"Ma, coba Mama lihat ini. Mas Evan pulang sendirian sementara mbak Amanda justru bersenang-senang di pantai," ucap Evelyn, mengadu pada sang mama setelah dia melihat media sosial milik Luna.Amanda sudah membuat kekacauan di dalam keluarga mereka, tapi wanita itu sedikitpun tidak menunjukkan rasa penyesalan justru sedang asyik menikmati hidupnya sendiri.Mama Geni juga melihat dengan jelas foto yang ditunjukkan oleh sang anak, Amanda nampak tampil berani dengan bikini yang digunakan. Padahal selama ini Amanda selalu mengenakan pakaian yang tertutup."Apa Evan tahu tentang foto ini?" tanya mama Geni."Aku tidak tahu Ma, akhir-akhir ini aku jarang sekali bicara berdua dengan mas Evan. Bahkan saat berada di kantor saja dia melarangku untuk datang ke ruangannya," adu Evelyn, "Aku juga mau pergi berlibur Ma, aku mau belanja sepuasnya," rengek Evelyn.Dia sungguh merindukan kehidupannya yang dulu, sebelum ada prahara rumah tangga sang Kakak yang juga membuat hidupnya ikut terganggu."Berhen
Suasana jadi terasa hening setelah Austin mengucapkan pertanyaan tersebut. Bagaimana jika kamu termasuk juga dalam bagian hidupku?Amanda butuh waktu lebih lama untuk mencerna kalimat tersebut, hingga keduanya jadi saling pandang tanpa ada kata-kata lagi. Dan sebelum Amanda sempat berucap, Austin sudah lebih dulu buka suara. "Aku ceritakan sedikit tentang hidupku yang mungkin bagimu tidak menarik," ucap Austin. Amanda jadi makin terdiam saat mendengar hal tersebut. "Di masa lalu aku pernah sangat mencintai seorang gadis tapi kami tidak berhasil bersama. Beberapa tahun ini aku menutup hidupku dan hanya fokus pada pekerjaan. Lalu tuan Sanjaya mengenalkan kita dan aku ikut aktif dalam gerakan sosial yang kamu adakan."Cerita itu terus bergulir seperti sebuah dongeng bagi Amanda. Bagi Austin juga merupakan hal baru saat dia masuk ke dunia yayasan anak yang Amanda bangun.Sudut pandangnya berubah, jiwanya tergerak untuk membantu dengan tulus. Dia tak layak mengeluh sementara hidup anak
Selesai sarapan Amanda ingin mereka segera kembali ke Yayasan, lagipula tuan Austin hari ini pun berencana untuk pergi kembali ke kota Servo."Naik mobilku, biar Luna mengendarai mobilnya sendiri," titah Austin."Maaf Tuan, tapi aku dan Luna bergantian membawa mobil. Perjalanannya cukup jauh," tolak Amanda."Tidak apa-apa Nyonya, saya baik-baik saja. Silahkan pulang bersama tuan Austin," sahut Luna yang ikut buka suara.Luna mana paham jika nyonya Amanda masih dalam misi menjauh dari sang tuan muda. Alhasil Amanda jadi menatap begitu tajam ke arahnya.Austin juga langsung membuka pintu mobilnya memberi isyarat Amanda untuk segera masuk, jika sudah seperti ini Amanda tak mampu menolak lagi. Semuanya akan terasa semakin canggung jika dia terus berkilah.Apalagi saat ini bukan hanya ada mereka berdua, tapi juga ada Luna.Setelah bersepakat akhirnya dua mobil itu mulai meninggalkan area Villa. Mobil Luna melaju lebih dulu, sementara Austin sengaja memperlambat mobil agar mereka memisahkan
2 Minggu berlalu dan belum ada tanda-tanda bahwa Amanda akan kembali. Mama Geni selalu melihat Evan yang berubah jadi begitu pendiam.Sebuah pemandangan yang membuat mama Geni jadi semakin sakit hati, sebab karena Amanda lah anaknya jadi berubah seperti ini."Van, apa kamu tidak ingin menemui Aska?" tanya mama Geni, dia mendatangi ruang kerja sang anak. Sudah berada di rumah Evan tetap mengurung dirinya di tempat ini, bukannya bergabung dengan dia dan sang adik.Beberapa waktu lalu mama Geni memang sempat mengusir Seria dari rumah ini, tapi beberapa hari kemudian dia langsung menjelaskan bahwa perbuatannya itu hanya lah sandiwara.Seria langsung bisa memahaminya, meskipun dia merasa sakit hati tapi tak mungkin mampu mengungkapkannya.Seria bahkan harus pasrah ketika mama Geni pun memutuskan untuk menjauhinya agar tidak membuat Amanda marah. Secara diam-diam mereka masih terus berkomunikasi melalui sambungan telepon.Seria selalu mengeluhkan bahwa Aska tak pernah bertemu ayahnya, tiap
"Mas," sapa Amanda dan tubuhnya langsung ditarik hingga masuk ke dalam pelukan Evan.Luna yang ada di sana segera menyingkir secara perlahan, keluar lebih dulu dan menunggu di tempat lain. Sungguh, dia tidak merasa terharu sedikitpun dengan pertemuan tersebut, justru merasa muak juga.Sekitar 3 bulan meninggalkan kota Servo, tidak membuatnya benar-benar kehilangan kabar tentang kota ini. Luna juga tahu jika selama itu pula tetap saja ada pertemuan diantara Evan dan Seria."Aku sangat merindukan mu, Sayang," ucap Evan, tak mampu dia tahan lagi segala perasaan yang menggebu. Dia memeluk Amanda erat sekali, juga berulang kali menciumi puncak kepala sang istri.Sementara Amanda tak bisa mundur, tubuhnya benar-benar terkunci."Mas, aku tidak bisa bernafas," ucap Amanda lirih, barulah Evan bisa melepaskan pelukannya tersebut. Tersenyum lebar saat melihat sang istri kini telah berdiri di hadapannya, Amanda telah pulang dan ini semua bukan mimpi."Ayo kita pulang sekarang," ajak Evan dengan b
Kabar kepulangan Amanda sampai pula di telinga Seria. 3 bulan selama Amanda pergi dia tak berhasil mendapatkan Evan kembali dan sekarang wanita itu telah muncul membuat perasaannya makin tak tenang.Ditatapnya Aska yang sedang asik bermain sendiri. "Aska, apa kamu tidak ingin menginap di rumah papa?" tanya Seria."Tentu saja mau, Mama ingin mengajakku ke sana?" balas Aska dengan antusias, dia bahkan langsung meninggalkan semua mainannya dan mendekati sang ibu.jika menyangkut tentang sang ayah, Aska selalu merasa begitu antusias. Sebab mereka tak memiliki banyak waktu bersama, jadi jika ada kesempatan untuk bersama maka tak akan pernah Aska sia-siakan."Tidak, mintalah papa datang untuk menjemput mu. Katakan kamu sangat ingin tidur bersamanya malam ini," jelas Seria.Dia harus melakukan segala cara untuk membuat Evan dan Amanda tidak tidur bersama, hanya Aska satu-satunya senjata yang dia punya. "Ambil ponsel mu di kamar, kita hubungi papa sekarang," titah Seria kemudian.Seria tidak
Mobil milik Evan mulai keluar dari area rumah Seria, Amanda melihat sekilas ke arah wanita di luar sana, melihat Seria yang membatu. Memang benar, dalam perselingkuhan itu bukan hanya Seria yang salah, tapi Evan juga. Namun kini Seria pun telah menyiapkan pembalasannya tersendiri untuk sang suami. "Aska, apa tante Amanda membuatmu takut?" tanya Amanda, nada bicaranya lembut sekali. Sebab dia memang sedikit pun tidak menaruh benci pada anak ini. "Tidak, Tante," balas Aska dengan kepala yang menunduk. Duduknya pun lebih menempel pada sang ayah, padahal mereka bertiga sama-sama duduk di tengah. Aska sebenarnya memang tidak begitu takut, namun dia hanya merasa sungkan. Apalagi selama ini mama Seria selalu mengatakan padanya bahwa Tante Amanda adalah wanita yang jahat dan suka memukul anak kecil. Jadi Aska harus menjaga jarak. "Aska, Tante Amanda juga adalah ibu mu. Jadi kamu tidak perlu takut seperti ini," jawab Evan, dia juga menyadari bahwa sang anak merasa takut dengan istrinya te
Bagi Evan ciuman singkat ini sangat mendebarkan, seperti titik balik dari semua permasalahan rumah tangganya. Sehancur apapun itu pada akhirnya mereka akan tetap bersama. Ciuman singkat namun memiliki banyak arti, tapi tidak bagi Amanda. Ciuman tersebut tidak memiliki arti apapun baginya, semuanya terasa hambar, sebab hatinya telah mati rasa.Setelah mencium bibir sang istri, Evan pun mengelus lembut kepala Amanda. Malam ini sangat membahagiakan untuknya."Tidurlah," titah Evan dan Amanda langsung memejamkan kedua matanya. Berharap malam segera berlalu.Saat pagi menyapa, Aska merasa enggan untuk dimandikan oleh Amanda. Bukan takut atau apapun, tapi dia merasa begitu malu. Jadi segala urusan Aska diserahkan oleh pengasuh Aska yang memang telah disiapkan oleh mama Geni.Disaat Aska tengah memakai baju, mama Geni menghampiri dengan perasaan yang begitu penasaran. "Aska, apa semalam Tante Amanda memperlakukan mu dengan baik?" tanya mama Geni."Iya Oma, Tante Amanda sangat baik. Kami ber