"Apa kamu tidak tahu sopan santun? Di mana Evelyn? Katakan pada istrimu jika atasannya ingin berbicara," hardik pria itu.Sean tak menyangka jika dirinya yang merupakan seorang Presdir dari perusahaan ternama malah dihardik oleh karyawan rendahan yang bahkan bertemu seorang Presdir saja mungkin belum pernah."Kamu pikir dirimu itu siapa? Berani sekali membentakku!""Aku atasan istrimu! Apa kamu ingin istrimu kupecat hanya gara-gara memiliki suami kurang ajar sepertimu?" timpal atasan Evelyn tersebut.Sean benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan sikap kurang ajar pria di balik telepon itu."Oh, lihat saja sampai–" Mulut Sean di bungkam oleh Evelyn yang khawatir jika sang suami membocorkan identitasnya."Jangan diteruskan! Kamu bisa membongkar identitasku," bisik Evelyn yang langsung merebut ponselnya kemudian mematikan panggilan telepon tersebut.Sean masih terlihat kesal, meski begitu ia lebih memilih diam daripada harus bertengkar dengan Evelyn."Kenapa kamu harus berpura-pura sepe
Evelyn langsung menghirup udara sekitarnya dengan sangat bersemangat."Ah, oksigen Hawai," ucap Evelyn sambil memejamkan mata, ia tampak begitu menikmatinya.Sean tersenyum senang, setidaknya dengan sesuatu yang tidak seberapa itu bisa membuat Evelyn sedikit melupakan rasa mual yang membuat tubuhnya terasa lemas.Evelyn berlarian kecil di sekitar pantai, ia benar-benar merasa senang menginjakan kaki di Hawaii."Apa kamu menginginkan sesuatu saat ini?" tanya Sean yang ikut merasa bahagia melihat tawa Evelyn."Aku ingin berkeliling pulau dengan menaiki mobil atap terbuka," jelas Evelyn seraya menatap Sean lekat, berharap suaminya itu mau menuruti apa yang ia inginkan.Keinginan Evelyn bukanlah sesuatu yang sulit bagi Sean, tetapi mobil dengan atap terbuka akan membuat sang istri mudah kena flu akibat terus terkena angin."Kenapa tidak menaiki mobil biasa saja?" tanya Sean yang berharap sang istri akan berubah pikiran."Sudah lama aku ingin naik mobil atap terbuka di Hawaii, kenapa kamu b
Meski begitu, Sean lebih memilih diam daripada nantinya Evelyn malah berubah pikiran.Hingga kini keduanya sudah berada di dalam pesawat."Akhirnya," gumam Evelyn seraya mengelus dada.Sean masih menahan untuk bertanya sebelum pesawat lepas landas. Ia sangat cemas jika sang istri malah berubah pikiran dan meminta turun dari pesawat.Tak berselang lama, pesawat pun lepas landas."Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Sean yang kini jauh lebih santai, tidak setegang tadi."Kelvin …" Evelyn menghela napas sebelum memalnjutkan ucapannya. "Dia sempat terperosok ke sungai. Tidak ada luka fatal, hanya saja Kelvin menjadi shock dan sangat membutuhkan kita sekarang."Mendengar hal tersebut Sean yang semula tenang mendadak bergejolak lagi. Tidak menyangka jika Kelvin akan mengalami hal menakutkan seperti itu."Apa yang Nicki lakukan sampai Kelvin bisa terperosok ke sungai seperti itu?!" protes Sean sambil mengepalkan tangan saking kencangnya."Tidak perlu emosi begitu, mereka mengawasi dari
Sean yang penasaran langsung meraih amplop coklat itu dan melihat isinya."Bisa-bisanya mereka mengantarkan diri sendiri seperti ini." Sean tampak begitu bahagia melihatnya."Benar, ternyata aku tidak perlu bersusah payah," sahut Evelyn yang merasa jika jalannya kali ini akan berjalan lebih lancar.Evelyn merasa mendapat kebahagiaan bertubi-tubi, setelah kehamilannya, kini ia malah mendapati fakta jika Win Company sedang berada dalam krisis keuangan yang mengharuskan perusahaan milik keluarga Winston itu sampai mengemis meminta Blue Company untuk menjadi investornya.Karena hari itu penuh kebahagiaan, Evelyn pun berniat untuk mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah. Hanya sekedar orang-orang rumah dan beberapa kerabat saja."Kak Evelyn, selamat atas kehamilannya. Aku tidak menyangka jika semua akan berakhir bahagia ini, jika ingat masa lalu …." Diana menghela napas panjang, ia merasa terharu karena tahu seperti apa perjuangan Evelyn selama ini."Terima kasih Diana, ini semua juga berk
Evelyn tersenyum simpul, karena keadaan sudah seperti ini, maka mau tak mau ia harus segera mengungkapkannya.Lain dengan Evelyn yang tampak begitu santai, atasannya malah terlihat kebingungan benar-benar tak mengerti dengan respon kepala HRD."Kenapa Anda malah bertanya pada Evelyn, Pak?" tanya kepala divisi yang semakin terlihat kebingungan."Kalau begitu katakan saja yang sebenarnya," jawab Evelyn yang terlihat begitu santai."Kenapa kamu semakin kurang ajar, Evelyn?!" hardik kepala divisi sambil mencengkram tangan Evelyn dengan begitu erat.Melihat hal tersebut, kepala HRD seketika langsung beranjak dari tempat duduknya dengan wajah merah padam."Jaga sikapmu! Jangan lancang pada pemilik Blue Company," hardik kepala HRD.Kepala divisi yang semula tampak emosi itu seketika menjadi canggung dan semakin kebingungan."Apa maksudnya ini, Pak? Kenapa Anda tiba-tiba mengatakan tentang pemilik Blue Company?""Perempuan yang kau sakiti itu adalah pemilik baru dari Blue Company! Aku sudah t
"Apa yang Anda lakukan di sini, Pak?" tanya salah seorang senior Evelyn yang berusaha mengalihkan perhatian pria itu."Kalian sudah membuat keributan. Bagaimana mungkin aku tidak kemari!" jawab pria itu.Para senior Evelyn yang semula tampak begitu berkuasa dan angkuh itu mendadak menjadi ciut, seperti anak kucing."Aku tidak senang pada karyawan yang membuat keributan dilingkungan perusahaan. Sebagai hukuman, kalian akan kuberi surat peringatan!" ucap pria itu.Kedatangan pria itu saja sudah membuat mereka ketakutan, ditambah sekarang malah harus mendapat surat peringatan."Pak, maaf, tapi perempuan inilah yang memulainya!" "Benar, Pak, kami bisa bersaksi atas apa yang dia ucapkan. Evelyn memang biang kerok dari permasalahan ini.""Oh, jadi kalian bisa bersaksi? Kalau begitu, bagaimana jika aku memiliki bukti?" ujar pria itu seraya menatap tajam, "lebih baik kalian mengaku sebelum aku menaikan status surat peringatan kalian!"Mendengar hal tersebut, para senior Evelyn pun menunduk l
"Cepat kenakan pakaianmu sekarang!" pinta Sean yang segera membantu Evelyn mengenakan pakaian."Kenapa kamu tidak menjawab? Ada apa sebenarnya?" tanya Evelyn yang mendadak menjadi panik.Sean benar-benar tidak ingin mengatakannya, tetapi karena terlihat sangat penting, Evelyn pun segera menurut saat dituntun menuju ke mobil.Selama perjalanan Sean terus diam, membuat Evelyn semakin kesal pada suaminya itu."Apa kamu sedang merasakan sesuatu?" tanya Sean yang wajahnya terlihat begitu tegang.Evelyn yang masih merasa kesal itu malah mengabaikan pertanyaan Sean. Ia terus memandang keluar saking tidak ingin melihat wajah sang suami.Namun, bukannya membujuk atau berusaha meredam emosi Evelyn, Sean malah terus diam seakan tak merasa bersalah.Perjalanan pun berakhir di rumah sakit, di mana Sean segera memarkirkan mobilnya."Ada apa?" tanya Evelyn yang tampak semakin murka pada Sean.Sean menghela napas dalam, ia berusaha mengatur napasnya, lalu menoleh ke arah Evelyn sambil menatap lekat."
Evelyn memicingkan matanya, berusaha melihat dengan jelas apa yang membuat orang-orang berkumpul di depan kantor.Sean yang merasa tidak enak hati pun berusaha menahan sang istri dengan memegangi tangannya."Apa yang kamu lakukan?" tanya Evelyn seraya mengerutkan alis menatap sang suami."Aku tidak ingin kamu terseret dalam keributan itu, lebih baik ambil cuti untuk hari ini," pinta Sean yang sedang mengkhawatirkan keamanan Evelyn."Kamu terlalu berpikir berlebihan, hanya adu mulut saja, mereka tidak terlihat sedang melakukan sesuatu yang berbahaya," jelas Evelyn yang masih saja berniat untuk keluar.Sean menghela napas dalam, Evelyn memang selalu keras kepala dan tidak waspada. "Kalau begitu, hati-hati. Cepat kembali kemari jika ada sesuatu yang aneh." Meski sudah mengizinkan, Sean tetap tidak rela dan memegang tangan Evelyn dengan begitu erat.Melihat suaminya menjadi begitu sensitif, Evelyn pun lantas berusaha untuk menenangkannya. Perempuan itu mengecup sang suami, lalu memainkan