"Jangan sampai orang tua Hans mengetahui ini, ini bisa bahaya. Bisa jadi mereka menganggapku seorang penipu, atau kemungkinan terbesar anak-anakku akan dibawa. Oh tidak mungkin.. Lagi pula jika sampai masalah ini sampai keluar, akan menimbulkan berita yang tidak-tidak dan yang pasti itu akan merusak masa depan dari pak Hans." gumumnya di dalam hati yang membayangkan akan terjadi kedepannya, yang jelas nama baiknya sendiri akan tercoreng begitu saja,Vania sendiri begitu sangat takut jika dirinya dicap seseorang wanita murahan, yang mempunyai anak tanpa seorang bapak.. Atau bahkan orang lain beranggapan bahwa dirinya memanfaatkan hal itu untuk keuntungan dirinya sendiri. "Aduh gimana ini ya?" tanyanya di dalam hati yang khawatir.Hans pun menatap Vania yang sedang bengong, *****Di sisi lain Vero dan Vino yang tengah di rumah orang tua Hans sedang asyik makan, mereka berdua makan ayam goreng sesuai dengan janji bu Lucie.Saat mereka berdua sedang makan Bu Lucie yang tengah duduk dia
Pak Bram yang sedang berada di perjalanan dia tak paham dengan apa yang dikatakan oleh istrinya, dia masih belum mengerti penjelasan dari istrinya karena istrinya bercerita sambil sedikit emosi dengan nafasnya yang naik turun sehingga kurang jelas dirinya mendengar setiap kata yang keluar dari mulut istrinya."Maksudnya gimana sih mah, mama jangan terburu-buru kalau bercerita." ujarnya.Bu Lucie merasa sangat kesal dengan pak Bram, dia sepertinya tak mengerti-ngerti dengan ceritanya.Pak Bram yang berada di dalam mobil dia pun menumpuk pundak sopirnya lalu menyuruh sang sopir untuk memutar balik.Pak Bram merasa sangat begitu khawatir dengan keadaan istrinya yang menurutnya ini hal yang tak wajar karena istri begitu sangat berapi-api saat bercerita di dalam panggilan telepon, tak seperti biasanya. "Ya sudah mah, papa kembali lagi ke rumah tunggu papa ya." ucapnya sambil mematikan panggilan telepon dari bu Lucie.Pak Bram akhirnya kembali ke rumahnya, meskipun dia sudah melakukan perja
Entah mengapa tiada angin tiada hujan tiba-tiba perasaan Pak Bram merasa seperti orang jatuh hati.Tiba-tiba ada perasaan senang diliputi dengan perasaan bahagia.Yang dulu hidupnya sepi, dingin dan bahkan jenuh karena banyak beberapa pekerjaan yang harus dia kerjakan sesuai dengan targetnya sehingga membuat otaknya terus dipacu bekerja, sehingga dia menjalani hari-harinya dengan itu itu saja.Tapi sekarang hidupnya terasa bahagia, kebahagiaan yang tak bisa dijelaskan olehnya."Ada apa?" tanya Pak Bram kepada Vino yang sedang duduk di atas pangkuannya.Bocah kecil yang memiliki bentuk wajah bulat dengan pipi yang memerah dengan kulit yang putih bersih, Dia sangat begitu lucu apalagi melihat rambutnya yang berwarna hitam ikal.Pak Bram ingin mencubit pipi dari kedua anak tersebut,Dia sudah terlalu gemes untuk menahan itu.Pak Bram mencubit pipi Vino dengan kedua tangannya lalu dia bergantian mencubit pipi Vero, "ihhh gemes sekali." ujarnya.Saat Pak Bram sudah tidak bisa menahan l
"Iya kita jalan-jalan ke luar negeri sama kakek dan nenek, kalian gak perlu khawatir. Kita bisa naik wahana atau kita cari makanan yang enak-enak di sana," ujar pak Bram yang merayu.Mereka berdua sangat bahagia mendengar itu, sehingga mereka melompat-lomapt di atas tempat tidur. "Ye ye kita jalan-jalan." Pak Bram yang melihat itu dia pun menghentikan kegiataan mereka, "sudah sudah ayo turun nanti kalian jatuh, ayo kita siap-siap berangkat." ujarnya.Mereka pun mengikuti apa yang di perintahkan oleh pak Bram, mereka sangat patuh dengan apa yang di katakan oleh pak Bram, sehingga membuat pak Bram merasa sangat bahagia,Mulai hari ini titik fokusnya bukanlah bekerja melainkan kebahagian Vero dan Vino.Mereka pun turun dari lantai atas dengan saling bergandengan, "kek kita belum ambil baju di rumah." ujar Vero kepada pak Bram.Pak Bram tersenyum dia pun mengelus pundak bocah umur 6 tahun tersebut."Gak usah khawatir masalah baju, kita bisa beli nanti." jawabnya.Dan bu Lucie pun sudah
Hans langsung melangkahkan kakinya untuk kembali ke ruang tamu utama yang terdapat Vania duduk di sana.Vania yang tengah duduk dia menatap setiap sudut rumah tersebut, rumah yang besar dan terdapat banyak guci-guci besar di setiap sudutnya.Ruangan yang sangat nyaman nan besar."Ayo kita pergi." seru Hans kepada Vania.Vania terkejut melihat Hans yang keluar dari dalam lalu mengajaknya pergi."Loh mau kemana?" tanya Vania.Hans pun meraih tangan Vania dan menariknya untuk bangkit dari duduknya.Vania keluar dari rumah Hans dengan berjalan di belakang Hans mengikuti langkah Hans dengan tangan kanannya di gandeng."Papa dan mama membawa anak-anak pergi keluar negeri." seru Hans.Vania yang mendengar itu dia pun menghentikan langkah kakinya. Apa yang di ucapkan oleh Hans bagai petir yang menyambarnya di siang bolong."Apa mereka pergi?" tanya Vania yang memperjelas kepada Hans.Hans menganggukan kepalanya.Vania membulatkan matanya, dia sangat syok mendengar itu, dan air matanya tiba-
Mereka pun mengadakan makan malam bersama, Mereka mengadakan makan malam di sebuah restoran mahal, mereka menempati meja yang vvip.Di mana meja VVIP tersebut berada di sebuah ruangan tertutup,Di ruangan tertutup tersebut terdapat sebuah meja besar bundar dan meja tersebut dikelilingi banyak makanan di atasnya.Bu Lita memberitahu kepada putrinya yang bernama Sheila. " Oh ya sayang sebentar lagi akan diadakan pundi amal kamu harus datang ya, kamu harus dandan yang cantik Karena di sana banyak pengusaha tajir yang akan datang." ucap Bu Lita kepada Sheila.Sheila pun yang sedang makan, dia menatap bu Lita dan dia menganggukkan kepalanya, "siap mah, Aku siap menaklukkan laki-laki kaya raya di sana." jawabnya.Bu Lita adalah seorang wanita yang mempunyai usaha bersama sang suami yang tak lain adalah Ayah Vania.Dia mempunyai usaha yaitu sebuah toko yang menjual berbagai macam baju mahal, bahkan juga perhiasan mahal.Dan tokonya pun melakukan kerjasama dengan perusahaan Hans,Mereka dik
"Ayo istirahat yok." seru bu Lucie.Dan mereka menganggukan kepalanya, lalu masuk ke kamar mereka berdua,Mereka akan bersiap tidur untuk istirahat lebih lama.Pak Bram berada di sofa depan, dia meluruskan kedua kakinya supaya lebih nyaman.Sambil meluruskan kakinya, pak Bram membuka ponsel cadangannya,Dia menghubungi asistennya.Dia melakukan panggilan telepon, dan tak perlu waktu lama panggilan teleponnya di angkat."Bagaimana?" tanya pak Bram."Sudah saya laksanakan pak." jawabnya di balik telepon.Pak Bram mematikan panggilan teleponnya kembali.Dan dia pun menelpon kembali sahabatnya yang sekrang lagi ada kunjungan di negara empat musim tersebut.Dan dia pun melakukan panggilan telepon kepada sahabatnya.Dan tak perlu waktu lama panggilannya pun langsung di angkat."Hallo, kamu dimana sekarang, apa sudah pulang belum?" tanya ke sahabatnya."Belum. Apa kamu sekarang juga di sini. Kalau kamu di sini kita bisa ketemu tidak?" tanyanya di balik telepon.Dan mereka pun melakukan janji
Vania pun menarik nafasnya dengan panjang, dia mengumpulkan sedikit tenaganya untuk beranjak dari duduknya.Dia sebenarnya tak memiliki energi untuk bertemu dengan orang lain saat ini. Namun dia terpaksa menemui karena dia tak enak hati.Setelah beberapa lama energinya pun mulai terisi dan dia pun beranjak dari duduknya.Dia melangkahkan kakinya untuk menuju pintu membuka pintu, untuk melihat Siapakah tamu yang datang mengunjungi dirinya.Vania membuka pintunya," Hai Ibu Vania." seru Tiara yang langsung memeluk Vania.Vania pun membalas pelukan dari Tiara.Dan mereka pun saling berpelukan."Oh ya Ibu Vania Aku membawa sesuatu buat ibu." lanjut Tiara sambil menunjukkan dua kantong tas yang berada di kedua tangannya.Vania pun tersenyum.Dan dia pun masuk kembali ke dalam ruangannya, dan Tiara menutup pintu apartemen Vania.Tiara berusaha untuk menghibur Vania,"Ini Ibu Vania, nih buat ibu." ucapnya sambil memberikan segelas es kopi cappucino.Dan dia pun meletakkan gelas tersebut di