Share

Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai
Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai
Penulis: MR_7980

Permintaan Cerai Nandia

Hari ini, para pelayan kediaman keluarga Hadiwijaya sibuk bekerja keras.

Danu Hadiwijaya, tuan mereka, akan segera pulang setelah melakukan perjalanan bisnis yang panjang.

Di ruang tamu, duduk dengan anggun selagi menatap ponselnya, Nandia Amelia menunggu kedatangan sang suami dengan wajah sendu.

“Nyonya, Tuan sudah datang,” ucap seorang pelayan, membuyarkan lamunan wanita itu.

Langsung berdiri dari kursinya, Nandia berjalan menghampiri pintu utama. Dari sana, dia melihat sebuah mobil melesat masuk melewati gerbang, mengitari air mancur tengah taman, lalu berhenti tepat di tangga lobi kediaman.

Saat pintu mobil mewah itu terbuka, seorang pria berkaki jenjang dan bertubuh dibalut jas hitam turun. Aura kekuasaan dan dominan menguar kuat dari dirinya.

Itulah dia, Danu Hadiwijaya, pemimpin perusahaan XYZ yang sempat menjadi pria bujangan paling menggiurkan di negara tersebut. Dia juga suami Nandia.

“Mas,” sapa Nandia seraya meraih tas kerja di tangan Danu. “Kau ingin makan dulu atau langsung man—”

“Ganti pakaianmu dan tunggu di kamar,” potong pria itu dengan suara rendah sebelum langsung berjalan meninggalkannya ke lantai atas.

Walau untuk sesaat ekspresi Nandia tampak terkejut, tapi hal itu hanya bertahan sekilas. Karena detik berikutnya, dengan tenang dia berkata kepada salah seorang pelayan, “Tuan lelah, bereskan saja makanan di meja makan dan hangatkan kalau dia memintanya nanti.”

Usai menurunkan perintah itu, Nandia gegas melangkah ke lantai atas untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia tahu betapa sang suami tak suka dibantah, jadi lebih baik tak banyak bertanya mengenai apa yang terjadi dan menurut saja.

Setelah mengganti pakaian dan menunggu beberapa saat di kamarnya, tak berapa lama pintu terbuka dan Danu pun masuk ke dalam ruangan.

Nandia melihat pria itu hanya mengenakan handuk yang terlilit di pinggang, mempertontonkan ototnya yang sempurna.

Saat Nandia berniat untuk berdiri dan menghampiri, tak disangka Danu berjalan mendekat dan malah mendorongnya ke tempat tidur. Pria itu mulai menciumnya dengan buas, tak sedikit pun memberinya napas.

Beberapa bulan dinas di luar kota sepertinya membuat Danu semakin bergairah, dan Nandia tak mampu mengimbangi.

Aneh, biasanya Danu tidak seperti ini. Walau pria dingin ini memang hangat di atas ranjang, tapi … tidak pernah sepanas ini!

“Mas …!” panggil Nandia dengan sedikit meringis, merasakan Danu menyatukan diri dengannya secara paksa.

Namun, pria itu seakan tuli dan tidak peduli, menyebabkan air mata Nandia mengalir dalam saat Danu menghentakkan diri dalam.

Berkali-kali mereka melakukannya, tapi hanya ketika pagi menyingsing, barulah Danu melepaskan Nandia.

Saat Danu selesai membersihkan diri, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia mengangkatnya.

“Ada apa, Diana?”

Diana, nama itu bagaikan belati yang menusuk hati Nandia.

Bukan tanpa sebab, melainkan karena nama tersebut adalah nama teman masa kecil Danu sekaligus wanita yang sempat dijodohkan dengannya oleh sang ibu. Sayang, karena kehadiran Nandia, juga pernikahannya dengan Danu, perjodohan keduanya pun harus berakhir.

Walau demikian, bahkan setelah Nandia telah menjadi istri Danu untuk tiga tahun lamanya, tak pernah pria itu memperlakukan dirinya selembut Diana.

Seperti sekarang.

“Aku mengerti. Aku akan segera ke sana. Tunggu.”

Gegas mengenakan pakaiannya, Danu langsung berniat meninggalkan ruangan.

“Mas mau ke mana?” tanya Nandia, yang telah mengenakan seluruh pakaiannya lagi.

Menatap Nandia sekilas, Danu kembali mengalihkan pandangan ke jam tangannya. “Apa urusanmu?”

Dijawab seperti itu, Nandia tersenyum pahit. “Bukankah aku istrimu?”

Detik itu, Danu membeku untuk sesaat, sebelum kemudian lanjut berusaha mengenakan jam tangannya.

Selesai mengenakan jam tangan itu, Danu meraih jasnya, lalu membuka pintu.

“Kamu akan menemui Diana?”

Langkah Danu terhenti. Pria itu pun menghela napas, lalu berbalik dan menatap Nandia. “Uang bulanan bulan ini sudah kukirimkan. Gunakanlah sesukamu,” ucapnya. “Kalau misalkan kurang, cukup katakan langsung. Tidak perlu berbelit.”

Mendengar balasan suaminya itu, ekspresi Nandia berubah diselimuti rasa tidak percaya.

Apa ini masalah uang bulanan? Apa Danu mengira bahwa kali ini Nandia secara frontal mempertanyakan kepergiannya menemui Diana karena uang bulanan yang dikirimkan olehnya kurang? Apa pria itu menganggapnya sebagai pelacur yang sedang menuntut bayaran?!

Karena tidak ada balasan dari Nandia, Danu yang kentara tidak lagi sabar menunggu pun berkata, “Aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa, hubungi saja sekretaris—”

“Mas, mari kita bercerai.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status