagn padangan yang masih fokus pada kemudianya.“Xena, saya ada disini bersama kamu, jadi kalau kamu telat membersihkan ruang kerja saya, tidak akan saya marahi.”“Tapi Pak—““Sudah, kamu ikuti perintah saya.” tegasnya dan berhasil membuat gadis cant
“Xena, Xena ....”Tetap saja, gadis cantik dengan rambut panjang itu masih belum sadarkan diri, ia masih pingsan dan membuat lelaki tampan itu semakin bingung.“Apa dia sangat ketakuan sampai pingsan seperti ini, atau dia memliki suatu penyakit yang membuatnya bisa pingsan seperti ini?” monolognya.Xavier bingung, ia mengusap seluruh wajahnya dan kembali fokus pada gadis itu.Perlahan, ia perhatikan bentuk tubuh Xena secara keseluruhan, hingga terbesit dalam otaknya akan pikirannya yang kotor. Namun, denagyn cepat, ia menggeleng dan mulai duduk di kursi lain yang bersebelahan dengan sofa itu.Sekali lagi, ia perhatikan wajah cantik Xena. ‘Melihat kamu seperti ini, membuat saya semakin jatuh cinta dengan kamu Xena. Rasanya saya ingin cepat-cepat memilikimu seutuhnya.’ batinnya dengan senyuman smirk diwajahnya.Perlahan, Xavier sedikit menunduk memerhatikan wajah cantik Xena dari dekat. Dan entah apa yang terlintas berada di otaknya, hingga ia mulai menyentuh bibir ranum Xena dengan lemb
Malam hari, pukul 02.00 dini hari. Tiba-tiba, Xena terbangun, ia ingin buang air kecil. Dan tak lama, setelah selesai buang air kecil. Ia kembali menuju ke kasur, namun Pandangan matanya tertuju pada laptop sang suami yang berada di atas meja tersebut."Kalau kau tidak percaya, cek saja laptopnya. Disana Banyak menyimpan rahasia besar Xavier."Perkataan wanita yang tidak ia kenal itu membuat Xena selalu berpikir yang tidak-tidak. Dari pada penasaran, ia pun langsung duduk di kursi dengan laptop yang sudah diatas meja dan mulai menyalakannya.Tak butuh waktu lama, laptop itu pun menyala namun harus menggunakan kata sandi untuk masuk ke dalamnya."Aduh aku tidak tahu password-nya apa." Gumamnya.Xena mencoba mengetik tanggal lahir Xavier namun salah, lalu ia mengetik tanggal lahir dirinya juga salah. Lalu ia mengetik tanggal pernikahan mereka pun salah. Bingung, Xena pun terdiam sejenak, lalu mengetikan tanggal lahir Mamah kandung Xavier, itu pun juga salah."Aduh ... Nomor apa ya? Nant
"Xavier. Kamu mengerti kan maksud Papah."Ucapan James sama sekali tak di tanggapi oleh sang anak, namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia sebenarnya juga memikirkan hal tersebut."Mengaku, Nak. Bicara pelan-pelan padaanya, dengan begitu Xena pasti akan tau secara pelan-pelan tentang hal itu."Mendengar perkataan itu membuat Xavier langsung melihat kearah sang Papah. Ia menggeleng. "Tidak Pah. Mana mungkin aku berkata jujur dengannya. Bisa-bisa dia akan meninggalkan aku nantinya." Sahutnya."Tapi jika dua tahu hal ini dari orang lain, atau mengetahui dengan sendirinya. Itu akan membuatnya makin marah padamu Xavier. Dan apabila sudah terjadi seperti itu, Papah tidak mungkin bisa membantu mu lagi nak."Xavier tetap menggeleng. Mana mungkin dirinya berkata jujur tentang tragedi tersebut, karena sudah di pastikan Xena akan langsung marah besar padanya. Dan mungkin saja pergi meninggalkannya, tidak Xavier tidak mau itu sampai terjadi."Percaya pada Papah, dia pasti bisa menerima apa yang aka
Drrt .. Drrtt ...Tak butuh waktu lama, dering ponselnya berbunyi dan membuat Xena pun langsung mengangkat panggilan video tersebut.Beberapa detik kemudian, wanita dengan rambut blode dan bibir merah merona muncul di layar ponselnya. Xena tidak mengenaili wanita itu maka ia memerhatkan sevara keseluruhgan wajahnya."Siapa kamu sebenarnya? Apa yang membuatmu mengetahui keluargaku?" tanya XEna.Wanita itu yang tak lain adalah Jovita, langsung tersenyum manis padanya. Ia menghela napasnya sejenak, lalu memperlihat sebuah foto idirnya saat bersama Xavier dulu."Aku mantanya Xavier, kami dulu hampir menikah sebelum ia betreymu denganmu. Tapi aku memutuskannya ketika aku tahu Xavier adalah seorang pembunuh." ucap Jovita yang sengaja memprovokasi Xena agar terpengatuh oleh kata-katanya.Mendengar kalimat itu, membuat Xena terdiam sejenak, jujur ia tidak begitu pervcaya dengan perkataan dari wanita ini. "Maksudmu? Kau tidak usah berbohong padaku."Jovita tersenyum miring. "Untuk apa aku berb
Dengan cepat, gadis cantik itu pun langsung kembali menuju ke arah kamarnya iya sungguh merasa sakit hati dengan perkataan kedua orang tuanya yang ia dengar tadi.Ia duduk dengan mata berkaca-kaca. 'Sungguh, aku tidak menyangka kalau Papah dan Mamah memiliki sifat seperti itu.' batinnya kecewa.*****Di kamar, Xavier masih merasa bingung dengan perkataan istrinya tersebut sebenarnya dia ini, bukan orang biasa. Ia memerhatikan istrinya."Hak waris?" Tanyanya.Xena mengangguk. "Aku keluarga Aron, kamu pasti tau kan. Anak selama ini disembunyikan oleh keluarganya tersebut akibat tragedi beberapa tahun yang lalu." Ucap Xena.Perkataan itu membuat Xavier tertegun. 'Sekarang, dia sudah mulai jujur padaku dia tidak menutup-nutupi asal usul keluarganya. Tapi aku sampai saat ini justru takut untuk berkata jujur padanya bahwa sebenarnya dirikulah pelaku tragedi tersebut.' batinnya.Tiba-tiba, Xena merasakan sesuatu lagi didalam perutnya, sungguh kali ini rasa mual itu sudah tidak tertahankan la
Mereka pun segera menaiki mobil tersebut. Xena menaiki mobil itu yang dikawal dengan dua orang didalam mobil tersebut, dan dua orang lainnya menaiki motor secara masing-masing.Sebelum ke kantor pengacara Han, Xena lebih dulu menjemput Ara. Karena sebelumnya mereka pun telah berjanji akan menemui pengacara Han secara bersama-sama.Ia sudah menunggu Ara tepat didepa pintu gerbang sekolah.Xena sengaja membuka kaca mobil miliknya, supaya Ara tahu kalau ia sudah menunggu dirinya di gerbang itu.Tak butuh waktu lama, ARa yang baru saja keluar dari gedung sekolah sekolah langsung melihat Xena. Ia segera berlari menemui sepupunya tersebut.Xena segera membuka pintu mobil itu lalu ARa pun masuk ke dalamnya. Ia duduk tepat di sebelah Xena."Sekolah kamu gimana?" tanya Xena."Baik kok kak. Semuanya lancar." jawabnya, yang langsung dianggukan oleh Xena.Di belakang mobil Bodyguard Xena yaitu ada beberapa orang lainnya yang mengikuti mereka dari jarak jauh yang tak lain mereka adalah suruhan dari
'Aku sudah dibuat cinta setengah mati padamu Xena, dan aku tidak mau kehilanganmu.' batinnya."Em, aku boleh minta ijin." ucap Xena secata tiba-tiba.Xaveir langsung terkejut ketika sang istri mengatakan hal itu. "Ijin? Kamu mau kemana Xena?" tanyanya."Em ... sebentar saja. Aku tidak keluar sendirian, aku akam keluar bersama Ara setelah pulang sekolah besok." ujarnya."Bukannya tadi sudah bertemu dengan Ara, lantas kenapa besok kamu ingin bertemu lagi dengannya?" tanya Xavier yang muali mencurigai sang istri."Em begini saja, kalau Bapak tidak percaya, Bapak boleh menyuruh beberapa pengawal Bapak untuk mengawal saat saya dan Ara besok pergi."Xavier terdiam sejenak, ia mencerna saran dari isytrinya tersebut, dan apa yang dibilang Xena itu ada benarnya juga.'Seperti yang Bu Jessy pernah bilang padaku, bahwa aku tidak boleh terlalu kasar padanya. Maka sepertinya aku ijinkan saja besok ia bertemu dengan Ara.' batinnya."Jadi bagaimana? Apa aku diijinkan?" tanya Xena denga nada lembut,
Deg.'Aku memang tahu dan mendengar perkataan itu juga dari pengacara Ilham. Aku jadi sedikit curiga atas pengaduan Ara.' batinnya."Ara, apa menurutmu aku harus ke pengacaraku?" Tanyanya.Seorang wanita cantik dengan rambut Curly berwarna blonde tengah duudk santai di dekat kolam renang, ia tersenyum miring saat mendengar apa yang dikatakan oleh orang suruhannya tersebut untuk mencari tau informasi mengenai istri dari mantanya tersebut, yang tak lain adalah Xena."Jadi dia adalah keponakan dari Pak Ardi. Sepertinya aku tidak asing dengannya, siapa Ardi ini ya? Apakah dia seseorang yangh spesial disana?" Gumamnya.Ia bangkit dan berdiri seraya bersedekap dada. "Tapi, itu tidak penting. Yang penting aku harus melancarkan aksiku, karena aku telah mendaftar informasi mengenai Xavier beberapa tahun yang lalu. Dia pernah membantai satu keluarga dan ini bisa aku jadikan sesuatu untuk mengecoh istrinya tersebut." Monolognya dengan senyuman licik.Ia memerhatikannya orang suruhannya yang masi
"Ada apa?" Tanya Xavier."Em ... Itu, sepupu dari Bu Xena sudah datang."Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh sang asisten tersebut, membuat Xena pun langsung bangkit dan berjalan menuju ke pintu itu, lalu berdiri tepat di samping sang suami."Ara sudah sampai? Dia sudah Disini? Dimana dua sekarang, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya." Ucapnya yang girang."Dia ada di ruang tamu dengan Pak Lucas.""Aku segera kesana." Sahut Xena dengan antusias.Baru selangkah ia maju, namun tangannya sudah di tarik oleh sang suami yang berhasil membuatnya menoleh kearah sang suami."Kamu tidak boleh kesana." Ucap Xavier dengan nada dingin.Wajah Xena langsung berubah jadi murung. "Kenapa? Bukannya aku boleh bertemu dengannya.""Iya, tapi tidak kesana."sahut Xavier, lalu melihat kearah Sang asisten tersebut dan berkata."Kamu bawa saja Ara dia kesini, agar menemani Xena di kamar saja ya.""Biak, Pak.""Oiya, jangan lupa. Bawakan makanan juga untuk dia disini ya." Lanjut Xavier."Baik, Pak
Pukul 16.00. Seluruh murid SMA Pendidikan Bangsa keluar dari kelas mereka masing-masing dan segera menuju ke pintu gerbang sekolah. Termasuk gadis cantik berambut sebahu yang tak lain adalah Arabelle.Gadis itu berjalan menuju halte yang berada tak jauh dari gerbang sekolah. Ia duduk di halte tersebut bersama dengan anak murid lainnya yang menunggu bus melintas didepan sana.Tiba-tiba, mobil berwarna silver menghentikan mobilnya di dekat halte tersebut. Yang membuat semua pandangan murid itu itu tertuju pada mobil itu.Seseorang keluar dari mobil tersebut, ia tampan dan berjaa hitam senada dengan celana yang dikenakannya.Ara langsung berdiri begitu mengetahui kala seseorang tersebut adalah Lucas sang asisten dari Xavier. Yang pastinya ia kenal orang itu. Lucas Berjalan menghampirinya dna menghentikan langkahnya tepat didepan wajah nya."Siang Ara." Sapa Lucas dengan senyuman ramah di wajah tampannya.Arabelle mengangguk. "Iya selamat siang, ada apa ya? Mau cari papah saya lagi? Dia s