Pukul 17.00. Xena belum juga kembali ke rumah, jelas itu membuat seisi rumah kahwatir terutama Ardi.Ia berdiri depan teras rumah seraya memerhatikan jalanan didepan sana, menunggu kepulangan sang keponakan.“Kemana Pak Xavier mengajak Xena pergi? Semoga ia tidak melakukan Sesutu pada Xena.” Monolognya yang sangat risau.Tania berjaalan dan menghampiri sang suami, ia berdiri tepat diekatnya. “Kenapa Papah tadi tidak pulang bareng Xena? Kalau sampai jam segini dia belum pulang, aku jadi kerepotan sendiri mengerjakan pekerjaan rumah.” Oceh Tania.Ardi yang masih kepikiran soal Xena, sama sekali tak mempedulikan ocehan sang sitri.Bukan ia malas mendengarnya, tapi ocehan sang istri ini sama sekali tidak penting, ia berbicara seperti itu karena takut taka da yang membantunya melakukan pekerjaan rumah. Bukan lantaran kawatir terhadap Xena.Tak mendapat respon dari sang suami, membuat Tania pun sedikit kesal. “Pah, Papah dengar tidak sih, apa yang Mamah ucapkan.”“Iya, Papah dengar.” Sahutn
Gadis itu terdiam, namun ia membatin dalam hatinya. ‘Apa yang dia katakan, dia mencintaiku? Apa maksuda dari perkataan Pak Xavier ini. Aku tidak mengerti.’Xavier semakin erat memeluk Xena dalam dekapannya, sesekali ia mengusap lembut pipi Xena. Senyuman smirk pun muncul di wajah tampannya.“Aku harus jujur Xena, kalau saat pertama kali aku melihatmu, aku langsung jatuh cinta padamu. Jadi mulai dari sekarang, kau adalah milikku, tidak ada yang boleh menyetuh dirimu kecuali aku.” Ucapnya lembut dengan tatapan mata yang tak pernah lepas dari wajah cantik Xena.Gadis cantik itu menelan salivanya, sungguh saat ini jantungnya berdetak hebat.Bukan lantaran ia merasa tersentuh saat Xavier mengatakan kalimat itu padanya, tapi ia justru merasa takut saat Xavier mengatakan kalau ia adalah miliknya. Karena bagi Xena kata-kata itu justru membuatnya seperti menjadi seorang tawanan.“Saya tidak mau milikku ini terluka, jadi saya akan membawa kamu ke suatu tempat dan tidak ada yang boleh menyetuhmu
'Tuhan … apa salahku? Hingga aku harus seperti ini.’ Batinnya.Xena melihat di sekeliling ruangan itu, ia mencari celah agar bisa kabur dari tempat itu.Perlahan, ia menghapus airmatanya, dan bangkit lalu berjalan menuju jendela yang berada di kamar itu.Xena mencoba membukanya, namun percuma karena jendela itu sepertinya sudah di kunci mati dari luar dan pula terdapat besi yang tak memungkinkan diirnya untuk kabur dari tempat itu.“Aku harus kabur lewat mana?” monolognya.Xena tertuju pada toilet yang berada di kamar itu. Pikirannya tertuju pada jendela toilet tersebut.Dengan cepat, ia pun langsung berjalan masuk ke dalam toilet, dilihatnya seluruh ruangan toilet tersebut.Sayang, tak ada celah dalam toilet tersebut, ia tak bisa memecahkan apapun disana untuk kiabur, karena hanya terdapat ventilasai udara yang sangat kecil dan tak memungkinkan dirinya untuk pergi melalui lubang kecil itu.Xena menangis, ia langsung terduduk di lantai kamar mandi itu. Ia tak tahu lagi harus kabur lew
“Aku harus mencari Xena kemana lagi?” monolognya.Ia melihat kearah layar ponselnya dan jam sudah menunjukan pukul 21.30.Beberapa pesan yang masuk di ponselnya ia biatkan saja, karena ia terlalu sibuk mencari keberadaan Xena sampai ia sadar kalau anaknya telah menghubungi dirinya hampir sepuluh kali panggilan.“Ara pasti mengkahwatirkan aku, dan Tania pasti selalu menanyakan aku. Sebaiknya, aku membalas dulu pesan darinya.” Gumamnya.Ardi pun segera membalas pesan sang anak. Setelah itu, ia menuju pada kendaaran miliknya lalu masuk ke dalam mobil. Ia menghela napasnya beberap kali.“Lucas, dia pasti tahu dimana keberadaan Pak Xavier. Iya, aku harus menghubungi Lucas.” Gumamnya.Dengan cepat, ia pun mencoba untuk menghubungi Lucas, dan tak butuh waktu lama panggilan tersebut pun tersambung.“Hallo, maaf Lucas. Saya menganggu anda malam-malam begini.”“Ah iya, Pak. Tak apa. Ada apa Bapak menghubungi saya? Ada yang perlu di tanyakan?”“Em, begini. Apa anda tahu dimana keberadaan Pak Xav
“Ternyata mentalmu seperti bayi Jovita, kau sudah takut hanya karna aku akan melukai wajahmu.” Ujarnya.Xavier membenarkan posisinya, ia menghela napasnya lalu duduk tepat di kursi yang berada didekat Jovita.Ia menyilangkan kakinya lalu menuangkan secangkir air putih ke dalam gelas yang tersedia di meja itu lalu ia meminumanya, dan menyisahkan sedikit ia perhatikan sisa dari air itu lalu melihat kearah sang mantan.Dengan santai, Xavier menyiram wajah gadis itu dengan sisa air yang berada dalam gelas tadi. Dan jelas itu membuat Jovita pun syok akan tindakan tersebut.‘Sial! Berani sekali dia menyiramku dengan bekas air yang telah ia minum.’ Batin Jovita yang sudah tak tahan lagi pada perlakuan Xavier terhadap dirinya.Xavier memerhatikan Jovita. “Kenapa? Kau terkejut?”Xavier bangkit lalu ia berjalan kembali kearah gadis itu seraya membawa gelas tadi, ia berjongkok lalu kembali mengeluarkan pisau lipat itu dari saku jaketnya. Ia memperlihatkan gelas serta pisau itu tepat didepan mata
“Nona Xena demam.” Gumamnya.Ia segera berdiri, dan melihat bahwa makanan yang ia bawa semalam sama sekali tiak disentuh oleh Xena, bahkan ia pun tak mengganti pakaiannya.“Aku harus lapor kepada yang lainnya.” Monolognya, lalu ia langsung bergegas keluar dari ruangan itu untuk memberitahu pada yang lainnya.Tak lama, para bodygruad pun langsung membopong tubuh Xena dan di baringkan ke kasur dengan ukuran king size tersebut.“Apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus lapor pada Tuan Xavier.”“Jangan. Kalau kita lapor, maka ia akan marah. Apalagi melihat Nona Xena yang pingsan.”“Lalu kita harus bagaimana? Kalau kita tidak lapor maka dia akan tambah marah pada kita semua.”“Sebaiknya, kita tetap berkata jujur pada Tuan Xavier. Tapi sebelumnya, aku mencoba untuk menyadarkan Nona Xena terlebih dahulu.” Sahut pelayan wanita itu.“Baiklah kalau begitu, kami akan menunggu diluar.” Sahut salah satu para bodygruad itu, lalu mereka pun langsung keluar.Pelayan wanita itu mencoba untuk memb
“Kenapa dia mau menikahiku? Hari ini baru sebulan aku bekerja di kantornya. Dan dia juga belum mengenaliku lebih jauh. Apa yang membuatnya mudah sekali mengatakan kalimat itu padaku?”Xena terus mempertanyakan hal tersebut didalam otaknya, baginya tak mungkin seorang Ceo muda yang tampan dan gagah menikahi dirinya yang hanya sekolah lulusan SMA dan juga seorang OB.Padahal, banyak wanita cantik nan pintar diluaran sana. Dan yang menjadi pikirannya adalah, ia memiliki riwayat depresi yang belum semua orang tahu. Kalau sampai Xavier tahu mengenali hal ini, apakah ia tetap ingin menikah dengannya.Sungguh, semua ini membuatnya terasa pusing. Semua pikiran ini membuat kepalanya terasa mau pecah.Perlahan, Xena berdiri dan berjalan menuju jendela di kamar itu. Ia memerhatikan dari luar jendela yang ternyata tertuju pada sebuah taman yang indah dibawah sana. Senyuman manis pun tersimpul jelas di wajah cantiknya.*****Di kantor. Ardi yang tengah mengerjakan pekerjaannya, selalu memikirkan k
'Aku di buang di hutan?’ tanyannya pada hatinya.Wanita itu berusaha untuk bangkit dari posisinya, namun ia terjatuh karena luka di pergelangan kakinya begitu parah.Sungguh rasanya kaki ini mati rasa, ia tak dapat berjalan. Hingga ia mencoba untuk berjalan menggunakan tangannya untuk mengesot menuju ke tepi dari hutan itu.“Akh! Ini sungguh sakit sekali. Aku tidak kuat.” Rintihnya yang merasakan sangat sakit di sekujur tubuhnya.Matanya menatap tajam kearah depan. Napasnya berderu naik turun tak beraturan. Perasaan emosi pun menyelimutinya.“Argh!!!”Ia berteriak histeris rasa sakit hati dan juga perasaan sdih bercampur aduk menjadi satu, di tambah lagi rasa perih dan juga sakit di sekujur tubuhnya ia rasakan dengan merintih.Sungguh, wanita cantik ini kini prustasi, perasaan dendam pun menyelimuti dirinya.“Lihat saja kau Xavier. Aku akan membalas perbuatanmu. Kau telah merusak wajah cantikku, aku juga kan merusak wanita yang telah menggantikan aku dihidupmu.” Desisnya dengan emosi
Malam hari, pukul 02.00 dini hari. Tiba-tiba, Xena terbangun, ia ingin buang air kecil. Dan tak lama, setelah selesai buang air kecil. Ia kembali menuju ke kasur, namun Pandangan matanya tertuju pada laptop sang suami yang berada di atas meja tersebut."Kalau kau tidak percaya, cek saja laptopnya. Disana Banyak menyimpan rahasia besar Xavier."Perkataan wanita yang tidak ia kenal itu membuat Xena selalu berpikir yang tidak-tidak. Dari pada penasaran, ia pun langsung duduk di kursi dengan laptop yang sudah diatas meja dan mulai menyalakannya.Tak butuh waktu lama, laptop itu pun menyala namun harus menggunakan kata sandi untuk masuk ke dalamnya."Aduh aku tidak tahu password-nya apa." Gumamnya.Xena mencoba mengetik tanggal lahir Xavier namun salah, lalu ia mengetik tanggal lahir dirinya juga salah. Lalu ia mengetik tanggal pernikahan mereka pun salah. Bingung, Xena pun terdiam sejenak, lalu mengetikan tanggal lahir Mamah kandung Xavier, itu pun juga salah."Aduh ... Nomor apa ya? Nant
"Xavier. Kamu mengerti kan maksud Papah."Ucapan James sama sekali tak di tanggapi oleh sang anak, namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia sebenarnya juga memikirkan hal tersebut."Mengaku, Nak. Bicara pelan-pelan padaanya, dengan begitu Xena pasti akan tau secara pelan-pelan tentang hal itu."Mendengar perkataan itu membuat Xavier langsung melihat kearah sang Papah. Ia menggeleng. "Tidak Pah. Mana mungkin aku berkata jujur dengannya. Bisa-bisa dia akan meninggalkan aku nantinya." Sahutnya."Tapi jika dua tahu hal ini dari orang lain, atau mengetahui dengan sendirinya. Itu akan membuatnya makin marah padamu Xavier. Dan apabila sudah terjadi seperti itu, Papah tidak mungkin bisa membantu mu lagi nak."Xavier tetap menggeleng. Mana mungkin dirinya berkata jujur tentang tragedi tersebut, karena sudah di pastikan Xena akan langsung marah besar padanya. Dan mungkin saja pergi meninggalkannya, tidak Xavier tidak mau itu sampai terjadi."Percaya pada Papah, dia pasti bisa menerima apa yang aka
Drrt .. Drrtt ...Tak butuh waktu lama, dering ponselnya berbunyi dan membuat Xena pun langsung mengangkat panggilan video tersebut.Beberapa detik kemudian, wanita dengan rambut blode dan bibir merah merona muncul di layar ponselnya. Xena tidak mengenaili wanita itu maka ia memerhatkan sevara keseluruhgan wajahnya."Siapa kamu sebenarnya? Apa yang membuatmu mengetahui keluargaku?" tanya XEna.Wanita itu yang tak lain adalah Jovita, langsung tersenyum manis padanya. Ia menghela napasnya sejenak, lalu memperlihat sebuah foto idirnya saat bersama Xavier dulu."Aku mantanya Xavier, kami dulu hampir menikah sebelum ia betreymu denganmu. Tapi aku memutuskannya ketika aku tahu Xavier adalah seorang pembunuh." ucap Jovita yang sengaja memprovokasi Xena agar terpengatuh oleh kata-katanya.Mendengar kalimat itu, membuat Xena terdiam sejenak, jujur ia tidak begitu pervcaya dengan perkataan dari wanita ini. "Maksudmu? Kau tidak usah berbohong padaku."Jovita tersenyum miring. "Untuk apa aku berb
Dengan cepat, gadis cantik itu pun langsung kembali menuju ke arah kamarnya iya sungguh merasa sakit hati dengan perkataan kedua orang tuanya yang ia dengar tadi.Ia duduk dengan mata berkaca-kaca. 'Sungguh, aku tidak menyangka kalau Papah dan Mamah memiliki sifat seperti itu.' batinnya kecewa.*****Di kamar, Xavier masih merasa bingung dengan perkataan istrinya tersebut sebenarnya dia ini, bukan orang biasa. Ia memerhatikan istrinya."Hak waris?" Tanyanya.Xena mengangguk. "Aku keluarga Aron, kamu pasti tau kan. Anak selama ini disembunyikan oleh keluarganya tersebut akibat tragedi beberapa tahun yang lalu." Ucap Xena.Perkataan itu membuat Xavier tertegun. 'Sekarang, dia sudah mulai jujur padaku dia tidak menutup-nutupi asal usul keluarganya. Tapi aku sampai saat ini justru takut untuk berkata jujur padanya bahwa sebenarnya dirikulah pelaku tragedi tersebut.' batinnya.Tiba-tiba, Xena merasakan sesuatu lagi didalam perutnya, sungguh kali ini rasa mual itu sudah tidak tertahankan la
Mereka pun segera menaiki mobil tersebut. Xena menaiki mobil itu yang dikawal dengan dua orang didalam mobil tersebut, dan dua orang lainnya menaiki motor secara masing-masing.Sebelum ke kantor pengacara Han, Xena lebih dulu menjemput Ara. Karena sebelumnya mereka pun telah berjanji akan menemui pengacara Han secara bersama-sama.Ia sudah menunggu Ara tepat didepa pintu gerbang sekolah.Xena sengaja membuka kaca mobil miliknya, supaya Ara tahu kalau ia sudah menunggu dirinya di gerbang itu.Tak butuh waktu lama, ARa yang baru saja keluar dari gedung sekolah sekolah langsung melihat Xena. Ia segera berlari menemui sepupunya tersebut.Xena segera membuka pintu mobil itu lalu ARa pun masuk ke dalamnya. Ia duduk tepat di sebelah Xena."Sekolah kamu gimana?" tanya Xena."Baik kok kak. Semuanya lancar." jawabnya, yang langsung dianggukan oleh Xena.Di belakang mobil Bodyguard Xena yaitu ada beberapa orang lainnya yang mengikuti mereka dari jarak jauh yang tak lain mereka adalah suruhan dari
'Aku sudah dibuat cinta setengah mati padamu Xena, dan aku tidak mau kehilanganmu.' batinnya."Em, aku boleh minta ijin." ucap Xena secata tiba-tiba.Xaveir langsung terkejut ketika sang istri mengatakan hal itu. "Ijin? Kamu mau kemana Xena?" tanyanya."Em ... sebentar saja. Aku tidak keluar sendirian, aku akam keluar bersama Ara setelah pulang sekolah besok." ujarnya."Bukannya tadi sudah bertemu dengan Ara, lantas kenapa besok kamu ingin bertemu lagi dengannya?" tanya Xavier yang muali mencurigai sang istri."Em begini saja, kalau Bapak tidak percaya, Bapak boleh menyuruh beberapa pengawal Bapak untuk mengawal saat saya dan Ara besok pergi."Xavier terdiam sejenak, ia mencerna saran dari isytrinya tersebut, dan apa yang dibilang Xena itu ada benarnya juga.'Seperti yang Bu Jessy pernah bilang padaku, bahwa aku tidak boleh terlalu kasar padanya. Maka sepertinya aku ijinkan saja besok ia bertemu dengan Ara.' batinnya."Jadi bagaimana? Apa aku diijinkan?" tanya Xena denga nada lembut,
Deg.'Aku memang tahu dan mendengar perkataan itu juga dari pengacara Ilham. Aku jadi sedikit curiga atas pengaduan Ara.' batinnya."Ara, apa menurutmu aku harus ke pengacaraku?" Tanyanya.Seorang wanita cantik dengan rambut Curly berwarna blonde tengah duudk santai di dekat kolam renang, ia tersenyum miring saat mendengar apa yang dikatakan oleh orang suruhannya tersebut untuk mencari tau informasi mengenai istri dari mantanya tersebut, yang tak lain adalah Xena."Jadi dia adalah keponakan dari Pak Ardi. Sepertinya aku tidak asing dengannya, siapa Ardi ini ya? Apakah dia seseorang yangh spesial disana?" Gumamnya.Ia bangkit dan berdiri seraya bersedekap dada. "Tapi, itu tidak penting. Yang penting aku harus melancarkan aksiku, karena aku telah mendaftar informasi mengenai Xavier beberapa tahun yang lalu. Dia pernah membantai satu keluarga dan ini bisa aku jadikan sesuatu untuk mengecoh istrinya tersebut." Monolognya dengan senyuman licik.Ia memerhatikannya orang suruhannya yang masi
"Ada apa?" Tanya Xavier."Em ... Itu, sepupu dari Bu Xena sudah datang."Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh sang asisten tersebut, membuat Xena pun langsung bangkit dan berjalan menuju ke pintu itu, lalu berdiri tepat di samping sang suami."Ara sudah sampai? Dia sudah Disini? Dimana dua sekarang, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya." Ucapnya yang girang."Dia ada di ruang tamu dengan Pak Lucas.""Aku segera kesana." Sahut Xena dengan antusias.Baru selangkah ia maju, namun tangannya sudah di tarik oleh sang suami yang berhasil membuatnya menoleh kearah sang suami."Kamu tidak boleh kesana." Ucap Xavier dengan nada dingin.Wajah Xena langsung berubah jadi murung. "Kenapa? Bukannya aku boleh bertemu dengannya.""Iya, tapi tidak kesana."sahut Xavier, lalu melihat kearah Sang asisten tersebut dan berkata."Kamu bawa saja Ara dia kesini, agar menemani Xena di kamar saja ya.""Biak, Pak.""Oiya, jangan lupa. Bawakan makanan juga untuk dia disini ya." Lanjut Xavier."Baik, Pak
Pukul 16.00. Seluruh murid SMA Pendidikan Bangsa keluar dari kelas mereka masing-masing dan segera menuju ke pintu gerbang sekolah. Termasuk gadis cantik berambut sebahu yang tak lain adalah Arabelle.Gadis itu berjalan menuju halte yang berada tak jauh dari gerbang sekolah. Ia duduk di halte tersebut bersama dengan anak murid lainnya yang menunggu bus melintas didepan sana.Tiba-tiba, mobil berwarna silver menghentikan mobilnya di dekat halte tersebut. Yang membuat semua pandangan murid itu itu tertuju pada mobil itu.Seseorang keluar dari mobil tersebut, ia tampan dan berjaa hitam senada dengan celana yang dikenakannya.Ara langsung berdiri begitu mengetahui kala seseorang tersebut adalah Lucas sang asisten dari Xavier. Yang pastinya ia kenal orang itu. Lucas Berjalan menghampirinya dna menghentikan langkahnya tepat didepan wajah nya."Siang Ara." Sapa Lucas dengan senyuman ramah di wajah tampannya.Arabelle mengangguk. "Iya selamat siang, ada apa ya? Mau cari papah saya lagi? Dia s