"Kamu yakin kalau kita tidak salah orang?" bisik Diana yang matanya tak henti menatap ke depan."Aku sangat yakin memang dia orangnya," jawab Nicki dengan percaya diri.Diana berusaha menatap lebih jelas lagi, sampai saat orang tersebut keluar dari restoran barulah mereka bisa melihat dengan jelas."Itu memang benar dia. Cepat foto mereka!" titah Nicki pada Diana yang sebenarnya kesal karena diperintah seenaknya.Meski begitu, Diana langsung memotret sepasang kekasih yang baru keluar dari restoran tersebut."Berhasil," ujar Diana yang langsung menaruh ponselnya di saku.Segera Nicki dan Diana bergegas menuju tempat Sean dan Evelyn berada. Mereka tampak bahagia karena sudah mendapatkan salah satu bukti yang bisa menjatuhkan Serena."Pak, kami menemukan sebuah bukti yang bisa mendukung rencana kita," jelas Nicki yang terlihat begitu antusias."Apa itu?" Sean mengerutkan alis, sedikit penasaran dengan apa yang Nicki maksud.Diana pun langsung mengeluarkan ponselnya, membuka galeri foto, l
Sean langsung meraih berkas-berkas tersebut untuk memastikan dan ternyata semuanya memang asli. Namun bukan cuma itu yang membuat Sean terkejut, hal besar lain sekaan tidak lepas dari pandangannya."Blue Company? Ini adalah sebuah perusahaan besar di eropa yang pemiliknya sangat misterius." Sean sedikit tercengang mengetahui tersebut."Ya, dan Ibu dari Nona Evelyn adalah pemiliknya. Beliau mendirikan perusahaan tersebut selama puluhan tahun, hingga setelahnya saya yang mengatur semua sambil mencari keberadaan Nona," jelas pria itu. "Oh, sebelumnya perkenalkan, saya Samuel, panggil Sam saja."Evelyn masih tercengang mendengar penjelasan Sam barusan, bagaimana mungkin jika sang ibu yang selama ini tak pernah menceritakan apa pun mendadak memiliki sebuah perusahaan besar."Apa Anda tidak salah orang? Sepertinya Ibu saya tidak pernah mengatakan apa-apa," jawab Evelyn seakan ragu dengan kenyataan yang sebenarnya."Tentu saja tidak." Samuel terlihat begitu percaya diri. "Kalau begitu besok
Sean bergegas menuju kamar Adam dengan maksud ingin berdiskusi mencari jalan keluar bersama karena berpikir jika sang ayah kini telah berada di pihaknya."Apa Ayah ada di dalam?" tanya Sean sambil mengetuk pintu."Ya, masuklah!" sahut Adam dengan suara lantang.Sean langsung masuk begitu saja, dengan perasaan tidak karuan ia langsung duduk tepat di samping kasur sang ayah."Apa kamu ingin membahas tentang pernikahanmu besok?" tanya Adam yang sedang sibuk membaca majalah bisnis."Ya, aku ingin meminta solusi, apa yang sekarang harus kulakukan?" Sean berharap jika ayahnya akan sedikit memberi bantuan, entah itu mengundur waktu atau bahkan sampai membantu untuk membatalkan pernikahan tersebut."Tidak ada pilihan lain," jawab Adam dengan santainya."Apa maksud Ayah?" Sean mengerutkan alis tidak mengerti kenapa ayahnya seakan tidak peduli."Kita tidak bisa lepas dari Jordi. Dia akan melakukan apapun demi ambisinya, aku tidak peduli padamu, tapi bocah itu bisa saja menjadi sasaran mereka!"
Sean mengikuti apa yang Evelyn inginkan meski merasa kasihan melihat perempuan yang dicintainya itu.Segera Evelyn menarik Sean menuju ke kamarnya, lalu mengunci pintu dengan terburu-buru."Evelyn, apa yang kamu lakukan?" Sean mendadak panik karena merasa Evelyn tidak seperti biasanya.Namun, bukannya menjawab Evelyn malah menarik Sean dengan semakin kencang, bahkan sampai mendorongnya ke kasur.Tubuh Sean terhempas ke kasur dengan posisi telentang, lalu Evelyn buru-buru menindih sambil berusaha melepas pakaian pria itu."Evelyn, sadarlah!" Sean memegangi bahu Evelyn, lalu mengguncang-guncangnya."Aku sudah sangat sadar. Sekarang mari kita nikmati malam ini." Evelyn semakin brutal ia bahkan menarik kemeja Sean dengan sangat kencang, membuat salah satu kancingnya sampai terlepas."Evelyn …" Kalimat Sean terhenti saat Evelyn mengecup bibirnya.Sebagai seorang pria tentunya Sean sangat menginginkan tubuh Evelyn. Namun, ia ingin melakukannya dalam keadaan normal, tidak seperti sekarang sa
Saat sedang menunggu dari kejauhan, samar Diana melihat seseorang yang terasa familiar. Saat sedang berusaha mengingat mendadak Nicki langsung menoleh ke arahnya."Itu adalah pria yang bersama Serena saat di restoran kemarin," ujar Nicki yang seakan tahu jika Diana dan Evelyn sedang berusaha mengingat siapa pria itu.Evelyn dan Diana langsung mengangguk, keduanya saling tatap seakan penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.Dari kejauhan mereka hanya bisa memantau, melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Di saat bersamaan Lukas mengeluarkan sebuah laptop, lalu mulai memutar sebuah video yang tak lain adalah rekaman CCTV."Kita lihat dari sini saja, setidaknya bisa mengurangi rasa penasaran," ujar Lukas.Di lain sisi, upacara pernikahan yang akan berlangsung tampak mulai riuj saat Sean tak kunjung datang."Ke mana Sean pergi?" tanya Jordi pada Adam yang sudah terlebih dahulu datang."Aku tidak tahu, nomornya tidak bisa dihubungi," jawab Adam asal. Padahal ia sama sekali tidak men
Sean benar-benar tidak menyangka dengan sikap Jordi yang sampai berbuat sejauh itu. Ia pikir pernikahan tersebut hanya demi untuk menjalankan kerjasama, tapi mendadak Sean merasa jika tujuan Jordi tidak sesederhana itu."Bagaimana? Apa video itu kurang fantastis?" tanya Jordi dengan senyum jahatnya.Sean mengepalkan tangan dengan begitu kencang bahkan sampai meninggalkan bekas kuku di telapak tangannya."Aku akan menurut selama Kamu berjanji untuk tidak menyentuh mereka sedikit pun!" balas Sean yang merasa sakit hati saat melihat video rekaman Evelyn dan Kelvin sedang diikat tangannya."Setuju," jawab Jordi sambil mengulurkan tangan ke arah Sean.Sean yang merasa tidak sudi untuk menyentuh pria jahat seperti Jordi pun lebih memilih untuk mengabaikan dan berbalik pergi meninggalkan calon mertuanya itu."Sial! Dasar menantu kurang ajar!" gerutu Jordi sambil menggeretakan gigi saking emosinya.Sean tidak mengerti kenapa Jordi ingin melangsungkan pernikahan secepat mungkin, padahal tidak
Semua mata kini tertuju pada sesosok perempuan tua yang baru saja datang tersebut. Mereka seakan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Para tamu lagi-lagi merasa heran entah mengapa pernikahan Sean dan Serena seakan begitu banyak gangguan.Bukan hanya par tamu saja yang keheranan, Jordi si pemilik acara pun tampak kebingungan mendadak wajahnya pucat, sambil menganga juga membelalak ia tak hentinya menatap Merry."I-ini tidak mungkin, kenapa Tante bisa ada di sini?" tanya Jordi yang melangkah mundur. Ia terlihat gugup dan ketakutan.Yang terjadi selanjutnya malah semakin membuat para tamu kebingungan. Para bodyguard yang semula berada di pihak Jordi mendadak malah memegangi pria itu seakan menahannya untuk pergi."Aku diam karena memang sudah bosan dengan tingkahmu, tapi melihatmu berbuat sejauh ini membuatku berpikir jika aku harus segera mengambil tindakan," jawab perempuan tua itu."T-tapi, bukankah tante seharusnya sudah meninggal?" ucap Jordi yang keceplosan akibat merasa sa
Merry langsung menatap Sean dan Evelyn secara bergantian."Hey, aku tidak akan memihak siapa pun, tapi sepertinya saranku cukup adil untuk kalian berdua," ujar Merry bicara dengan yakinnya.Sean dan Evelyn menatap Merry dengan penasaran."Jadi, apa rencana itu?" tanya Evelyn yang sudah tidak sabar ingin mengetahui maksud Merry."Haish, kalian begitu tidak sabaran. Untuk sekarang kita nikahkan Serena dengan kekasihnya dulu saja agar acara ini tidak menjadi sia-sia, lalu kalian bisa menikah besok karena sepertinya Sean sudah tidak sabar," Merry melirik Sean dengan tatapan seperti meledek.Sean mengerti maksud Merry. Ia langsung merasa malu, padahal tujuan ingin cepat menikahi Evelyn adalah agar bisa segera hidup bersama, terlebih Kelvin selalu saja ingin keduanya tidur di kamar yang sama."Ide bagus, solusi yang tidak berpihak pada siapa pun." Evelyn mengangguk tanda setuju.Begitu juga dengan Sean. Meski sedikit merasa malu, ia juga mengangguk sekilas karena setuju dengan apa yang Merr