Evelyn tersenyum simpul, karena keadaan sudah seperti ini, maka mau tak mau ia harus segera mengungkapkannya.Lain dengan Evelyn yang tampak begitu santai, atasannya malah terlihat kebingungan benar-benar tak mengerti dengan respon kepala HRD."Kenapa Anda malah bertanya pada Evelyn, Pak?" tanya kepala divisi yang semakin terlihat kebingungan."Kalau begitu katakan saja yang sebenarnya," jawab Evelyn yang terlihat begitu santai."Kenapa kamu semakin kurang ajar, Evelyn?!" hardik kepala divisi sambil mencengkram tangan Evelyn dengan begitu erat.Melihat hal tersebut, kepala HRD seketika langsung beranjak dari tempat duduknya dengan wajah merah padam."Jaga sikapmu! Jangan lancang pada pemilik Blue Company," hardik kepala HRD.Kepala divisi yang semula tampak emosi itu seketika menjadi canggung dan semakin kebingungan."Apa maksudnya ini, Pak? Kenapa Anda tiba-tiba mengatakan tentang pemilik Blue Company?""Perempuan yang kau sakiti itu adalah pemilik baru dari Blue Company! Aku sudah t
"Apa yang Anda lakukan di sini, Pak?" tanya salah seorang senior Evelyn yang berusaha mengalihkan perhatian pria itu."Kalian sudah membuat keributan. Bagaimana mungkin aku tidak kemari!" jawab pria itu.Para senior Evelyn yang semula tampak begitu berkuasa dan angkuh itu mendadak menjadi ciut, seperti anak kucing."Aku tidak senang pada karyawan yang membuat keributan dilingkungan perusahaan. Sebagai hukuman, kalian akan kuberi surat peringatan!" ucap pria itu.Kedatangan pria itu saja sudah membuat mereka ketakutan, ditambah sekarang malah harus mendapat surat peringatan."Pak, maaf, tapi perempuan inilah yang memulainya!" "Benar, Pak, kami bisa bersaksi atas apa yang dia ucapkan. Evelyn memang biang kerok dari permasalahan ini.""Oh, jadi kalian bisa bersaksi? Kalau begitu, bagaimana jika aku memiliki bukti?" ujar pria itu seraya menatap tajam, "lebih baik kalian mengaku sebelum aku menaikan status surat peringatan kalian!"Mendengar hal tersebut, para senior Evelyn pun menunduk l
"Cepat kenakan pakaianmu sekarang!" pinta Sean yang segera membantu Evelyn mengenakan pakaian."Kenapa kamu tidak menjawab? Ada apa sebenarnya?" tanya Evelyn yang mendadak menjadi panik.Sean benar-benar tidak ingin mengatakannya, tetapi karena terlihat sangat penting, Evelyn pun segera menurut saat dituntun menuju ke mobil.Selama perjalanan Sean terus diam, membuat Evelyn semakin kesal pada suaminya itu."Apa kamu sedang merasakan sesuatu?" tanya Sean yang wajahnya terlihat begitu tegang.Evelyn yang masih merasa kesal itu malah mengabaikan pertanyaan Sean. Ia terus memandang keluar saking tidak ingin melihat wajah sang suami.Namun, bukannya membujuk atau berusaha meredam emosi Evelyn, Sean malah terus diam seakan tak merasa bersalah.Perjalanan pun berakhir di rumah sakit, di mana Sean segera memarkirkan mobilnya."Ada apa?" tanya Evelyn yang tampak semakin murka pada Sean.Sean menghela napas dalam, ia berusaha mengatur napasnya, lalu menoleh ke arah Evelyn sambil menatap lekat."
Evelyn memicingkan matanya, berusaha melihat dengan jelas apa yang membuat orang-orang berkumpul di depan kantor.Sean yang merasa tidak enak hati pun berusaha menahan sang istri dengan memegangi tangannya."Apa yang kamu lakukan?" tanya Evelyn seraya mengerutkan alis menatap sang suami."Aku tidak ingin kamu terseret dalam keributan itu, lebih baik ambil cuti untuk hari ini," pinta Sean yang sedang mengkhawatirkan keamanan Evelyn."Kamu terlalu berpikir berlebihan, hanya adu mulut saja, mereka tidak terlihat sedang melakukan sesuatu yang berbahaya," jelas Evelyn yang masih saja berniat untuk keluar.Sean menghela napas dalam, Evelyn memang selalu keras kepala dan tidak waspada. "Kalau begitu, hati-hati. Cepat kembali kemari jika ada sesuatu yang aneh." Meski sudah mengizinkan, Sean tetap tidak rela dan memegang tangan Evelyn dengan begitu erat.Melihat suaminya menjadi begitu sensitif, Evelyn pun lantas berusaha untuk menenangkannya. Perempuan itu mengecup sang suami, lalu memainkan
Sofie yang seakan hilang kewarasannya itu langsung berlari ke arah Evelyn, berusaha untuk mendorong perempuan itu agar terjatuh dengan harap jika sang pemilik Blue Company akan kehilangan bayinya.Tidak ada rasa yang melebihi luka akibat kehilangan seorang anak, hal itulah yang pernah Sofie rasakan. Ia pernah kehilangan anak dalam kandungan saat keadaan ekonomi sedang terpuruk, bahkan bisa masuk ke Blue Company saja ia harus merelakan menjual tubuh pada kepala divisi sebelumnya. Karenanya Sofie tidak terima saat ia harus kehilangan pekerjaan yang susah payah didapat."Sial, ada apa dengannya?" Sean yang sudah bisa membaca gerak-gerik Sofie segera melindungi Evelyn dengan menariknya ke sisi, membuat si perempuan gila itu hilang keseimbangan dan jatuh tersungkur ke lantai.Namun, bukannya menyerah, Sofie malah bangkit sambil tertawa dengan begitu kencang."Kamu sudah membuatku hancur, Evelyn! Maka aku harus menghancurkan kamu saat ini juga." Sofie meraih batu dan berusaha dan langsung me
Sean tak habis pikir dengan apa yang dilihatnya di ponsel. Bagaimana mungkin hal tersebut dengan mudahnya menyebar."Memang ada apa?" Evelyn tampak kebingungan dengan sikap Sean yang terlihat begitu kesal saat menatap layar ponsel.Bukannya menjawab Sean malah terus memandangi ponsel tanpa berkedip. Karenanya, Evelyn pun segera meraih ponsel sang suami karena penasaran. Ditatapnya benda pipih itu sambil mengerutkan alis."Kenapa mereka membuat judul seperti ini?" Evelyn tampak kesal saat melihat ponsel.Keduanya tampak begitu kesal saat melihat sebuah artikel menyebar di sejumlah sosmed dengan judul 'Keluar Dari Persembunyian, Pemilik Blue Company Selama Ini Ternyata Berusaha Menutupi Diri Karena Merasa Tidak Kompeten'."Sepertinya ada yang sedang berusaha menjatuhkanmu, Evelyn!" jelas Sean sambil memegangi tangan sang istri.Evelyn menghela napas panjang, baru saja ia berusaha untuk mempelajari sistem perusahaan dari bawah, tetapi malah harus dihadapkan dengan fakta seperti itu.Nick
Evelyn dan Sean benar-benar tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu. Seekor harimau lepas adalah sebuah mimpi buruk bagi siapa pun yang berkunjung ke kebun binatang.Namun, bagi Sean itu adalah hal menyenangkan. Bersembunyi bersama Evelyn demi menghindari hewan buas yang lepas cukup menguji adrenalin. Kini keduanya sudah masuk ke sebuah ruangan dalam bangunan, setidaknya meski belum benar-benar sempurna, ruangan tersebut sudah memiliki pintu dan jendela."Apa kamu lelah?" tanya Sean sambil menatap Evelyn.Evelyn berusaha mengatur napas setelah sebelumnya berlari cukup lama."Tidak. Ini cukup menyenangkan," sahut Evelyn dengan santainya.Sean yang semula ingin bersikap layaknya superhero yang memberi perlindungan malah dibuat kecewa dengan jawaban Evelyn yang sama sekali tak merasa takut."Seharusnya kamu takut, Evelyn," timpal Sean, kesal."Kenapa takut? Kita bahkan tidak melihat harimau itu," balas Evelyn seraya mengerutkan alis.Sean hanya menghela napas panjang mendengar jawa
Sean menatap Evelyn dengan lekat, menunggunya menceritakan perbincangan di balik telepon yang membuat wajah sang istri berubah seketika."Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Sean sambil menggenggam tangan Evelyn."Daren sepertinya ingin membicarakan sesuatu," jawab Evelyn yang dari wajahnya terlihat tidak baik-baik saja.Sean mendadak ikut cemas. Entah kenapa ia merasa Daren memiliki informasi yang tidak menyenangkan. Meski begitu Sean tak ingin menunjukan kecemasannya dan berusaha untuk terlihat tenang."Kalau begitu kita ke sana sekarang," ajak Sean."Key, juga ikut," ucap Kelvin seraya mengacungkan tangannya.Melihat tingkah sang anak, rasa panik Evelyn menjadi sedikit berkurang. Setidaknya kehadiran Kelvin bisa membuat suasana tidak terlalu tegang."Tentu saja, Kita akan selalu bersama," jawab Evelyn."Yeay, jalan-jalan," teriak Kelvin sambil melompat, tanpa tahu jika kedua orang tuanya sedang merasa gelisah.Tanpa menunggu lama, mereka segera menaiki mobil yang kemudian mel