Share

[Gratis] Bab 127. Panggil Sayang

Hallo, jadi bab sebelumnya tuh sempet ada yang eror, tapi sudah diperbaiki ya. Nah, karena itu author mau kasih spesial buat bab ini gratis … so stay terus di novel ini ya.

***

Sean terus menguping dan berusaha memastikan siapa orang di luar kamar dengan berjalan sambil berjinjit menuju ke pintu untuk melihat seseorang diluar dari lubang intip.

"Siapa?" tanya Evelyn dengan suara sangat pelan.

Namun, saat sedang mengintip ke luar, Sean sama sekali tak melihat siapa pun di depan pintu.

"Tidak ada siapa-siapa," sahut Sean sambil mengangkat bahunya sekilas. "Mungkin kita salah dengar."

Evelyn menghela napas dalam, mendadak merasa tidak nyaman dengan situasi yang membuat mereka harus terus menghindar dari kejaran atasan Daren.

"Sayang, aku tidak nyaman dengan situasi ini," ungkap Evelyn yang dari wajahnya terlihat jika ia sedang merasa tidak senang.

"Apa katamu barusan?" tanya Sean seraya mendekatkan telinganya pada Evelyn.

"Aku tidak nyaman dengan situasi ini." Evelyn mengulanginya lagi.

"Bukan yang itu, tapi yang sebelumnya."

Evelyn menatap keatas seraya mengernyitkan kening. Ia berusaha mengingat ucapan yang Sean maksud.

"Aku benar-benar tidak ingat," balas Evelyn.

Bukannya menjawab, Sean malah tersenyum. Ia menyambar tubuh Evelyn, lalu menggendongnya.

"Apa yang kamu lakukan? Cepat turunkan aku!" seru Evelyn sambil tertawa geli.

"Setidaknya katakan sesuatu yang bisa membuatku senang," timpal Sean seraya sesekali menggelitik istrinya itu.

Evelyn berusaha memikirkan apa yang suaminya itu mau, sampai ia teringat pada satu kata yang bisa membantunya melepas genggaman tangan Sean.

"Sayang?" Evelyn menatap Sean lekat.

Sean seketika tersenyum lebar, ia menghempaskan tubuh Evelyn ke kasur, lalu merangkak ke atasnya.

"Kenapa kamu begitu pelit? Mengatakan hal seperti saja sangat sulit!" protes Sean yang napasnya terus berhembus di wajah Evelyn.

"Itu, aku hanya belum terbiasa," jawab Evelyn yang wajahnya memerah. Jarak mereka terlalu dekat, bahkan posisi Sean membuat istrinya menjadi gagal fokus.

"Kalau begitu mulai besok panggil aku sayang! Jika tidak, akan kubuat kamu lemas setiap hari." Sean menatap Evelyn lekat.

Evelyn yang jantungnya sudah berdebar kencang langsung menutup mata saat Sean semakin mendekat. Namun yang terjadi selanjutnya malah membuat perempuan itu kesal.

Ya, Sean malah menghempaskan tubuhnya ke samping Evelyn yang tengah berbaring. Membuat perempuan itu merasa sedikit kecewa.

"Ah, hari ini benar-benar melelahkan," keluh Sean sambil melirik Evelyn.

Evelyn yang semula merasa diberi harapan, mendadak kesal saat tahu Sean malah tak melakukan apa pun padanya. Ia segera menggeser posisi dan membelakangi Sean.

Sean yang tidak mengerti dengan situasi tersebut sampai dibuat kebingungan. Segera ia memeluk sang istri dari belakang.

"Kenapa membelakangiku?" bisik Sean tepat di telinga Evelyn.

Namun bukannya menjawab, Evelyn malah berusaha melepas pelukan Sean.

"Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Sean yang kini lebih memilih untuk duduk dan pindah ke hadapan Evelyn.

"Entahlah," jawab Evelyn, ketus.

"Jangan diam saja. Aku tidak tahu apa salahku jika kamu terus begini."

Namun, Evelyn yang terlanjur hancur mood-nya, memilih untuk memejamkan mata agar bisa cepat tidur.

Sean terus memeluk Evelyn, sesekali mengecup kening sang istri dengan penuh kasih sayang, tetapi hal itu tidak merubah perasaan kesal Evelyn padanya.

Tidak kehilangan akal, Sean menggendong Evelyn lagi, tetapi kali ini menuju kamar mandi.

Sean menghidupkan shower meski keduanya masih memakai pakaian. Pakaian tipis dan basah membuat lekuk tubuh keduanya tercetak dengan jelas. Momen tersebut semakin terasa manis saat secara perlahan Sean menunjukan keahliannya dalam menyenangkan Evelyn.

Pada akhirnya, kedua insan yang sedang dimabuk cinta itu memutuskan untuk tidur karena kelelahan setelah menyelesaikan urusan mereka.

***

Terik sinar matahari pagi menyinari kulit dua orang yang hanya berbalut selimut tipis itu. Sean terbangun lebih dulu, meski begitu ia tak beranjak dan hanya terdiam sambil menatap Evelyn yang masih terlelap.

Pria itu seakan terpana melihat kecantikan alami yang dimiliki sang istri.

"Kenapa kamu terus menatapku?" tanya Evelyn yang baru saja terbangun.

"Sedang menikmati keindahan yang tuhan ciptakan," balas Sean.

Wajah Evelyn memerah, ia tidak tahu sejak kapan sang suami menjadi pandai merayu begitu.

Saat Evelyn hendak beranjak, mendadak ponselnya berbunyi. Sebuah nomor tak dikenal terpampang di layar.

Segera Evelyn mengangkat panggilan telepon tersebut dengan di loud speaker.

"Ya, dengan siapa?" tanya Evelyn, waspada.

"Ini aku, Daren. Katakan pada suamimu jika ada sesuatu yang harus ia selesaikan."

Sean yang mendengar ucapan Daren itu hanya bisa mengerutkan alis, sampai mendadak terdengar keributan di balik telepon yang mana sesekali suara seseorang menyebut nama Sean.

Evelyn dan Sean saling pandang sambil mengerutkan alis.

"Sial, padahal aku hanya ingin bulan madu ini berjalan lancar," gerutu Sean sambil beranjak, mengenakan pakaiannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status