Share

Chapter 58

Penulis: Sya Reefah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-20 23:59:50

Di belakang sana, Eva menghela napas panjang, sedikit frustasi dengan keributan kecil yang terjadi. dia membutuhkan momen untuk menenangkan pikirannya.

Di balik kafe, dia duduk di atas bangku kayu, mengamati daun-daun yang berguguran. Setiap helai daun yang jatuh seolah menggambarkan pikirannya yang berantakan. “Kenapa mereka harus bersikap seperti itu, sih?” pikirnya.

“Kenapa tiba-tiba Henry berada di sini?” bisiknya pada diri sendiri. “Sepertinya dia sengaja.”

Dia menatap ke arah jalanan, melihat orang-orang berlalu-lalang, tampak ceria dan penuh semangat. Sementara itu, hatinya terasa berat.

Eva mengingat semua usaha yang dilakukannya untuk menyenangkan Henry, berharap bisa mendapatkan sedikit perhatian dan pengakuan. Namun seiring berjalannya dia merasa semakin terpinggirkan.

Satu sisi dirinya ingin berjuang untuk mendapatkan tempatnya, tetapi sisi lain merasa lelah berperang melawan angin. Dan akhirnya, tiba di titik sekarang.

Namun semuanya tidak berjalan dengan mudah. Proses pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 59 Persiapan Pesta

    Di ruang kerja Samuel yang tenang, Dave menatapnya yang duduk di depannya dengan serius. Setelah beberapa saat, Dave membuka percakapan dengan suara rendah, “Tuan, besok adalah ulang tahun Nyonya Elise. Seluruh keluarga besar akan berkumpul, Nyonya meminta saya agar Tuan menyempatkan untuk hadir.”Samuel mengangguk pelan, tetapi dalam hatinya ada keraguan yang menggelayut. Dia sebenarnya tidak begitu bersemangat untuk menghadiri acara tersebut. Keluarga besar Henry terkenal dengan standar tinggi dan ekspektasi yang sulit dipenuhi. Sering kali, pertemuan semacam itu lebih menyerupai ajang pameran kesempurnaan daripada acara keluarga.Samuel bermonolog dalam hati, merasa ada alasan kuat untuk tidak datang. “Sebenarnya aku sangat malas untuk datang, aku sudah bisa menebak isi acara yang hanya menjadi ajang pamer dan kesempurnaan. Tapi… bagaimana jika Eva di sana?" Pikiran itu segera tergantikan oleh bayangan wajah Eva. Eva adalah istri Henry, yang sering kali menjadi sasaran kritik pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 60 Ketegangan Sebelum Perayaan

    Ryan duduk tenang, menunggu Eva. Ketika pintu terbuka, dia terpaku. Eva muncul dengan riasan yang begitu cantik, wajahnya bersinar dan matanya berkilau.Gaun hitam yang elegan itu memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna, menampilkan keanggunan yang tak terbantahkan. Kulit mulus lengannya terlihat indah, menambah kesan glamor.Ryan terdiam, tidak bisa berkata-kata, terpesona oleh transformasi Eva. Dia tidak hanya terlihat cantik, dia tampak berbeda, seolah mengeluarkan aura baru yang membuatnya tak dapat berpaling.Dalam hati, Ryan merasa bangga, pasti dengan begini, tuannya juga tidak akan bisa berpaling nanti.“Asisten, Ryan, Saya merasa gaun ini terlalu ketat,” keluh Eva sambil menarik sedikit bagian gaun itu agar lebih turun.Gaun hitam yang elegan dan mewah yang dia kenakan itu memperlihatkan lekuk tubuh dan menampilkan punggung mulusnya.Eva merasa sedikit tidak nyaman. Ini adalah pertama kalinya dia mengenakan model seperti ini, dia merasakan ketegangan di setiap gerakannya. Set

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 61 Gengsi Akut!

    Eva berdiri di tengah kamar hotel megah, dikelilingi oleh kemewahan yang seolah tak ada habisnya. Dinding-dinding berwarna lembut, lampu kristal yang berkilauan, dan jendela besar yang menghadap ke pemandangan kota yang sibuk. Namun, semua itu terasa hampa baginya.Dia mengamati setiap detail kamar, mencoba mencari ketenangan di tengah hati yang berdegup tak beraturan. “Apa yang akan terjadi nanti?” pikirnya. Dia berusaha menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam dan merasakan udara dingin dari AC yang menyentuh kulitnya.Pikirannya melayang ke pesta yang akan berlangsung. Keluarga besar Henry—keluarga yang selalu membuatnya merasa seperti orang asing, bahkan di rumah mereka sendiri.Kenangan akan ejekan dan hinaan yang terlontar dari mulut mereka kembali menghantuinya. Tak jarang, saat dia mencoba berbaur, mereka malah menganggapnya lelucon, memandangnya dengan sinis."Apakah kali ini mereka akan bersikap lebih baik?" pertanyaan itu terus berputar di benaknya. Namun, hatinya meragu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 62 Gemas Sekali Dengan Pasangan Ini!!!

    Henry merasa dadanya bergetar, campuran cemburu dan ketidakpastian melanda. Dia menatap Eva dengan tajam, hatinya berdebar saat membayangkan Samuel memperhatikan keanggunan istrinya. Dia berusaha terlihat acuh, tetapi jawaban Eva terus bergaung di pikirannya, seolah membenarkan ucapannya. Dalam hati, dia berharap Eva tidak melihat perhatian dari orang lain, terutama Samuel.Henry menahan napas sejenak, berusaha menyembunyikan rasa cemburunya. “Menawan? Mungkin. Tapi gaun saja tidak cukup untuk menarik perhatiannya, lihat saja tubuhmu yang terlihat lurus itu!” jawabnya dengan nada mengejek, meski di dalam hatinya, dia merasa terdesak oleh perasaannya sendiri.Dengan spontan Eva kembali melihat pantulan tubuhnya di cermin. Lurus? Kata siapa?Dia menautkan alisnya, rasanya tidak terima Henry mengatainya. Enak saja! Bentuk tubuh sebagus itu dikatai lurus. Henry mengalihkan pandangannya, berusaha terlihat santai. “Aku hanya bilang, gaun itu tidak ada artinya jika dia tidak bisa melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 63 Ketegangan Dalam Pesta

    Julia tiba di aula hotel menggenggam sebuah kotak kecil berbungkus kecil. Dia bisa melihat Elise tengah berbincang dengan beberapa tamu.Dia menyusun senyum terbaiknya dan berjalan mendekat. “Selamat ulang tahun, Aunty,” sapanya hangat.Tanpa ragu, Julia mencondongkan tubuhnya untuk memberikan ciuman ringan di pipi kanan dan kiri Elise, sebagaimana kebisaan para wanita saat bertemu.Elise tersenyum menerima sapaan itu, matanya memperhatikan Julia dengan perasaan senang. “Terima kasih, Julia. Kau datang sendiri?”Julia mengangguk. “Julia sengaja buru-buru datang hanya ingin menyapa dan memberikan ucapan selamat.” Julia memberikan kontak berbungkus pada Elise. “Julia juga menyiapkan hadiah khusus untuk Aunty. Julia harap Aunty menyukainya.”Elise menerima kotak hadiah dari tangan Julia dengan senyum lebar, menandakan perasaan senang. “Oh, astaga Julia… kau sungguh perhatian. Aunty sangat mernghargainya.”Elise kembali menyambutnya dengan pelukan hangat.Julia tidak bisa menyembunyikan se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 64 Ketegangan dalam Pesta 2

    Eva melangkah lebih jauh berniat memilih kursi yang berada di sudut ruangan. Namun dengan cepat Henry menariknya, mendudukkannya di kursi yang tidak jauh dari jarak mereka. Eva menatap Henry dengan bingung. “Kenapa kau menarikku ke sini?” tanyanya, mengernyitkan dahi. Dia merasa seperti ada yang tidak beres dengan sikap aneh Henry yang tiba-tiba itu. Henry terdiam, mencari kata-kata yang tepat. “Aku tidak mau nanti harus berjalan jauh ke depan sana,” jawabnya, matanya berkilau serius. “Tapi aku suka tempat yang tenang. Di sudut itu, aku bisa lebih fokus.” Eva melirik ke arah kursi yang ada di sudut. Henry ikut menggerakkan tubuhnya, menutupi sudut tempat yang dilihat Eva.Eva menatap Henry dengan ekspresi kesal, alisnya berkerut dan bibirnya mengerucut. Di dalam hatinya, pertanyaan muncul, ‘Dia kenapa, sih?’ Perasaannya campur aduk, kebingungan dan frustrasi saling bersaing dalam benaknya.“Biarkan aku ke sana, kau di sini. Lagi pula kehadiranku tidak penting di acara puncak nant

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 65

    Para tamu mulai menyanyikan lagu yang dipersembahkan untuk Elise.Lilin mulai dinyalakan satu per satu, Elise yang menjadi bintang di acara itu tersenyum lebar. Dia menatap lilin-lilin di depannya, lalu menarik napas sebelum meniup lilin itu dengan sekali hembusan. Para tamu bersorak riuh, dan ledakan konfeti melayang di udara. Elise tersenyum lebar, merasakan bahagia tak bisa diutarakan. “Sekali lagi selamat, ya….” Para tamu dan kerabat kembali memberikan ucapan selamat padanya. Setelah acara tiup lilin selesai, aula megah itu kembali dipenuhi oleh suara denting gelas kristal dan tawa hangat para tamu.Acara itu dipenuhi dengan tawa dan keriuhan para tamu undangan serta kerabat yang berbaur dalam kebahagiaan. Musik merdu mengalun di udara, bercampur dengan suara gelas-gelas yang bersulang dan percakapan riuh rendah. Di tengah semua kemeriahan itu, Eva duduk terpencil, jauh dari sorotan dan keramaian. Hatinya terasa hampa, seolah tidak mampu merasakan kehangatan yang menyelimuti p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 66 Gara-Gara si Ular

    Julia tersenyum ke arah Henry, berusaha menarik perhatiannya. Dengan gerakan natural, dia berusaha ikut bergabung dalam pembicaraan, berharap kehadirannya bisa mengalihkan pikiran Henry dari Eva. Dengan sengaja, Julia memilih posisi strategis, agar bisa menutupi pandangan Henry dari sudut ruangan, di mana tempat Eva berada.Henry dan para kolega bisnisnya memandang ke arah Julia. Bibir Julia tertarik ke atas membentuk senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. Senyumnya yang indah membuat para kolega Henry menatapnya kagum. Vincent tersenyum, lalu menyapa, “Owh, halo, Nona Julia. Senang bisa bertemu Anda kembali.” Alex ikut menimpali, “Lama tidak jumpa, hari ini Anda terlihat memukau, Nona Julia.”Mereka tahu siapa Julia, orang yang berperan membantu pekerjaan Henry selama di kantor. Wajah dan namanya sudah tidak asing di kalangan para kolega Henry. Julia tersipu dengan pujian Alex. “Senang juga bertemu dengan kalian, Tuan-Tuan.” Nada suaranya terdengar lembut dan sopan. Orang-or

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 100 Frustasi Julia

    Malam hari, di apartemen, Julia duduk di ruang tamu, tangannya terkepal erat di atas lutut, menahan amarah yang mulai memuncak. Matanya menatap kosong ke luar jendela, meski pikirannya jauh dari pemandangan itu. Kecelakaan yang melibatkan Eva itu menjadi kabar yang baru saja dia terima, dan berita yang datang tidak seperti yang dia harapkan. Eva hanya terluka kecil, sebuah cedera ringan yang tidak sebanding dengan harapannya. Itu bukan bagian dari rencananya.Selama ini, Julia telah merencanakan segalanya, menyusun langkah demi langkah untuk memastikan Eva menerima akibatnya. Julia merasa cemburu, merasa bahwa Eva telah mengambil Henry yang seharusnya menjadi miliknya. Segala kebahagiaan, perhatian, dan kasih sayang yang dia inginkan, semuanya diberikan pada Eva. Dan demi mendapatkan Henry kembali, dia bertekad untuk membuat Eva merasakan pahitnya hidup.Namun, ketika kabar datang bahwa Eva hanya mengalami luka ringan, kemarahan Julia meledak. Semua usaha yang telah dia lakukan, ter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 99

    Kabar kecelakaan Eva dan Samuel itu telah sampai di telinga Martin. Dia datang ke rumah sakit, wajahnya tegang penuh emosi. Langkahnya cepat menyusuri lorong. Begitu memasuki ruangan Eva, dia hanya melihat keberadaan Ryan di sana, tidak dengan Henry. Melihat kedatangan Martin, Ryan segera bangkit, membungkukkan badannya memberikan hormat pada Tuan Besarnya. “Selamat sore, Tuan.”“Di mana Anak itu?” Tanpa basa-basi dia menanyakan keberadaan Henry.Ryan bisa melihat jelas wajah tidak bersahabat dari Martin. “Tuan Henry ada urusan di luar, Tuan Besar,” jawabnya.“Suruh dia kembali dengan cepat!” Martin memberikan titah dengan tegas, membuat Ryan ketar-ketir. “Ba-baik, Tuan.” Dengan cepat Ryan meraih ponselnya, mencari nomor ponsel Henry. Baru saja dia meletakkan ponsel di telinganya, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok Henry yang baru saja tia. Ryan bernapas lega, akhirnya dia terselamatkan. Masih berada di ambang pintu, Henry sudah disambut tatapan tajam dari papanya, seol

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 98

    Ruangan rumah sakit terasa sunyi, hanya suara alat medis dan para perawat yang dengan lembut membersihkan darah yang menempel di lengan Samuel.Samuel mengerang pelan, matanya mulai membuka, berusaha memahami di mana dia berada. Tubuhnya terasa berat dan nyeri menjalar di setiap inci.Pandangan matanya yang buram itu bisa mengenali Dave yang berdiri di antara kerumunan para perawat yang membantunya.“Dave .…” suaranya serak dan lemah. “Eva … di mana Eva?”Dalam keadaan lemah pun, dia tetap memikirkan bagaimana Eva. Perasaan yang dia tunjukkan begitu besar pada Eva. Dave menoleh, menatap Samuel dengan cemas. “Nona Eva ada di ruangan lain, Tuan. Keadaannya cukup stabil, tapi masih belum sadar. Anda jangan khawatir, saya susah menghubungi Tuan Henry.”Samuel terbatuk ringan, rasa sakit di tubuhnya membuatnya mengerang lagi. “Dia tidak terluka parah, ‘kan? Harusnya hari ini dia operasi.” Dave menjawab dengan ramah, “Nona Eva hanya luka ringan, Tuan. Anda tenang saja. Sebaiknya Anda piki

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 97 Kabar Buruk

    “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” Ryan datang dengan cepat, menunjukkan kesungguhan dalam pekerjaannya.“Apa kau mendapat kabar dari Samuel?” tanya Henry tiba-tiba.Ryan mengerutkan kening sesaat, lalu dia mengangguk. “Terakhir Tuan Samuel memberi kabar pada jam sembilan pagi. Beliau mengatakan jika mereka segera berangkat ke rumah sakit.” Henry menghela napas. Sepertinya semuanya berjalan dengan normal, lalu kenapa dengan hatinya yang seperti merasa tidak beres. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. “Apa dia tidak memberi kabar lagi?” Ryan menggelengkan kepala cepat. “Belum, Tuan. Tuan Samuel belum memberikan kabar lagi.”Henry hanya bisa berdesis pelan. Ryan menatap ekspresi Henry, dia bisa melihat wajah gelisah dari tuannya itu. “Eem … Tuan, apa ada sesuatu?” Henry kembali mengangkat pandangannya ke arah Ryan. “Tidak ada. Hanya saja ….” Ucapannya terjeda karena seperti tidak yakin. Sepertinya itu hanya perasaannya saja. Henry mengangkat pergelangan tangannya, melihat jam di pe

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 96 Kecelakaan

    Roda mobilnya berputar pelan, mengikuti kendaraan Samuel dengan penuh perhitungan, memastikan tak ada yang menyadari kehadirannya.Setiap tikungan, setiap perubahan arah, Julia tidak melewatkan satu detik pun. Dia mengemudikan mobilnya dengan cekatan di jalan yang lengang. Tangan kirinya mantap menggenggam kemudi, sementara tangan kanannya meraih ponsel di salam tasnya. Setelah menekan nomor, dia menempelkan ponsel ke telinga, suaranya tenang namun penuh wewenang saat berbicara dengan orang suruhannya. “Kau bisa melihat mobil hitam di depanku, bukan?”Terdengar suara tegas di balik teleponnya. “Saya bisa melihatnya, Nona.”“Kau mengerti apa maksudku, kan?” ucap Julia lagi. “Mengerti, Nona.”“Lakukan sekarang. Aku tidak mau wanita bodoh itu merebut semua yang jadi milikku!” nada suaranya penuh dengan kebencian.Julia memutuskan panggilan telepon itu dan melanjutkan mengawasi pergerakan mobil di depannya. Sementara di dalam mobil Samuel, suasana tampak sunyi. Dari Eva maupun Samuel

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 95

    Satu per satu pakaian milik Eva itu dia masukkan ke dalam tas dengan rapi. Dia mengenali setiap sentuhan kain, tiap tekstur yang berbeda, mulai dari kaos lembut yang sering dikenakan Eva saat santai, hingga pakaian tidur yang nyaman.Di sudut lain, seorang wanita paruh baya dengan wajah lembut tampak sibuk menyiapkan apa saja yang diperlukan. Dialah Nyonya Rosie, dengan telaten dia memastikan setiap detail sebelum keberangkatan Eva ke rumah sakit.“Eva, aku tidak bisa menemanimu di sana. Aku sudah menyiapkan semuanya, jaga dirimu baik-baik. Ikuti apa kata Samuel.” Suaranya lembut penuh perhatian.Eva tersenyum, meski matanya tidak bisa melihat, dia bisa merasakan ketulusan wanita paruh baya itu. “Terima kasih, Nyonya. Anda sudah banyak membantu. Tidak apa-apa, Nyonya, doakan saja agar semuanya berjalan lancar.”Nyonya Rosie mendekat, memberikan pelukan hangat sebelum keberangkatan Eva.Samuel yang sibuk memasukkan baju, memandang dua wanita itu sekilas dengan perasaan hangat. Matanya,

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 94 Merelakan

    Malam itu semakin terasa dingin, tapi bukan karena angin, melainkan kekosongan yang menguasai hatinya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba memenuhi paru-parunya dengan udara segar. Akan tetapi rasanya tidak cukup untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Bayangan wajah Eva kembali muncul di benaknya. Senyumnya yang lembut dengan semangat juang yang tidak pernah pudar selalu membuatnya tenang dan lebih asik menjalani hari. Akan tetapi Samuel tahu dan sadar diri, Eva bukan miliknya. Lagi-lagi kenyataan itu menamparnya keras. “Sejak kapan kau menyukainya?” Pertanyaan Henry itu terus berputar-putar dalam pikirannya. Entah kapan itu, dia tidak tahu jelas. Karena kian hari simpatinya itu menuntunnya semakin jauh untuk lebih dekat dengan Eva.Hatinya selalu tergerak untuk mendekati Eva. Hingga akhirnya rasa simpati itu berubah menjadi rasa yang tidak biasa.Samuel terkekeh pelan. Tawa itu menunjukkan ejekan pada dirinya sendiri. “Begitu banyak wanita di luar sana, Sam. Bagaimana bisa k

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 93 Sulit Menunjukkan Perasaannya

    Malam itu, di balkon apartemen Samuel, angin malam menyapu dengan perlahan membawa udara sejuk yang menyejukkan kulit. Kota di bawah sana terdengar riuh, suara kendaraan terdengar samar dari kejauhan. Meski kota itu terlihat hidup, tetapi di balkon itu terasa sepi dan sunyi. Henry berdiri di sudut balkon, matanya menatap jauh, pandangannya kosong seperti tidak melihat apa-apa. Wajahnya yang angkuh dan arogan itu kini terlihat sedikit sayu. Seperti kehilangan jati dirinya.Tiba-tiba saja terdengar langkah kaki yang mendekat dari arah belakang. Tanpa Henry menoleh, dia tahu jika itu adalah Samuel. Beberapa detik kemudian Samuel muncul dengan membawa dua gelas Champagne di tangannya. Samuel memberikan satu gelas itu pada Henry, kemudian dia berkata, “Tidak biasanya kau datang ke mari? Apa yang membuatmu datang tiba-tiba?” Samuel meneguk champagne miliknya, dia memutar tubuhnya beralih memandang pemandangan kota di bawah sana, dengan satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana.“Bagai

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 92 Perasaan Mengubah Segalanya

    Henry sedang duduk tenang di ruang kerjanya, ia tidak terpengaruh meski Ryan masuk tanpa mengetuk pintu. Wajah Ryan tampak serius, dan ada secercah kegelisahan yang sulit disembunyikan."Tuan," panggil Ryan dengan nada berat.Henry mendongak, meletakkan dokumen yang tengah dia baca. "Ada apa?"“Nexus Group menghubungi saya setelah pembatalan pertemuan Anda dengan mereka. Mereka meminta kejelasan pasti. Jika tidak ….”“Jika tidak, apa?” Suara Henry terdengar berat. “Jika mereka ingin memberikan proyek itu pada orang lain dan meminta pinalti, berikan saja pada mereka.” “Tapi, Tuan … bagaimana jika klien yang lain tidak mempercayai kita lagi?” ucapnya dengan cemas. Ryan memerhatikan Henry dengan lekat. Dia bisa melihat perubahan Henry setelah mengetahui kondisi Eva. Dalam hatinya, dia senang jika Tuan-nya akhirnya bisa sadar dan melakukan segala upaya. Namun, semua pekerjaan terbengkalai. Hingga membuat Julia frustasi dan marah. Pekerjaannya bertambah, ditambah lagi dia semakin terja

DMCA.com Protection Status