Sean bergegas menuju kamar Adam dengan maksud ingin berdiskusi mencari jalan keluar bersama karena berpikir jika sang ayah kini telah berada di pihaknya."Apa Ayah ada di dalam?" tanya Sean sambil mengetuk pintu."Ya, masuklah!" sahut Adam dengan suara lantang.Sean langsung masuk begitu saja, dengan perasaan tidak karuan ia langsung duduk tepat di samping kasur sang ayah."Apa kamu ingin membahas tentang pernikahanmu besok?" tanya Adam yang sedang sibuk membaca majalah bisnis."Ya, aku ingin meminta solusi, apa yang sekarang harus kulakukan?" Sean berharap jika ayahnya akan sedikit memberi bantuan, entah itu mengundur waktu atau bahkan sampai membantu untuk membatalkan pernikahan tersebut."Tidak ada pilihan lain," jawab Adam dengan santainya."Apa maksud Ayah?" Sean mengerutkan alis tidak mengerti kenapa ayahnya seakan tidak peduli."Kita tidak bisa lepas dari Jordi. Dia akan melakukan apapun demi ambisinya, aku tidak peduli padamu, tapi bocah itu bisa saja menjadi sasaran mereka!"
Sean mengikuti apa yang Evelyn inginkan meski merasa kasihan melihat perempuan yang dicintainya itu.Segera Evelyn menarik Sean menuju ke kamarnya, lalu mengunci pintu dengan terburu-buru."Evelyn, apa yang kamu lakukan?" Sean mendadak panik karena merasa Evelyn tidak seperti biasanya.Namun, bukannya menjawab Evelyn malah menarik Sean dengan semakin kencang, bahkan sampai mendorongnya ke kasur.Tubuh Sean terhempas ke kasur dengan posisi telentang, lalu Evelyn buru-buru menindih sambil berusaha melepas pakaian pria itu."Evelyn, sadarlah!" Sean memegangi bahu Evelyn, lalu mengguncang-guncangnya."Aku sudah sangat sadar. Sekarang mari kita nikmati malam ini." Evelyn semakin brutal ia bahkan menarik kemeja Sean dengan sangat kencang, membuat salah satu kancingnya sampai terlepas."Evelyn …" Kalimat Sean terhenti saat Evelyn mengecup bibirnya.Sebagai seorang pria tentunya Sean sangat menginginkan tubuh Evelyn. Namun, ia ingin melakukannya dalam keadaan normal, tidak seperti sekarang sa
Saat sedang menunggu dari kejauhan, samar Diana melihat seseorang yang terasa familiar. Saat sedang berusaha mengingat mendadak Nicki langsung menoleh ke arahnya."Itu adalah pria yang bersama Serena saat di restoran kemarin," ujar Nicki yang seakan tahu jika Diana dan Evelyn sedang berusaha mengingat siapa pria itu.Evelyn dan Diana langsung mengangguk, keduanya saling tatap seakan penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.Dari kejauhan mereka hanya bisa memantau, melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Di saat bersamaan Lukas mengeluarkan sebuah laptop, lalu mulai memutar sebuah video yang tak lain adalah rekaman CCTV."Kita lihat dari sini saja, setidaknya bisa mengurangi rasa penasaran," ujar Lukas.Di lain sisi, upacara pernikahan yang akan berlangsung tampak mulai riuj saat Sean tak kunjung datang."Ke mana Sean pergi?" tanya Jordi pada Adam yang sudah terlebih dahulu datang."Aku tidak tahu, nomornya tidak bisa dihubungi," jawab Adam asal. Padahal ia sama sekali tidak men
Sean benar-benar tidak menyangka dengan sikap Jordi yang sampai berbuat sejauh itu. Ia pikir pernikahan tersebut hanya demi untuk menjalankan kerjasama, tapi mendadak Sean merasa jika tujuan Jordi tidak sesederhana itu."Bagaimana? Apa video itu kurang fantastis?" tanya Jordi dengan senyum jahatnya.Sean mengepalkan tangan dengan begitu kencang bahkan sampai meninggalkan bekas kuku di telapak tangannya."Aku akan menurut selama Kamu berjanji untuk tidak menyentuh mereka sedikit pun!" balas Sean yang merasa sakit hati saat melihat video rekaman Evelyn dan Kelvin sedang diikat tangannya."Setuju," jawab Jordi sambil mengulurkan tangan ke arah Sean.Sean yang merasa tidak sudi untuk menyentuh pria jahat seperti Jordi pun lebih memilih untuk mengabaikan dan berbalik pergi meninggalkan calon mertuanya itu."Sial! Dasar menantu kurang ajar!" gerutu Jordi sambil menggeretakan gigi saking emosinya.Sean tidak mengerti kenapa Jordi ingin melangsungkan pernikahan secepat mungkin, padahal tidak
Semua mata kini tertuju pada sesosok perempuan tua yang baru saja datang tersebut. Mereka seakan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Para tamu lagi-lagi merasa heran entah mengapa pernikahan Sean dan Serena seakan begitu banyak gangguan.Bukan hanya par tamu saja yang keheranan, Jordi si pemilik acara pun tampak kebingungan mendadak wajahnya pucat, sambil menganga juga membelalak ia tak hentinya menatap Merry."I-ini tidak mungkin, kenapa Tante bisa ada di sini?" tanya Jordi yang melangkah mundur. Ia terlihat gugup dan ketakutan.Yang terjadi selanjutnya malah semakin membuat para tamu kebingungan. Para bodyguard yang semula berada di pihak Jordi mendadak malah memegangi pria itu seakan menahannya untuk pergi."Aku diam karena memang sudah bosan dengan tingkahmu, tapi melihatmu berbuat sejauh ini membuatku berpikir jika aku harus segera mengambil tindakan," jawab perempuan tua itu."T-tapi, bukankah tante seharusnya sudah meninggal?" ucap Jordi yang keceplosan akibat merasa sa
Merry langsung menatap Sean dan Evelyn secara bergantian."Hey, aku tidak akan memihak siapa pun, tapi sepertinya saranku cukup adil untuk kalian berdua," ujar Merry bicara dengan yakinnya.Sean dan Evelyn menatap Merry dengan penasaran."Jadi, apa rencana itu?" tanya Evelyn yang sudah tidak sabar ingin mengetahui maksud Merry."Haish, kalian begitu tidak sabaran. Untuk sekarang kita nikahkan Serena dengan kekasihnya dulu saja agar acara ini tidak menjadi sia-sia, lalu kalian bisa menikah besok karena sepertinya Sean sudah tidak sabar," Merry melirik Sean dengan tatapan seperti meledek.Sean mengerti maksud Merry. Ia langsung merasa malu, padahal tujuan ingin cepat menikahi Evelyn adalah agar bisa segera hidup bersama, terlebih Kelvin selalu saja ingin keduanya tidur di kamar yang sama."Ide bagus, solusi yang tidak berpihak pada siapa pun." Evelyn mengangguk tanda setuju.Begitu juga dengan Sean. Meski sedikit merasa malu, ia juga mengangguk sekilas karena setuju dengan apa yang Merr
"Tapi, apa kamu yakin benar-benar ingin melihatnya?" Sean menatap Evelyn lekat, ia tahu seperti apa rasanya kehilangan."Memangnya apa yang ingin kamu tunjukkan?" Evelyn penasaran, terlebih karena wajah Sean mendadak terlihat serius.Sean segera mengambil sebuah buku dari balik jasnya."Diary?" Evelyn semakin tidak mengerti dengan maksud Sean. "Memang ada apa dengan Diary ini?""Baca saja!" Sean mengalihkan tatapannya dari Evelyn, ia khawatir jika ikut bersedih setelah melihat ekspresi perempuan itu.Evelyn yang penasaran pun segera membuka buku diary dengan sampul biru navy tersebut.Lembar demi lembar Evelyn baca dengan sangat fokus membuatnya tanpa sadar meneteskan air mata. Hingga saat Evelyn telah sampai di halaman terakhir, segera ia menatap Sean lekat."Aku menyesal tidak menemani Leon di akhir hidupnya." Evelyn mengusap air mata, dadanya benar-benar terasa sesak karena ternyata tanpa disadari telah menyakiti Leon di penghujung umurnya.Segera Sean merangkul Evelyn sambil sedik
Sean dan Evelyn segera menoleh pada orang yang sedang berbisik tepat di samping telinga mereka itu."Kenapa kamu menjadi begitu tidak sopan, Lukas?" protes Sean dengan wajah memerah karena merasa malu."Aku hanya kebetulan lewat dan tanpa sengaja melihat dua orang calon pengantin yang malah asik berkeliaran di luar padahal besok adalah hari pernikahan mereka," sindir Lukas sambil tersenyum simpul."Kami tidak bisa tidur," Evelyn memilih untuk menjelaskan langsung daripada Lukas malah berpikir yang tidak-tidak nantinya.Lukas tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia malah tersenyum sambil menatap Evelyn dengan tatapan seakan menertawai.Evelyn menjadi gugup. Ia sangat yakin jika Lukas tidak mempercayai ucapannya dan malah berpikir jika dirinya dan Sean sedang melakukan sesuatu di taman tersebut."Aku tidak seperti yang kamu pikirkan!" Evelyn seketika beranjak dari tempat duduknya. Kemudian berlalu pergi karena merasa malu jika terus berada di sana.Saat Evelyn pergi, Lukas segera duduk di sam