Gadis itu terdiam, ia sedikit bingung akan ucapan yang dilontarkan oleh Xavier tadi.Matanya menatap Xavier dan ia melihat seperti ada maksud tersembunyi yang akan Xavier lakukan padanya, hingga berpikiran yang tidak-tidak dan membatin dalam relungnya.‘Pak Xavier akan membawaku kemana? Apa dia akan melakukan sesuatu padaku? Tuhan ... aku harap, dia tidak macam-macam denganku.’Xavier melirik kearah gadis itu sekilas, ia dapat melihat bahwa raut wajahnya memancarkan rasa ketakutan akan ucapannya tadi.“Kenapa? Kamu takut?” tanyannya.Xena terdiam, ia hanya mengangguk kecil seraya melihat Xavier. “Sepertinya kita langsung ke kantor saja, Pak. Ini saya telat membersihkan ruang kerja Bapak,” usulnya.Lelaki tampan itu malah tersenyum tipis denagn padangan yang masih fokus pada kemudianya.“Xena, saya ada disini bersama kamu, jadi kalau kamu telat membersihkan ruang kerja saya, tidak akan saya marahi.”“Tapi Pak—““Sudah, kamu ikuti perintah saya.” tegasnya dan berhasil membuat gadis cant
“Xena, Xena ....”Tetap saja, gadis cantik dengan rambut panjang itu masih belum sadarkan diri, ia masih pingsan dan membuat lelaki tampan itu semakin bingung.“Apa dia sangat ketakuan sampai pingsan seperti ini, atau dia memliki suatu penyakit yang membuatnya bisa pingsan seperti ini?” monolognya.Xavier bingung, ia mengusap seluruh wajahnya dan kembali fokus pada gadis itu.Perlahan, ia perhatikan bentuk tubuh Xena secara keseluruhan, hingga terbesit dalam otaknya akan pikirannya yang kotor. Namun, denagyn cepat, ia menggeleng dan mulai duduk di kursi lain yang bersebelahan dengan sofa itu.Sekali lagi, ia perhatikan wajah cantik Xena. ‘Melihat kamu seperti ini, membuat saya semakin jatuh cinta dengan kamu Xena. Rasanya saya ingin cepat-cepat memilikimu seutuhnya.’ batinnya dengan senyuman smirk diwajahnya.Perlahan, Xavier sedikit menunduk memerhatikan wajah cantik Xena dari dekat. Dan entah apa yang terlintas berada di otaknya, hingga ia mulai menyentuh bibir ranum Xena dengan lemb
Prang!Hingga suaranyan terdengar jelas menggema di ruangan itu dan lagi-lagi membuat gadis dengan manik coklat itu kembali terkejut.Kali ini ia benart-benar takut, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kalau Xavier melempar vas bunga yang berada didekatnya ke dinding sampai hancur tak berbentuk dan mengakibatkan pecahan dari vas bunga itu pun beramburan.Xena perlahan melihat kearah sang bos. Matanya memerah serta rahangnya mengeras, serta kepalan tangannya pun terlihat jelas hingga urat nadinya pun terlihat menegang.Xena tahu, atasannya ini benra-benar sedang emosi. Namun, Xena merasa tak tega ketika ia melihat tepat dipipi sebelah kiri Xavier terdapat goresan yang membuat darah pun mulai muncul dipipinya tersebut.Ia yakin, pasti itu gara-gara pecahan dari vas bunga tadi yang berhamburan kemana-mana hingga secara tak sengaja mengenai pipi Xavier.Perlahan, Xena berdiri dan berjalan mendekati sang atasan. “Pak, pipi anda terluka.” ucapnya dengan nada pelan.Xavier menoleh keara
“Belum genap sebulan bekerja disini, tapi sudah berani berangkat sampai siang seperti ini. Kamu lihat sudah jam berapa ini?”Xena tahu, ia telat. Tapi kan ini juga gara-gara atasannya yang mengajaknya ke suatau tempat sampai ia telat seperti ini.Cika melihat kearah kam tangan yang melekat pada pergelangan tangan Xena, lalu ia tarik tangan gadis itu dan menaruhnya tepat didepan matanya.“Nih, kamu lihat sendiri sudah jampir jam 9.” bentaknya dengan melempar tangan Xena kasar begitu saja.Xena masih terdiam, ia mencoba agar tetap sabar dan tidak terbawa emosi dengan tingakh Cika pada dirinya.Cika berjalan mengelilingi Xena dengan sesekali mendorong tubuhnya dengan satu tangannya.“Jangan sementang-mentang kamu itu orang kepercayaan Bos disini, kamu bisa seenaknya saja bernagkat sampai larut siang seperti ini. Kamu tahu status kamu itu hanya OB baru disini.” sindirnya.Tak tahan dengan semua perkataan yang Cika lontarkan pada dirinya, mmebuat Xena pun memberanikan diri untuk berkata pa
Pukul 16.00. Waktunya para karyawan dan staf yang bekerja di PT. Good Property menyelesaikan pekerjaan mereka.Begitu juga dengan Xena yang telah membereskan ruangan pentri, ia segera memakai tasnya dan berjalan menuju pintu keluar kantor tersebut.“Xena,”Tiba-tiba, suara panggilan membuat gadis cantik dengan manik coklat itu pun menghentikan langkahnya, ia menoleh dan melihat bahwa seseorang yang memanggil dirinya adalah sang atasan.“Ada apa, Pak?” Tanya Xena dengan ramah.Xavier menghentikan langkahnya tepat didepan Xena. “Pulang bareng saya.” Ujarnya dengan santai.Perkataan itu membuat Xena tertegun, ia menelan salivanya dan melihat pada sekeliling mereka.Jelas perkataan Xavier didengar oleh para karyawan dan staf yang berlalu lalang di koridor tersebut.Pandangan aneh pun tertuju pada Xena. Dengan cepat, ia langsung menjawab pertanyaan sang atasan dengan menolekanya secara halus.“Maaf, Pak. Tidak perlu, saya biasa pulang sendiri.”“Kamu menolak ajakan saya?”“Em … bu-bukan se
“Happy Brithday to you ....”Suara nyanyian dan gemuruh tepuk tangan menghiasi sebuah pesta ulang tahun gadis cantik bernama Aurellia Xena. Dinding berwarna pink, lampu kerlap-kerlip serta banyak dekorasi princess, membuat suasana pesta ulang tahun tersebut semakin meriah.Semua anak-anak yang berada dipesta tersebut ikut bahagia melihat gadis cantik dengan baju princess tengah meniup lilin ber-angka 10, yang menandakan bahwa usianya kini telah genap menginjak 10 tahun.“Yee ... sekarang Xena potong kuenya ya. Dan berikan kue pertamanya untuk orang yang paling special.” ucap sang pemandu acara tersebut. Gadis cantik dengan mahkota gold dikepalanya itu memotong kue ulang tahunnya dan menaruhnya dipiring kecil tersebut. Ia terdiam sejenak, dan tersenyum kearah Mamah Dan Papahnya yang berada tepat dibelakangnya. “Jadi kue pertamanya untuk siapa, Xena?” tanya pemandu itu.“Papah dan Mamah.” jawab Xena dengan lembut.“Oke, sekarang Xena suapin ya kuenya ke mamah dan papah.”Gadis itu pun
Aron menoleh kearah sang istri, ia menghela napasnya sejenak. “Caroline meninggal, Mah.”Aira terkejut. Ia langsung menutup mulutnya mendengar berita duka tersebut. “Kita harus kesana sekarang Pah.” Aron mengangguk, lalu mereka bersiap-siap menuju ke rumah Caroline, untuk menghanturkan bela sungkawa. Sedangkan Xena, ditinggal bersama beberapa asisten rumah tangga keluarga mereka di rumah.Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di Rumah Kediaman Caroline. Bunga papan serta suara tangis semua orang membuat seluruh rumah itu dipenuhi dengan perasaan duka.Perlahan, Aron dan sang istri berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat sosok wanita terbujur kaku dengan kain putih yang menutupi tubuhnya sebatas leher di ruang depan, membuat mereka ikut berduka. Suara tangisan histeris dari suami Caroline begitu terdengar jelas ditelinga mereka. Hingga secara tak sadar Aira pun ikut meneteskan airmatanya. Mereka mendekati lelaki itu dan duduk tepat disebelahnya. Aron mengusap lembut pundak sang s
Brak!Suara keras itu membangunkan gadis kecil dengan bolamata coklat yang tengah tertidur. Ia langsung menghidupkan lampu tidurnya dan melihat kearah jam dinding bermotif doraemon yang menunjukan pukul 01:00 dini hari.“Suara apa ya itu?” gumamnya.Perlahan, ia mulai menyikapnya selimut yang menutupi tubuhnya dan turun dari kasur. Gadis itu melangkahkan kakinya secara perlahan menuju pintu kamarnya.Ceklek.Ia membuka pintu tersebut secara perlahan. Tiba-tiba, ia melihat bayangan hitam berjalan menuju kearah ruang depan. Rasa penasaran pun muncul dalam benaknya. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju ruang tersebut. “Tolong !!!”Tiba-tiba, teriakan minta tolong membuat gadis kecil itu menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan mendengar asal suara itu dari arah tangga.Dengan cepat, ia pun berlari kecil menuju tangga. Sepontan ia mengerem langkahnya, melihat bahwa suara itu berasal dari sang Papah, yang tengah diseret oleh seseorang berpakaian serba hitam. Dengan tubuh yang berlumuran da