Beranda / Pernikahan / Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi / Chapter 23 Tekanan dan Ketidakkonsistenan Henry

Share

Chapter 23 Tekanan dan Ketidakkonsistenan Henry

Penulis: Sya Reefah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-02 11:05:43
Eva mengambil sebutir pil, meneguknya dengan sekali tegukan. Dia menunggu sebentar, sampai kondisi matanya berangsur-angsur membaik.

Eva bernapas lega dan merasa sedikit tenang.

Ia memandang obat miliknya di atas meja. Mengatasi glaukoma tidaklah hal mudah, memerlukan perhatian khusus.

Eva berjalan ke arah cermin, memandang bayangan sendiri dengan mata menyipit. Tangannya terangkat, menyentuh matanya. “Bagaimana jika akhirnya aku benar-benar tidak bisa melihat lagi?”

Eva sadar jika penyakit mata yang ia derita semakin parah. Penglihatan kabur dan nyeri semakin sering mengganggu hari-harinya.

Meski kondisi matanya semakin memburuk, Eva memilih untuk tetap diam, tidak memberitahu siapa pun. Dia berusaha menutupi ketidaknyamanan dengan senyuman setiap harinya.

Eva mengambil napas dalam-dalam berusaha tersenyum pada diri sendiri. “Jika memang hal itu terjadi, aku akan menggunakan waktuku dengan baik selama bersama Mama.”

Eva melangkah ke arah tempat tidur, kembali meletakkan obat ke dalam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sya Reefah
kamu kesal sama henry, kak. aku juga, huhuhuu ...
goodnovel comment avatar
Satria Henry
laki2 paok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 24 Samuel dan Ryan Datang, Eva Kembali

    Di sisi Samuel, ia mendapatkan petunjuk mengenai kepergian Eva. Semua CCTV yang ia dapatkan saling berkaitan.Dia juga tidak menyangka jika sebelum pergi, Eva terlibat keributan dengan Henry atas kekacauan yang terjadi pada perusahaannya.Berselang beberapa detik, Dave menyerobot masuk ke dalam ruangannya dan berkata, “Tuan, saya mendapatkan informasi jika Nyonya Eva berada di Millbrook saat ini?”Samuel membenarkan posisi duduknya. “Millbrook?”Dave mengangguk. “Benar, Tuan. Saya mendengar jika Asiten Ryan datang ke Millbrook untuk menjemput Nyonya Eva. Tapi … dia datang ke Millbrok sendiri. Tuan Henry memilih mengantar Nona Julia ke rumah sakit.”Samuel marah mendengarnya. Seharusnya Henry ‘lah yang datang menjemput Eva, tetapi, justru Ryan-asistennya yang menjemput Eva.Samuel kesal dengan sikap sepupunya yang lebih memprioritaskan wanita lain, melupakan perannya sebagai seorang suami.Samuel berdiri. Dengan tekad bulat, ia mamutuskan mengambil tindakan. “Aku akan pergi ke Millbroo

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 25 Tipu Muslihat Julia

    “Pinggirkan mobilmu, Henry,” ucap Julia dengan pelan.Henry menoleh ke arah Julia dengan raut wajah cemas. “Kenapa kita harus menepi. Aku harus membawamu cepat ke rumah sakit.”“Tidak-tidak, jika Henry membawaku ke rumah sakit, semua pasti ketahuan,” pikir JuliaJulia menggelengkan kepala cepat. “Tidak perlu, Henry. Kita beli obat saja di apotek terdekat. Tidak perlu ke rumah sakit. Aku cukup membeli obat biasa yang aku pakai.”Henry mengerutkan keningnya, menunjukkan rasa khawatir. “Tapi, Julia, kau terlihat sangat tidak nyaman. Apakah kau yakin hanya cukup dengan obat yang biasa kau beli? Sebaiknya kita memeriksakan kondisimu ke Dokter.”Julia menatap Henry dengan tatapan meyakinkan. “Henry, aku tahu bagaimana kondisi tubuhku. Ini hanya gejala gerd yang kambuh. Aku hanya perlu obat yang biasa aku pakai untuk meredakan asam lambungku. Lagipula, aku bisa mengatasinya dengan obat yang biasa aku gunakan.”Julia takut akan kebenaran yang terungkap. Dia terus membujuk Henry dengan alasan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 26 Tidak Penting Untuk Dicari

    Wassaic Station. Eva masuk ke dalam kereta, duduk sembari menunggu jam pemberangkatan 20 menit lagi. Dia duduk dengan tenang. 30 menit berlalu, Ryan dan Samuel akhirnya tiba di Wassaic. Keduanya terburu-buru mencari pemberangkatan menuju Grand Central Terminal, stasiun utama dan ikonik di New York City. Itu adalah terminal utama untuk kereta Metro-Nort Railroad yang menghubungkan Manhattan dengan wilayah utara lainnya. Sialnya, kereta tujuan Grand Central sudah meninggalkan stasiun 10 menit yang lalu. Satu-satunya rute yang tersedia menuju Harlem. Itupun mereka harus melakukan transit menuju Poughkeepsie Station lebih dulu sebelum tiba di Herlem. “Asisten Ryan, sepertinya kita sedang tidak beruntung hari ini,” ucap Samuel dengan terengah-engah karena berlari. Ryan menghela napasnya pasrah. Samuel kembali melanjutkan, memberikan saran pada Ryan. “Asisten Ryan, mungkin Anda bisa mencoba untuk menghubungi Henry untuk menjemput Eva di terminal.” Dengan cepat Ryan merogoh ponselny

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 27 Antara Harapan dan Kenyataan

    Mobil Henry terparkir rapi di depan rumah megah memiliki halaman luas dan nyaman. Mereka tiba di sana saat awan gelap. Eva dan Henry sedari tadi menjawab tanpa ada yang bicara. Keduanya saling cuek. Henry menghela napas lalu berkata dengan nada dingin, “Papa sudah tahu kalau kau pergi melarikan diri. Jadi sebisa mungkin kau memberikan alasannya. Jangan berharap aku membantumu untuk berbicara. Kau tanggung sendiri resiko dari tindakanmu” Eva mengepalkan tangannya. Situasi ini bukanlah pertama kalinya untuknya. Namun hatinya tetap merasakan sakit dengan ucapan Henry. Eva menoleh ke arah Henry dengan memutar ulang. “Kalau kamu berpikir aku meminta bantuanmu, kamu salah, Henry! Aku sudah biasa berada dalam situasi seperti ini sendiri tanpa bantuanmu. Jadi tidak perlu kau membantuku.” Henry melebarkan kedua matanya, tidak menyangka jika Eva akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak dengan kata-kata Eva seolah-olah dia tidak dibutuhkan. Eva

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 28 Tepi Ketegangan

    Samuel menutup pintu mobilnya, duduk di kursi pengemudi. Ia memandang gedung apartemen yang ada di sebelah mobilnya. “Apa dia bersama Henry.”Samuel merogoh ponsel dalam saku jasnya, ia menekan layar ponselnya yang tertera nama Eva. Nomor ponsel itu masih di luar jangkauan.Samuel menghela napasnya panjang. “Semoga benar jika Henry menjemputnya di terminal. Aku akan kembali besok, memastikan bagaimana keadaannya. Semoga dia baik-baik saja.”Samuel menyalakan mobil, melajukan mobilnya di tengah hiruk pikuk kota yang tidak pernah tidur.Baru saja dia datang ke gedung apartemen yang ditempati oleh Eva. Namun apartemen kamar unit yang Eva tempati tampak kosong.Terpaksa ia harus kembali dan memastikan keesokan harinya.Sementara di sisi lain, Eva berdiri di depan pintu kamar, tatapannya tertuju pada Henry yang bersiap merebahkan diri di atas tempat tidur.Ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, sebuah campuran antara ketikpercayaan dan kenyataan yang membanjiri pikirann

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 29 Perasaan Bersalah dan Ketidakpastian

    Eva meremas tangannya, ia kembali menundukkan kepala dengan perasaan bersalah yang mendalam. Eva berkata dengan pelan, “Itu karena aku. Maafkan aku, Sam.” Samuel menggelengkan kepala dan menjawab lembut, “Tidak, Eva, berhenti untuk terus-menerus meminta maaf. Kami masih menyelidiki semuanya memastikan kebenarannya. Meskipun Henry memiliki sikap yang egois, tapi aku rasa dia tidak akan melakukan hal itu.” Mata Eva mulai berkaca-kaca, hatinya terasa berat. Samuel adalah orang baik. Seharusnya dia membalas dengan kebaikan pula, bukan dengan memberinya masalah seperti ini. “Coba katakan padaku, memang apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau harus merasa jika itu adalah salahmu?” Samuel bertanya denga nada rendah. Eva menarik napas dalam dan mencoba menenangkan diri. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Di dalam hatinya rasa perasaan campur aduk menyelimuti, rasa cemas sebab situasi yang rumit dan rasa bersalah yang menghimpit kerena melibatkan Samuel dalam masalah rum

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 30 Bermain Peran

    Eva menghela napas, menatap langit-langit kamar dengan frustasi. Dia menyadari proses perceraian yang lambat memperburuk situasinya, dan dia harus mencari solusi.“Nyonya bisa menghubungi Tuan Henry atau menemuinya langsung. Saya akan mengirimkan pemberitahuan resmi lagi agar Tuan Henry segera menandatangani.” Suara James menunjukkan rasa tanggung jawab dan upaya mencari solusi.Eva mengangguk meski tidak terlihat oleh James, berusaha untuk tetap tenang. “Baik, Tuan James. Terima kasih atas bantuannya.”Ketika percakapan berakhir, dia menutup teleponnya dan duduk diam sejenak.Dia menatap telepon dengan pikiran melayang, meskipun ada harapan, kekhawatiran akan hasil dan kelanjutan proses pereraiannya membebaninya.Di sisi lain, Harrison Realty Partners, dengan senyum cerah dan langkah penuh percaya diri Julia memasuki ruangan Henry.“Halo, Henry, aku sudah menyiapkan dokumen rapat minggu ini. Ini berisi agenda rapat, catatan rapat sebelumnya, dan beberapa catatan penting dari departem

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 31 Antara Peran dan Kenyataan

    Jonathan membalas jabatan tangan dan tersenyum lebar penuh rasa terima kasih. “Terima kasih banyak, Mr. Henry. Semoga pernikahan kalian selalu diberkati.”Eva terpaksan menahan senyum dan menampilkan wajah bahagia di depan Jonathan. Dia merasa seperti artis papan atas yang memainkan perannya dengan sempurna meskipun hatinya bergejolak.Dia merasakan beratnya perasaan yang harus disembunyikan di balik senyuman yang dipaksakan. Setiap doa tentang kebahagiaan mereka bagaikan cambuk yang mengingatkan ketidakpastian yang dia alami dalam rumah tangga.Tangan Henry terulur mendarat di pinggang Eva. Dia memberika kode dengan gerakan kepala kepada Eva untuk memberikan ucapan selamat pada Jonathan.Eva tersenyum lembut. “Selamat ulang tahun pernikahan, Tuan. Semoga kebagaiaan dan keberuntungan berlimpah selalu menyertai Anda dan sekeluarga.”Jonathan membalas senyuman Eva dengan penuh rasa syukur.Dia memandang Eva lalu mengalihkan matanya ke arah Henry. “Kau benar-benar memiliki Istri yang can

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 95

    Satu per satu pakaian milik Eva itu dia masukkan ke dalam tas dengan rapi. Dia mengenali setiap sentuhan kain, tiap tekstur yang berbeda, mulai dari kaos lembut yang sering dikenakan Eva saat santai, hingga pakaian tidur yang nyaman.Di sudut lain, seorang wanita paruh baya dengan wajah lembut tampak sibuk menyiapkan apa saja yang diperlukan. Dialah Nyonya Rosie, dengan telaten dia memastikan setiap detail sebelum keberangkatan Eva ke rumah sakit.“Eva, aku tidak bisa menemanimu di sana. Aku sudah menyiapkan semuanya, jaga dirimu baik-baik. Ikuti apa kata Samuel.” Suaranya lembut penuh perhatian.Eva tersenyum, meski matanya tidak bisa melihat, dia bisa merasakan ketulusan wanita paruh baya itu. “Terima kasih, Nyonya. Anda sudah banyak membantu. Tidak apa-apa, Nyonya, doakan saja agar semuanya berjalan lancar.”Nyonya Rosie mendekat, memberikan pelukan hangat sebelum keberangkatan Eva.Samuel yang sibuk memasukkan baju, memandang dua wanita itu sekilas dengan perasaan hangat. Matanya,

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 94 Merelakan

    Malam itu semakin terasa dingin, tapi bukan karena angin, melainkan kekosongan yang menguasai hatinya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba memenuhi paru-parunya dengan udara segar. Akan tetapi rasanya tidak cukup untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Bayangan wajah Eva kembali muncul di benaknya. Senyumnya yang lembut dengan semangat juang yang tidak pernah pudar selalu membuatnya tenang dan lebih asik menjalani hari. Akan tetapi Samuel tahu dan sadar diri, Eva bukan miliknya. Lagi-lagi kenyataan itu menamparnya keras. “Sejak kapan kau menyukainya?” Pertanyaan Henry itu terus berputar-putar dalam pikirannya. Entah kapan itu, dia tidak tahu jelas. Karena kian hari simpatinya itu menuntunnya semakin jauh untuk lebih dekat dengan Eva.Hatinya selalu tergerak untuk mendekati Eva. Hingga akhirnya rasa simpati itu berubah menjadi rasa yang tidak biasa.Samuel terkekeh pelan. Tawa itu menunjukkan ejekan pada dirinya sendiri. “Begitu banyak wanita di luar sana, Sam. Bagaimana bisa k

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 93 Sulit Menunjukkan Perasaannya

    Malam itu, di balkon apartemen Samuel, angin malam menyapu dengan perlahan membawa udara sejuk yang menyejukkan kulit. Kota di bawah sana terdengar riuh, suara kendaraan terdengar samar dari kejauhan. Meski kota itu terlihat hidup, tetapi di balkon itu terasa sepi dan sunyi. Henry berdiri di sudut balkon, matanya menatap jauh, pandangannya kosong seperti tidak melihat apa-apa. Wajahnya yang angkuh dan arogan itu kini terlihat sedikit sayu. Seperti kehilangan jati dirinya.Tiba-tiba saja terdengar langkah kaki yang mendekat dari arah belakang. Tanpa Henry menoleh, dia tahu jika itu adalah Samuel. Beberapa detik kemudian Samuel muncul dengan membawa dua gelas Champagne di tangannya. Samuel memberikan satu gelas itu pada Henry, kemudian dia berkata, “Tidak biasanya kau datang ke mari? Apa yang membuatmu datang tiba-tiba?” Samuel meneguk champagne miliknya, dia memutar tubuhnya beralih memandang pemandangan kota di bawah sana, dengan satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana.“Bagai

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 92 Perasaan Mengubah Segalanya

    Henry sedang duduk tenang di ruang kerjanya, ia tidak terpengaruh meski Ryan masuk tanpa mengetuk pintu. Wajah Ryan tampak serius, dan ada secercah kegelisahan yang sulit disembunyikan."Tuan," panggil Ryan dengan nada berat.Henry mendongak, meletakkan dokumen yang tengah dia baca. "Ada apa?"“Nexus Group menghubungi saya setelah pembatalan pertemuan Anda dengan mereka. Mereka meminta kejelasan pasti. Jika tidak ….”“Jika tidak, apa?” Suara Henry terdengar berat. “Jika mereka ingin memberikan proyek itu pada orang lain dan meminta pinalti, berikan saja pada mereka.” “Tapi, Tuan … bagaimana jika klien yang lain tidak mempercayai kita lagi?” ucapnya dengan cemas. Ryan memerhatikan Henry dengan lekat. Dia bisa melihat perubahan Henry setelah mengetahui kondisi Eva. Dalam hatinya, dia senang jika Tuan-nya akhirnya bisa sadar dan melakukan segala upaya. Namun, semua pekerjaan terbengkalai. Hingga membuat Julia frustasi dan marah. Pekerjaannya bertambah, ditambah lagi dia semakin terja

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 91 Kasihan Sekali si Ular

    Julia menerobos pintu ruangan Henry dengan langkah cepat, heels-nya beradu dengan lantai marmer, menciptakan gema di sepanjang ruangan. Henry yang sedang berdiri di depan jendela besarnya, menoleh, melihat kedatangan Julia dengan ekspresi yang tidak bersahabat.“Henry!” suara Julia memecah keheningan, penuh dengan kemarahan yang tertahan. “Kau tahu sudah berapa kali kau membatalkan pertemuan dengan klien tanpa pemberitahuan yang jelas? Ini bukan hanya membuatku kewalahan, tapi juga mencoreng reputasi perusahaan!”Henry melangkah pelan, mendudukkan diri dan menyandarkan punggungnya ke kursi, kedua tangan disilangkan di dada. Tatapan tenangnya membuat emosi Julia semakin memuncak.“Kau tahu apa yang terjadi tadi pagi? Klien dari Nexus Group marah besar karena kau membatalkan pertemuan lima menit sebelum waktu yang dijadwalkan! Aku harus memohon pada mereka agar tidak memutuskan kerja sama!” Julia melanjutkan dengan nada yang lebih tinggi.Henry menghela napas pelan, tangannya bergerak

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 90

    Henry berdiri di ruang konferensi rumah sakit, menghadap deretan dokter ahli yang dipanggil khusus untuk menangani kondisi Eva. Jas mahalnya tampak berantakan, dasinya longgar, namun sorot matanya penuh tekanan yang tak terbantahkan. "Ini bukan permintaan, ini perintah," ujar Henry tegas, suaranya bergema di ruangan itu. Dia memandang satu per satu wajah para dokter di depannya. "Aku tidak peduli apa yang kalian butuhkan, peralatan, teknologi, atau bahkan tenaga ahli lain. Aku akan memberikannya pada kalian. Tapi kalian harus menyembuhkan matanya." Dokter Collins, seorang spesialis saraf, menghela napas panjang. "Tuan Henry, kami memahami keinginan Anda, tapi glaukoma yang dialami nyonya Eva sudah mencapai tahap yang tidak bisa dipulihkan. Kerusakan saraf optik dan ototnya bersifat permanen." "Jangan beri aku alasan!" Henry memotong dengan suara meninggi. "Kalian semua di sini karena aku percaya kalian adalah yang terbaik. Kalau ada yang bisa dilakukan, maka lakukan. Kalau tidak,

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 89 "Aku Hanya Inging Dia Bahagia"

    "Aku akan menanggung kesembuhan Eva, tapi ada syaratnya..." Henry mengucapkannya dengan nada santai, tatapannya mengarah ke Samuel.Samuel, yang awalnya duduk santai, seketika mengerutkan kening. Kebingungan terlihat jelas di wajahnya. Dia mencondongkan tubuh ke depan, menatap Henry dengan sorot mata penuh tanda tanya."Syarat?" tanyanya, mencoba memahami maksud Henry. "Apa syaratnya?"Henry menyeringai lebar, melipat tangannya di depan dada. Sorot matanya tidak berubah. "Aku akan menanggung semuanya tapi kau harus menjauhinya."Samuel membeku di tempat. Kata-kata Henry menghantamnya seperti pukulan keras mengenai kepalanya.Matanya melebar menatap Henry dengan tatapan tidak percaya. Menjauhinya? Kata-kata Henry terngiang-ngiang di kepalanya. “A-apa maksudmu?” Samuel menahan suaranya yang gemetar. Henry tetap di posisi yang sama, menyeringai tanpa ragu sedikitpun di wajahnya. “Kau pasti mendengar apa yang aku katakan, Sam. Aku akan menanggung semua biaya kesembuhan Eva, tapi kau ha

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 88 Pada Akhirnya Mengalah

    Midtown Manhattan. Samuel memijat pelipisnya, menatap layar komputernya yang sudah tidak lagi menampilkan email pekerjaannya. Semua email masuk selesai dicek, semua tanggung jawab sudah dituntaskan, tapi hatinya masih terasa sesak. Dia bersandar pada kursi yang sepertinya sudah menjadi bagian dari dirinya. Pemandangan kota yang luas terbentang di luar jendela, tapi dia merasa terjebak dalam kesunyian yang begitu dalam. Samuel memandang ke luar jendela cukup lama. Pikirannya kembali melayang pada Eva. Wajahnya, senyum lembutnya, dan tatapan matanya yang penuh harapan. Dia tahu perasaannya terhadap Eva lebih dari sekadar simpati. Ada sesuatu yang lebih dalam, yang dia rasakan. Namun, seperti halnya dengan banyak hal dalam hidupnya, Samuel tahu bahwa ada saat-saat di mana perasaan itu harus dipendam. Dalam keheningan apartemennya ini, Samuel hanya bisa berharap. Dia berharap agar operasi itu berjalan lancar, agar Eva bisa merasakan kebahagiaan yang layak dia dapatkan. N

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 87

    “Kalau kau merasa bisa membantunya, kenapa tidak kau yang menyembuhkannya dengan uang milikmu itu?” Ekspresi wajahnya tetap sama, mencerminkan sikap yang sama sekali tidak peduli.“Bukankah kau yang paling peduli dengannya?” jawabnya dingin, nada suaranya tak menunjukkan sedikit pun empati. “Dia tidak terlalu penting sampai-sampai harus menghabiskan waktu dan uangku.”Samuel menggertakkan gigi-giginya. Dengan gerakan kasar dia menarik kerah baju Henry dan berteriak, “Sebenarnya apa maumu, Hen? Dia menjadi seperti ini karena keegoisanmu, tapi kau tidak merasa bersalah sama sekali! Di mana letak hatimu, hah?” Suaranya terdengar gemetar, antara marah dan kecewa.Samuel melepaskan cengkeramannya dengan kasar, sikap Henry lama-lama membuatnya muak. Dia mundur selangkah, menatap pria di depannya dengan mata yang penuh kebencian. Samuel menunjuk ke arah Henry, nadanya semakin meninggi. “Kau itu benar-benar munafik! Apa kau pikir aku tidak tahu bagaimana dirimu sebenarnya jika mengenai Eva!

DMCA.com Protection Status