Drrttt ... Drrttt ...Suara dering ponsel pun membuyarkan lamunan Xavier akan Xena, dengan segera ia pun mengambil ponselnya yang berada di saku jas miliknya lalu mengangkat panggilan tersebut.“Hallo ....”“....”“Baik, nanti akan saya urus itu semua. Iya, nanti saya akan menyuruh sekretaris saya untuk mengatur jadwalnya,”“....”“Siap. Terima kasih.”Setelah selesai menerima panggilan tersebut, Xavier pun segera meletakkan ponselnya dimeja.Xena yang tengah membersihkan meja itu pun langsung berhenti sejenak dan membuat Xavier pun melihat kearahnya.“Kenapa kamu berhenti?”“Eum ... sepertinya saya tidak sopan membersihkan meja ini, tapi masih ada Bapak disini,”“Kamu mengusir saya?”Xena langsung menggeleng. “Bukan itu maksud saya, Pak. Saya hanya tak ingin Bapak terkena debu ketika saya sedang membersihkan tempat ini.” jawabnya menunduk.Xavier menghela napasnya, ia segera bangkit dan berjalan menuju sofa lalu duduk disana, sedangkan Xena yang berdiri dengn menunduk.“Sudah sana, ce
“Pak Xavier itu aneh. Apa semua karyawan disini kalau tidak punya dia yang membelikan?” gumamnya.Tiba-tiba, Cika masuk dan langsung meliaht papperbag orange yang berada didepan Xena, ia berjalan dan berdiri tepat didekat gadis itu.“Apa itu?” tanyanya yang mengarah pada papperbag tersebut.Xena langsung menatap Cika. “Bukan apa-apa.”“Bohong. Coba sini saya lihat,” ucapnya yang langsung merebut papperbang itu.Sontak, Xena pun langsung bangkit dan menghampiri Cika, ia mencoba untuk merebut kembali, namun Cika berusaha tetap merebutnya hingga secara tak sengaja ia mendorong Xena hingga terjatuh kesudut ruangan itu.“Aw ... Shhh.” ringisnya menahan sakit karena sikunya terkena pojok dari dinding diruangan itu.Cika menoleh dan tersenyum miring melihat Xena yang kesakitan. “Makanya nggak usah pelit.” ketusnya lalu ia segera membuka isi dari papperbag itu.Pupilnya langsung melebar ketika melihat bahwa yang berada dalam papperbag itu adalah sebuah ponsel mahal limited edition dan hanya o
“Memangnya ada apa ya Pak?”“Tidak. Tidak ada apa-apa, hanya saja anda kan seseorang yang direkomendadikan oleh Papah saya untuk bekerja di kantor ini. Jadi saya rasa pasti anda orang hebat, karena sudah jelas Papah saya langsung yang menyuruh saya untuk memperkerjakan anda disini.”Ardi tersneyum ramah seraya menundukan kepala. “Terima kasih, Pak.”Xavier pun membalas senyumnya, lau muali bertanya pada Ardi. “Anda tinggal di perumahan Flaminggo, Blok C no 11?”Ardi tertegun, seraya membatin. ‘Ada apa ini, mengapa dia menanyakan tempat tinggalku?’Ardi hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Xavier.“Sudah berapa tahun anda tinggal disana?”“Sekitar 1 tahun terakhir ini, Pak.”Xavier mengangguk. “Anda mempunyai satu anak perempuan yang bernama Arabella dan masih berusia 16 tahun yang bersekolah di SMA Pendidikan Bangsa, benar begitu?”Lagi-lagi, Xavier memberikan pertanyaan yang membuat Ardi sebantar ketar-ketir akan setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh bosnya ini.Ia takut semakin
“Xena,”Atensinya pun langsung tertuju pada seseorang yang memanggil dirinya yang tak lain adalah Xavier.Gadis itu sedikit tertegun mendengar namanya dipanggil dan ternyata sang bos lah yang berdiri dihadapannya.Xavier memerhatikan wajah Xena dan matanya yang sedikit sembab seperti habis menangis.“Kamu kenapa?” tanya Xavier.“Saya nggak papa, Pak. Em, Bapak manggil saya, ada yang bisa saya bantu?”“Em, iya. Tadi saya sudah menyurh kepala OB untuk memanggil kamu, tapi dia bilang kamu tidak ada di ruangan, jadi saya memutuskan untuk mencari kamu langsung.”‘Hah? Kenapa dia tidak menungguku saja, sampai aku ke ruangannya, kenapa dia sampai rela mencariku ke lantai bawah.’ batin Xena yang muali curiga akan segala bentuk perhatian yang diberikan oleh bosnya ini.“Ke ruangan saya sekarang, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada kamu.” titahnya yang dianggukan oleh Xena.Mereka pun segera masuk kedalam lift. Dan jelas karyawan yang melihat mereka masuk dan keluar dalam lift yang sama p
Di SMA Pendidikan Bangsa. Arabelle dan teman-temannya yang sedang asik mengobrol di kantin, tiba-tiba dipanggil oleh ketua kelasnya untuk segera menemui Guru di ruang kantor."Ara, kamu di panggil sama Guru dan di tunggu sekarang di Kantor.""Oh, iya. Terima kasih."Ara melihat kearah dua temannya. "Yaudah ya, aku ke ruang guru sekarang."“Kira-kira, kamu di panggil ada urusan apa ya?” tanya salah satu temannya.“Nggak tau deh. Yaudah, kalau gitu aku ke kantor dulu ya.” ucapnya yang dinaggukan oleh teman-temannya.Gadis cantik berambut sebahu itu pun, segera berjalan menuju ke ruang kantor. Tak lama ia pun masuk ke ruangan tersebut."Permisi."“Arabelle, kesini Nak.” ucap salah satu Guru disana.Gadis itu pun langsung duduk di sofa tersebut dekat dengan Gurunya, dan atensinya langsung tertuju pada seseorang lelaki tampan dengan pakairan rapih yang memakai jas berwarna biru tua senada dengan celana dasar yang dikenakannya.Lelaki itu tersenyum manis padanya. Arabelle pun membalas senyu
'Kira-kira, Xena sudah pulang atau belum ya?’ batin Xavier.Perlahan, ia mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan itu untuk memastikan gadis itu benar sudah pulang atau belum.Ia menghentikan langkahnya tepat didepan pintu tersebut, tangannya hendak membuka pintu itu. Namun, secara tiba-tiba, pintu itu terbuka dan membuat dirinya terkejut, dan langsung menatap gadis cantik yang ada didepan mantanya yaitu Xena.Gadis itu menundukan kepalanya. “Pak Xavier.” sapa Xena.“Kamu baru mau pulang?” tanya Xavier.“Iya, Pak. Bapak ... ada apa datang ke pentri, ada yang perlu saya bantu?”“Em ... nggak. Saya Cuma ingin menayakan pada kamu, nyalakan ponselnya dan konfirmasi ke saya agar nanti saya beritahu pihak admin untuk memasukan kamu ke grup dari perusahaan ini.”“Baik Pak. Ini saya baru saja menyalakan ponselnya,”“Okeh.” singkatnya lalu berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.Xena menghela napasnya sejenak, ia mengambil ponsel tersebut lalu segera ia nayalakan.Sungguh, sebenarnya ia se
Arabelle yang mendengar penjelasan dari Papahnya pun sempat berpikir atas seseorang tadi yang menayakan padanya saat di sekolah.‘Apa ini ada hubungannya dengan seseorang tadi di sekolah ya.’ batinnya.“Yasudah, kalau begitu cepat kamu bantuin Tante di dapur untuk memasak makan malam,” titahnya lalu langsung pergi dari sana dan segera menuju ke dapur.Xena mengangguk. “Iya Tante.” jawabnya lalau ia berjalan ke kamranya untuk menaruh ponsel sebentar dan segera kembali lalu berjalan kearah dapur.Ara dan Ardi yang masih berada disana hanya bisa menghela napasnya setelah melihat kejadian tadi.“Sudah, Ara kamu belajar lagi saja ya.” ucap Ardi lalu berbalik dan hendak kembali ke ruang tengah.“Pah,” panggil Arabelle.“Kenapa Nak?” sahutnya yang berbalik.“Ada sesuatu yang ingin Ara tanyakan dengan Papah.”“Boleh, kamu mau nanya apa Nak?”“Ini ada hubungannya sama Kak Xena.”Ardi terdiam sejenak. “Memangnya ada apa dengannya?”Arabelle memerhatikan sekitaranya, tak ada Mamahnya disana tapi
'Aku tidak percaya, hanya karena ingin mendapatkan informasi mengenai gadis itu, aku harus menurunkan egoku untuk berbicara pada Papah.’ batinnya.“Jawab Xavier, kenapa dengan Ardi?”“Pak Ardi ... punya seorang anak perempuan?”“Iya, dia punya satu anak perempuan dan sepertinya usianya belum ada 17 tahun, karena seingat Papah ia beda kurang lebih 10 tahun dari kamu,”“Apa dia hanya punya satu anak perempuan?”James terdiam sejenak, ia memerhatikan anaknya yang tidak seperti biasanya seperti ini."Xavier, ini soal pekerjaan? Tapi, kenapa meranah pada anak pak Ardi segala?"Xavier berusaha untuk tetap tenang. "Yah ... Ada hal penting saja, Pah. Dan itu harus menyangkut pautkan dengan keluarganya."James mengangguk kecil. “Iya, dia hanya punya satu anak perempuan, itu yang Papah tau.”James yang mulai agak aneh dengan pertanyaan anaknya ini.“Dia punya keponakan? Atau saudara, adik perempuan?” tanya Xavier yang semakin intens kearah sang Papah.James terdiam, ia berpikir kalau anaknya ini