Hallo ... Tetap ikuti kelanjutannya Sampai end'ya 😊🙏 thanks for support guys 🥰❤️
“Nggak, saya tidak mau! Saya bukan penguntit!”Terdengar suara teriakan dari ujung koridor tersebut, membuat Xavier pun segera kesana.Matanya langsung melebar, melihat Xena yang digeret paksa oleh security dan ada sekretarisnya juga disana.“Hey. Stop!”Teriakan Xavier pun membuat mereka semua menoleh kearahnya secara bersamaan.Lelaki tampan dengan tinggi lebih 180 cm itu berjalan mendekati mereka dan berdiri tepat didekatnya.“Siapa yang menyuruhmu untuk mengusir gadis ini?” tanya Xavier pada security itu.“Bu Veronika, Pak.” jawabnya.Atensinya pun langsung tertuju pada sang sekretaris yang berdiri tak jauh darinya.“Dia penguntit, Pak. Sedari tak dia mengikuti Bapak sampai ke ruangan ini,” sahut Veronika yang masih kekeh kalau Xena ini seorang penguntitPerkataan Veronika jelas membuat Xena langsung menggeleng.“Lepaskan gadis ini.” titahnya pada security itu.Dengan cepat Xena pun dilepaskan oleh security itu dan membuatnya sedikit berjalan mendekati Xavier, masih dengan detak ja
Xavier mengangguk dan segera melepaskan jabat tangan tersebut. ‘Senyuman kamu juga manis, Xena. Ah ... kamu benar-benar membuatku benar-benar jatuh cinta bahkan saat pertama kali melihatmu.’ batinnya.Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu membuat lamunan Xavier yang sedari tadi memerhatikan Xena pun mengalihkannya. Ia langsung menoleh kearah pintu ruangannya.“Masuk.” ucapnya.Seorang laki-laki pun masuk ke dalam ruangan itu seraya membawa berkas miliknya yang tak lain adalah Lucas. Lucas terkejut, karena terjayata wanita itu masih bersama bosnya di ruangan ini."Ada apa, Lucas?"Pertanyaan itu membuyarkan pandangnya, maka ia pun segera berjalan menuju Xavier.“Saya bawa seluruh berkas hasil meeting dua hari yang lalu, Pak.”“Oke, kamu taruh diatas meja saya, nanti akan saya cek," jawabnya.Lucas mengangguk, lalu menaruh berkas itu diatas meja kerja Xavier. Lalu ia segera bergegas menuju pintu keluar.“Lucas,” panggilan Xavier pun menghentikan langkahnya dan menoleh.“Iya Pak. Ada yang
'Kacau. Ada apa dengan pikiranku ini. Hampir saja aku tadi menciumnya. Oke, harus tahan dulu untuk melakukan itu padanya.’ batinnya.Veronika masuk dan membawa berkas kearah Xavier. Ia berdiri tepat didepan meja kerja tersebut.“Maaf, Pak. Saya bawa beberapa berkas yang harus Bapak tanda tangani.” ucapnya.“Oke, mana saja yang harus saya tanda tangani?” tanyanya seraya mengambil bolpoint disaku jasnya.Veronika pun membuka beberapa lembar tersebut dan memberitahu kepada Xavier.Disaat Xavier tengah menandatangani berkas-berkas itu, Xena masih mengatur napasnya namun ia mulai melirik kearah Xavier beberapa kali dan membatin dalam relungnya atas apa yang akan Xavier lakukan padanya tadi.‘Belum bekerja disini saja, aku hampir dilecehkan. Bagaimana kalau sudah bekerja disini nanti? Apa yang harus aku lakukan, apakah aku tetap akan menerima bekerja disini?’Xavier telah selesai menandatangani beberapa berkas tersebut. “Ada lagi yang harus saya tanda tangani?”“Tidak, Pak. Hanya itu saja, k
“Apa itu Om?”“Selama kamu bekerja disini, kita jangan pernah terlihat dekat atau kenal sekali pun. Anggap saja kita kenal, kamu mengerti kan maksud Om?”Xena mengangguk, karena ia tahu maksud dari Ardi adalah untuk melindungi dirinya dari pelaku pembantaian tersebut.Ardi sudah mengatakan ini sejak dulu, dan menurut Xena apa yang dilakukan Ardi itu memang benar, ia harus menyembunyikan identitas aslinya.“Bukan Om tidak mengakui kamu sebagai keponakan Om, tapi ini demi kepentingan kita semua, Xena. Kamu paham kan?”“Iya, Om. Xena mengerti.”Ardi tersenyum seraya mengangguk kecil. “Yasudah, kalau begitu kamu hati-hati ya.” ucapnya yang dianggukan oleh Xena..*****Di ruang kerjanya, Xavier masih memikirkan wajah cantik Xena. Ia duduk disofa seraya memainkan dagunya dengan jari-jemarinya.“Aurellia Xena. Tidak asing nama itu bagiku, seperti aku pernah mendengarnya. Tapi siapa?” gumamnya.Xavier membenarkan posisinya dan mengambil foto ukuran 3x4 milik Xena, lalu ia perhatikan lagi wajah
Di rumah mewah bernuasa Gold dipadu dengan warna hitam dan putih, seorang laki-laki tengah duduk santai di dekat balkon kamarnya, ia tengah menghebuskan kepulan asap yang baru saja ia hirup dari vape tersebut.“Aurellia Xena. Benar-benar nama yang tidak asing bagiku.” gumam Xavier.Ia bangkit dari posisinya dan segera berjalan menuju kasur lalu mengambil ponselnya yang berada disana.Ia mengetikkan sesuatu diponsel tersbeut dan mengirimnya pada Lucas, Assisten pribadinya.Ting.Tak sampai satu satu menit, Lucas telah membalas pesan darinya, dengan cepat ia pun langsung membuka pesan tersebut yang berbunyi.||Lucas(“Saya tadi sudah bertanya pada Sella, Pak. Dan Sella berkata kalau ponsel Xena tengah rusak maka dari itu ia tidak mencantumkan nomor ponselnya di lamaran kerja tersebut.”)Xavier menaruh ponselnya, lalu mendengus pelan. “Apa aku harus membelikannya?” gumamnya. Namun dengan cepat, ia menggeleng.“Tidak. Aku tidak mau memperlihatkan kalau aku mulai tertarik padanya. Aku haru
“Lucas ... Lucas!”Ruangan Lucas yang memang bersebelahan dengan Xavier tidak diberi pengedap suara dan sudah pasti teriakan Xavier pun terdengar jelas di telingannya, hingga ia pun dengan cepat bangkit dan seger keluar dari ruangannya untuk menemui sang bos.“Iya Pak. Maaf, ada yang bisa saya bantu?”“Kenapa ruangan saya bisa terbuka olebar seperti ini?” tanya Xavier dengan nada menahan emosi.Lucas pun langsung menoleh kearah ruangan sang bos yang memang sudah terbuka lebar. Dan tidak ada orang didalam.“Maaf, Pak. Saya tadi sudah menyuruh Xena untuk memberikan kuncinya pada saya kalau dia sudah selesi membereskan ruang kerja Bapak, mungkin dia lupa, Pak.”“Kamu cari Xena sekarang dan bawa ke ruangan saya,” titahnyaLucas pun langsung mengangguk. “Baik, Pak.” jawabnya dan langsung menuju lift ke lantai bawah untuk mencari Xena.'Xena, Kenapa ia bisa teledor seperti ini. Aku yakin, pasti dia kelupaan akan pesan ku tadi. Kasihan, pasti nanti dia akan dimarahi oleh Pak Xavier.' batinny
Pukul 12:00. Waktunya para karyawan di perusahaan tersebut memasuki jam makan siang.Para OB yang lain pergi menuju ke kantin untuk makan siang, sedangkan Xena yang belum memiliki teman, memilih untuk berdiam di perti itu dan lagi ia memang membawa bekal dari rumah yang sudah ia siapkan tadi.Gadis itu membuka kotak bekal yang ia letakkan di meja serta sebotol air mineral.Sebelum makan ia membaca do’a terlebih dahulu, setelahnya mengambil sesendok nasi serta lauk yang ia bawa di bekal itu dan siap akan menyantapnya. Namun secara tiba-tiba, seseorang membuka pintu ruangan itu, yang membuatnya pun mengurungkan niatnya untuk makan.Xena menaruh kembali sendok tersebut dan tertuju pada pintu tersebut.“Om Ardi,” gummanya begitu tahu yang masuk ke ruangan itu adalah sang paman.Ardi berjalan mengendap-endap menuju Xena dengan membawa sebungkus nasi kotak untuk keponakannya tersebut. Ia menarihnya di meja tersebut.“Ini makanan untuk kamu, Xena.” ucapnya dengan mempelankan volume suaranya.
Lift terbuka, mereka pun berjalan menuju ke ruangan Pak Xavier. Dan jelas saja itu dilihat oleh Veronika dan karyawan yang lain dan membuat mereka pun bertanya-tanya.Pandangan mereka, membuat Xena mengerti kalau mereka kini tengah membicarakan tentang dirinya. Tapi Xena mencoba tetap tenang, dan benriat dengan tujuan awal ia ke tempat ini hanya untuk bekerja tidak ada yang lain.Mau seberapa banyak orang menbicarakannya, ia tak peduli.Lucas mengetuk pintu ruangan Xavier.“Masuk.”Suara sahutan Xavier dari dalam membuat Lucas pun membuka pintu tersebut dan mempersilhkannya untuk masuk.“Terima kasih, Pak.” ucap Xena yang ditanggapin senyuman manis oleh Lucas.Xena pun masuk ke dalam ruangan itu dan berjalan menuju Xavier yang masih sibuk didepan meja kerjanya.Ia mengetik seseuatu pada laptop berlogo apel tersebut dengan beberapa kertas yang bererakan dilantai dan juga dimeja.“Maaf. Bapak manggil saya?”Xavier menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu menoleh kearah Xena. Seketika dah