'Aku tidak percaya, hanya karena ingin mendapatkan informasi mengenai gadis itu, aku harus menurunkan egoku untuk berbicara pada Papah.’ batinnya.“Jawab Xavier, kenapa dengan Ardi?”“Pak Ardi ... punya seorang anak perempuan?”“Iya, dia punya satu anak perempuan dan sepertinya usianya belum ada 17 tahun, karena seingat Papah ia beda kurang lebih 10 tahun dari kamu,”“Apa dia hanya punya satu anak perempuan?”James terdiam sejenak, ia memerhatikan anaknya yang tidak seperti biasanya seperti ini."Xavier, ini soal pekerjaan? Tapi, kenapa meranah pada anak pak Ardi segala?"Xavier berusaha untuk tetap tenang. "Yah ... Ada hal penting saja, Pah. Dan itu harus menyangkut pautkan dengan keluarganya."James mengangguk kecil. “Iya, dia hanya punya satu anak perempuan, itu yang Papah tau.”James yang mulai agak aneh dengan pertanyaan anaknya ini.“Dia punya keponakan? Atau saudara, adik perempuan?” tanya Xavier yang semakin intens kearah sang Papah.James terdiam, ia berpikir kalau anaknya ini
Sungguh, ia benar-benar tak bisa berpikir jernih, apa yang akan terjadi besok ketika Xavier tahu kalau ia tinggal di rumah Ardi. Pasti akan menimbulkan pertanyaan besar, apalagi kemarin dirinay berbohong kalau ia mengekos dan bukan tinggal di rumah.Sedangkan Xavier di kamarnya,yang tengah rebahan selalu memrhatikan ponselnya, karena sudah 4 jam yang lalu, Xena tak juga membalas pesan darinnya. Xavier yang tidak sabaran pun sedikit kesal dengan gadis ini.“Kenapa sampai sekarang dia belum membalas pesanku?” gerammnya.Xavier bangkit dan duduk tepat diatas kasurnya, “Sepertinya aku harus menelponnya.” gumamnya dan langsung saja ia menelpon gadis itu.Xena yang masih syok akan pesan itu, hanya bisa mengatur napasnya yang naik turun akibat gugup dan juga takut.Tiba-tiba, dering ponselnya pun membuatnya langsung tertuju pada ponse tersebut. Dan jelas saja itu panggilan dari Xavier yang membuatnya semakin bingung dan juga bimbang.“Aduh ... gimana ini apa aku harus mengangkatnya atau memb
Gadis itu terdiam, ia sedikit bingung akan ucapan yang dilontarkan oleh Xavier tadi.Matanya menatap Xavier dan ia melihat seperti ada maksud tersembunyi yang akan Xavier lakukan padanya, hingga berpikiran yang tidak-tidak dan membatin dalam relungnya.‘Pak Xavier akan membawaku kemana? Apa dia akan melakukan sesuatu padaku? Tuhan ... aku harap, dia tidak macam-macam denganku.’Xavier melirik kearah gadis itu sekilas, ia dapat melihat bahwa raut wajahnya memancarkan rasa ketakutan akan ucapannya tadi.“Kenapa? Kamu takut?” tanyannya.Xena terdiam, ia hanya mengangguk kecil seraya melihat Xavier. “Sepertinya kita langsung ke kantor saja, Pak. Ini saya telat membersihkan ruang kerja Bapak,” usulnya.Lelaki tampan itu malah tersenyum tipis denagn padangan yang masih fokus pada kemudianya.“Xena, saya ada disini bersama kamu, jadi kalau kamu telat membersihkan ruang kerja saya, tidak akan saya marahi.”“Tapi Pak—““Sudah, kamu ikuti perintah saya.” tegasnya dan berhasil membuat gadis cant
“Xena, Xena ....”Tetap saja, gadis cantik dengan rambut panjang itu masih belum sadarkan diri, ia masih pingsan dan membuat lelaki tampan itu semakin bingung.“Apa dia sangat ketakuan sampai pingsan seperti ini, atau dia memliki suatu penyakit yang membuatnya bisa pingsan seperti ini?” monolognya.Xavier bingung, ia mengusap seluruh wajahnya dan kembali fokus pada gadis itu.Perlahan, ia perhatikan bentuk tubuh Xena secara keseluruhan, hingga terbesit dalam otaknya akan pikirannya yang kotor. Namun, denagyn cepat, ia menggeleng dan mulai duduk di kursi lain yang bersebelahan dengan sofa itu.Sekali lagi, ia perhatikan wajah cantik Xena. ‘Melihat kamu seperti ini, membuat saya semakin jatuh cinta dengan kamu Xena. Rasanya saya ingin cepat-cepat memilikimu seutuhnya.’ batinnya dengan senyuman smirk diwajahnya.Perlahan, Xavier sedikit menunduk memerhatikan wajah cantik Xena dari dekat. Dan entah apa yang terlintas berada di otaknya, hingga ia mulai menyentuh bibir ranum Xena dengan lemb
Prang!Hingga suaranyan terdengar jelas menggema di ruangan itu dan lagi-lagi membuat gadis dengan manik coklat itu kembali terkejut.Kali ini ia benart-benar takut, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kalau Xavier melempar vas bunga yang berada didekatnya ke dinding sampai hancur tak berbentuk dan mengakibatkan pecahan dari vas bunga itu pun beramburan.Xena perlahan melihat kearah sang bos. Matanya memerah serta rahangnya mengeras, serta kepalan tangannya pun terlihat jelas hingga urat nadinya pun terlihat menegang.Xena tahu, atasannya ini benra-benar sedang emosi. Namun, Xena merasa tak tega ketika ia melihat tepat dipipi sebelah kiri Xavier terdapat goresan yang membuat darah pun mulai muncul dipipinya tersebut.Ia yakin, pasti itu gara-gara pecahan dari vas bunga tadi yang berhamburan kemana-mana hingga secara tak sengaja mengenai pipi Xavier.Perlahan, Xena berdiri dan berjalan mendekati sang atasan. “Pak, pipi anda terluka.” ucapnya dengan nada pelan.Xavier menoleh keara
“Belum genap sebulan bekerja disini, tapi sudah berani berangkat sampai siang seperti ini. Kamu lihat sudah jam berapa ini?”Xena tahu, ia telat. Tapi kan ini juga gara-gara atasannya yang mengajaknya ke suatau tempat sampai ia telat seperti ini.Cika melihat kearah kam tangan yang melekat pada pergelangan tangan Xena, lalu ia tarik tangan gadis itu dan menaruhnya tepat didepan matanya.“Nih, kamu lihat sendiri sudah jampir jam 9.” bentaknya dengan melempar tangan Xena kasar begitu saja.Xena masih terdiam, ia mencoba agar tetap sabar dan tidak terbawa emosi dengan tingakh Cika pada dirinya.Cika berjalan mengelilingi Xena dengan sesekali mendorong tubuhnya dengan satu tangannya.“Jangan sementang-mentang kamu itu orang kepercayaan Bos disini, kamu bisa seenaknya saja bernagkat sampai larut siang seperti ini. Kamu tahu status kamu itu hanya OB baru disini.” sindirnya.Tak tahan dengan semua perkataan yang Cika lontarkan pada dirinya, mmebuat Xena pun memberanikan diri untuk berkata pa
Pukul 16.00. Waktunya para karyawan dan staf yang bekerja di PT. Good Property menyelesaikan pekerjaan mereka.Begitu juga dengan Xena yang telah membereskan ruangan pentri, ia segera memakai tasnya dan berjalan menuju pintu keluar kantor tersebut.“Xena,”Tiba-tiba, suara panggilan membuat gadis cantik dengan manik coklat itu pun menghentikan langkahnya, ia menoleh dan melihat bahwa seseorang yang memanggil dirinya adalah sang atasan.“Ada apa, Pak?” Tanya Xena dengan ramah.Xavier menghentikan langkahnya tepat didepan Xena. “Pulang bareng saya.” Ujarnya dengan santai.Perkataan itu membuat Xena tertegun, ia menelan salivanya dan melihat pada sekeliling mereka.Jelas perkataan Xavier didengar oleh para karyawan dan staf yang berlalu lalang di koridor tersebut.Pandangan aneh pun tertuju pada Xena. Dengan cepat, ia langsung menjawab pertanyaan sang atasan dengan menolekanya secara halus.“Maaf, Pak. Tidak perlu, saya biasa pulang sendiri.”“Kamu menolak ajakan saya?”“Em … bu-bukan se
Pukul 17.00. Xena belum juga kembali ke rumah, jelas itu membuat seisi rumah kahwatir terutama Ardi.Ia berdiri depan teras rumah seraya memerhatikan jalanan didepan sana, menunggu kepulangan sang keponakan.“Kemana Pak Xavier mengajak Xena pergi? Semoga ia tidak melakukan Sesutu pada Xena.” Monolognya yang sangat risau.Tania berjaalan dan menghampiri sang suami, ia berdiri tepat diekatnya. “Kenapa Papah tadi tidak pulang bareng Xena? Kalau sampai jam segini dia belum pulang, aku jadi kerepotan sendiri mengerjakan pekerjaan rumah.” Oceh Tania.Ardi yang masih kepikiran soal Xena, sama sekali tak mempedulikan ocehan sang sitri.Bukan ia malas mendengarnya, tapi ocehan sang istri ini sama sekali tidak penting, ia berbicara seperti itu karena takut taka da yang membantunya melakukan pekerjaan rumah. Bukan lantaran kawatir terhadap Xena.Tak mendapat respon dari sang suami, membuat Tania pun sedikit kesal. “Pah, Papah dengar tidak sih, apa yang Mamah ucapkan.”“Iya, Papah dengar.” Sahutn
Malam hari, pukul 02.00 dini hari. Tiba-tiba, Xena terbangun, ia ingin buang air kecil. Dan tak lama, setelah selesai buang air kecil. Ia kembali menuju ke kasur, namun Pandangan matanya tertuju pada laptop sang suami yang berada di atas meja tersebut."Kalau kau tidak percaya, cek saja laptopnya. Disana Banyak menyimpan rahasia besar Xavier."Perkataan wanita yang tidak ia kenal itu membuat Xena selalu berpikir yang tidak-tidak. Dari pada penasaran, ia pun langsung duduk di kursi dengan laptop yang sudah diatas meja dan mulai menyalakannya.Tak butuh waktu lama, laptop itu pun menyala namun harus menggunakan kata sandi untuk masuk ke dalamnya."Aduh aku tidak tahu password-nya apa." Gumamnya.Xena mencoba mengetik tanggal lahir Xavier namun salah, lalu ia mengetik tanggal lahir dirinya juga salah. Lalu ia mengetik tanggal pernikahan mereka pun salah. Bingung, Xena pun terdiam sejenak, lalu mengetikan tanggal lahir Mamah kandung Xavier, itu pun juga salah."Aduh ... Nomor apa ya? Nant
"Xavier. Kamu mengerti kan maksud Papah."Ucapan James sama sekali tak di tanggapi oleh sang anak, namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia sebenarnya juga memikirkan hal tersebut."Mengaku, Nak. Bicara pelan-pelan padaanya, dengan begitu Xena pasti akan tau secara pelan-pelan tentang hal itu."Mendengar perkataan itu membuat Xavier langsung melihat kearah sang Papah. Ia menggeleng. "Tidak Pah. Mana mungkin aku berkata jujur dengannya. Bisa-bisa dia akan meninggalkan aku nantinya." Sahutnya."Tapi jika dua tahu hal ini dari orang lain, atau mengetahui dengan sendirinya. Itu akan membuatnya makin marah padamu Xavier. Dan apabila sudah terjadi seperti itu, Papah tidak mungkin bisa membantu mu lagi nak."Xavier tetap menggeleng. Mana mungkin dirinya berkata jujur tentang tragedi tersebut, karena sudah di pastikan Xena akan langsung marah besar padanya. Dan mungkin saja pergi meninggalkannya, tidak Xavier tidak mau itu sampai terjadi."Percaya pada Papah, dia pasti bisa menerima apa yang aka
Drrt .. Drrtt ...Tak butuh waktu lama, dering ponselnya berbunyi dan membuat Xena pun langsung mengangkat panggilan video tersebut.Beberapa detik kemudian, wanita dengan rambut blode dan bibir merah merona muncul di layar ponselnya. Xena tidak mengenaili wanita itu maka ia memerhatkan sevara keseluruhgan wajahnya."Siapa kamu sebenarnya? Apa yang membuatmu mengetahui keluargaku?" tanya XEna.Wanita itu yang tak lain adalah Jovita, langsung tersenyum manis padanya. Ia menghela napasnya sejenak, lalu memperlihat sebuah foto idirnya saat bersama Xavier dulu."Aku mantanya Xavier, kami dulu hampir menikah sebelum ia betreymu denganmu. Tapi aku memutuskannya ketika aku tahu Xavier adalah seorang pembunuh." ucap Jovita yang sengaja memprovokasi Xena agar terpengatuh oleh kata-katanya.Mendengar kalimat itu, membuat Xena terdiam sejenak, jujur ia tidak begitu pervcaya dengan perkataan dari wanita ini. "Maksudmu? Kau tidak usah berbohong padaku."Jovita tersenyum miring. "Untuk apa aku berb
Dengan cepat, gadis cantik itu pun langsung kembali menuju ke arah kamarnya iya sungguh merasa sakit hati dengan perkataan kedua orang tuanya yang ia dengar tadi.Ia duduk dengan mata berkaca-kaca. 'Sungguh, aku tidak menyangka kalau Papah dan Mamah memiliki sifat seperti itu.' batinnya kecewa.*****Di kamar, Xavier masih merasa bingung dengan perkataan istrinya tersebut sebenarnya dia ini, bukan orang biasa. Ia memerhatikan istrinya."Hak waris?" Tanyanya.Xena mengangguk. "Aku keluarga Aron, kamu pasti tau kan. Anak selama ini disembunyikan oleh keluarganya tersebut akibat tragedi beberapa tahun yang lalu." Ucap Xena.Perkataan itu membuat Xavier tertegun. 'Sekarang, dia sudah mulai jujur padaku dia tidak menutup-nutupi asal usul keluarganya. Tapi aku sampai saat ini justru takut untuk berkata jujur padanya bahwa sebenarnya dirikulah pelaku tragedi tersebut.' batinnya.Tiba-tiba, Xena merasakan sesuatu lagi didalam perutnya, sungguh kali ini rasa mual itu sudah tidak tertahankan la
Mereka pun segera menaiki mobil tersebut. Xena menaiki mobil itu yang dikawal dengan dua orang didalam mobil tersebut, dan dua orang lainnya menaiki motor secara masing-masing.Sebelum ke kantor pengacara Han, Xena lebih dulu menjemput Ara. Karena sebelumnya mereka pun telah berjanji akan menemui pengacara Han secara bersama-sama.Ia sudah menunggu Ara tepat didepa pintu gerbang sekolah.Xena sengaja membuka kaca mobil miliknya, supaya Ara tahu kalau ia sudah menunggu dirinya di gerbang itu.Tak butuh waktu lama, ARa yang baru saja keluar dari gedung sekolah sekolah langsung melihat Xena. Ia segera berlari menemui sepupunya tersebut.Xena segera membuka pintu mobil itu lalu ARa pun masuk ke dalamnya. Ia duduk tepat di sebelah Xena."Sekolah kamu gimana?" tanya Xena."Baik kok kak. Semuanya lancar." jawabnya, yang langsung dianggukan oleh Xena.Di belakang mobil Bodyguard Xena yaitu ada beberapa orang lainnya yang mengikuti mereka dari jarak jauh yang tak lain mereka adalah suruhan dari
'Aku sudah dibuat cinta setengah mati padamu Xena, dan aku tidak mau kehilanganmu.' batinnya."Em, aku boleh minta ijin." ucap Xena secata tiba-tiba.Xaveir langsung terkejut ketika sang istri mengatakan hal itu. "Ijin? Kamu mau kemana Xena?" tanyanya."Em ... sebentar saja. Aku tidak keluar sendirian, aku akam keluar bersama Ara setelah pulang sekolah besok." ujarnya."Bukannya tadi sudah bertemu dengan Ara, lantas kenapa besok kamu ingin bertemu lagi dengannya?" tanya Xavier yang muali mencurigai sang istri."Em begini saja, kalau Bapak tidak percaya, Bapak boleh menyuruh beberapa pengawal Bapak untuk mengawal saat saya dan Ara besok pergi."Xavier terdiam sejenak, ia mencerna saran dari isytrinya tersebut, dan apa yang dibilang Xena itu ada benarnya juga.'Seperti yang Bu Jessy pernah bilang padaku, bahwa aku tidak boleh terlalu kasar padanya. Maka sepertinya aku ijinkan saja besok ia bertemu dengan Ara.' batinnya."Jadi bagaimana? Apa aku diijinkan?" tanya Xena denga nada lembut,
Deg.'Aku memang tahu dan mendengar perkataan itu juga dari pengacara Ilham. Aku jadi sedikit curiga atas pengaduan Ara.' batinnya."Ara, apa menurutmu aku harus ke pengacaraku?" Tanyanya.Seorang wanita cantik dengan rambut Curly berwarna blonde tengah duudk santai di dekat kolam renang, ia tersenyum miring saat mendengar apa yang dikatakan oleh orang suruhannya tersebut untuk mencari tau informasi mengenai istri dari mantanya tersebut, yang tak lain adalah Xena."Jadi dia adalah keponakan dari Pak Ardi. Sepertinya aku tidak asing dengannya, siapa Ardi ini ya? Apakah dia seseorang yangh spesial disana?" Gumamnya.Ia bangkit dan berdiri seraya bersedekap dada. "Tapi, itu tidak penting. Yang penting aku harus melancarkan aksiku, karena aku telah mendaftar informasi mengenai Xavier beberapa tahun yang lalu. Dia pernah membantai satu keluarga dan ini bisa aku jadikan sesuatu untuk mengecoh istrinya tersebut." Monolognya dengan senyuman licik.Ia memerhatikannya orang suruhannya yang masi
"Ada apa?" Tanya Xavier."Em ... Itu, sepupu dari Bu Xena sudah datang."Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh sang asisten tersebut, membuat Xena pun langsung bangkit dan berjalan menuju ke pintu itu, lalu berdiri tepat di samping sang suami."Ara sudah sampai? Dia sudah Disini? Dimana dua sekarang, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya." Ucapnya yang girang."Dia ada di ruang tamu dengan Pak Lucas.""Aku segera kesana." Sahut Xena dengan antusias.Baru selangkah ia maju, namun tangannya sudah di tarik oleh sang suami yang berhasil membuatnya menoleh kearah sang suami."Kamu tidak boleh kesana." Ucap Xavier dengan nada dingin.Wajah Xena langsung berubah jadi murung. "Kenapa? Bukannya aku boleh bertemu dengannya.""Iya, tapi tidak kesana."sahut Xavier, lalu melihat kearah Sang asisten tersebut dan berkata."Kamu bawa saja Ara dia kesini, agar menemani Xena di kamar saja ya.""Biak, Pak.""Oiya, jangan lupa. Bawakan makanan juga untuk dia disini ya." Lanjut Xavier."Baik, Pak
Pukul 16.00. Seluruh murid SMA Pendidikan Bangsa keluar dari kelas mereka masing-masing dan segera menuju ke pintu gerbang sekolah. Termasuk gadis cantik berambut sebahu yang tak lain adalah Arabelle.Gadis itu berjalan menuju halte yang berada tak jauh dari gerbang sekolah. Ia duduk di halte tersebut bersama dengan anak murid lainnya yang menunggu bus melintas didepan sana.Tiba-tiba, mobil berwarna silver menghentikan mobilnya di dekat halte tersebut. Yang membuat semua pandangan murid itu itu tertuju pada mobil itu.Seseorang keluar dari mobil tersebut, ia tampan dan berjaa hitam senada dengan celana yang dikenakannya.Ara langsung berdiri begitu mengetahui kala seseorang tersebut adalah Lucas sang asisten dari Xavier. Yang pastinya ia kenal orang itu. Lucas Berjalan menghampirinya dna menghentikan langkahnya tepat didepan wajah nya."Siang Ara." Sapa Lucas dengan senyuman ramah di wajah tampannya.Arabelle mengangguk. "Iya selamat siang, ada apa ya? Mau cari papah saya lagi? Dia s