Gadis itu masih menangis saat tiba di ruangannya.
Semua yang melihatnya merasa iba tapi tidak ada yang berani untuk ikut campur.Karena kalau sudah begini, berarti dia dipecat secara tidak hormat oleh Sam.Entah kesalahan apa yang gadis itu lakukan mereka tidak tahu.Yang jelas karyawan lain akan melihat apa yang dilakukan Sonia itu sebagai contoh.Agar tidak berbuat kesalahan yang sama kalau masih ingin bekerja di perusahaan ini.Sonia menghapus air matanya dan tatapannya berubah menjadi tajam.Hatinya bukan lagi berisi kesedihan karena dipecat tapi mulai timbul iri, dengki dan memupuk dendam pada mereka.Dia merasa Hendra sudah membuangnya dan hanya memanfaatkannya.Sementara Sam yang terus menolaknya dan malah memecatnya secara tidak hormat.Dia membenci mereka. Gadis itu akan membalaskan sakit hatinya suatu hari nanti.'Lihat saja! Aku akan membuat perhitungan pada kalian!'Gadis itu menghapus ai"Mama, ada apa kemari tiba-tiba?" tanya Hendra yang kalut.Dia langsung bangkit dari kursi dan menghampiri istrinya.Bukannya menjawab, Angelina malah balik bertanya dengan tidak sabar pada suaminya itu, "Apa yang sudah kamu lakukan, Mas? Apa benar semua yang mereka tuduhkan padamu?!" brondongnya dengan berbagai macam pertanyaan.Hendra masih bingung apa yang dimaksud oleh istrinya ini.Di satu sisi dia juga takut kalau Angelina mengetahui apa yang sudah dia lakukan dan memihak pada Adam dan Sam."Ma, tenanglah. Ayo, duduk dulu!" ucapnya sambil membawa Angelina menuju sofa."Bagaimana mama bisa tenang, Pa! Mama baru saja mendengar dan melihat apa saja yang kamu lakukan selama ini," jelasnya dengan emosi yang menggebu.Hendra menelan ludahnya kasar. Jantungnya seketika berdegup kencang karena gugup.'Sialan! Mereka pasti sudah mengatakan semuanya! Apa yang harus aku lakukan sekarang?' hatinya mengumpat.Hendr
Pria itu kembali ke lantai bawah lalu menemui salah satu petugas security yang ada di apartemen."Aku ingin kamu memberikan semua informasi tentang gadis yang berada di lantai atas. Aku akan memberikanmu uang komisi. Bagaimana?" tawarnya pada petugas itu.Petugas itu tampak berpikir karena itu sangat beresiko tapi kemudian dia mengangguk setuju dan meminta imbalan di depan."Aku mau, tapi itu sangat sulit. Jadi aku minta dp-nya dulu Bos!" ucapnya sambil tersenyum.Pria itu paham apa yang petugas ini maksudkan."Jangan khawatir. Ini! Anggap saja itu adalah bentuk kerjasama awal kita," ucapnya sambil menyelipkan amplop ke tangan kanan petugas itu.Petugas itu lantas tersenyum sumringah.Lalu pria itu juga menyebutkan nomor ponselnya kalau petugas itu ingin melapor maka tidak perlu repot untuk menghubunginya.Setelah melakukan transaksi, pria itu kembali ke mobilnya.Ya!Pria itu adalah Dion.
Sam dan Juna langsung bergegas kembali ke kantor setelah mendapat telepon dari Pak Yudi.Sam yakin pasti ada hal yang penting yang ingin disampaikan karena Pak Yudi memberitahu kalau Papanya yang meminta.Setelah Juna membawa mobil dengan kecepatan penuh. Akhirnya Sam sampai juga tepat waktu.Entah kenapa jantung Sam berdetak lebih kencang kali ini. Perasaannya mendadak tidak enak.Sebelumnya…Di rumah Hendra…Hendra yang baru saja selesai sarapan dan bersiap pergi ke kantor, teringat percakapannya dengan Angelina kemarin.Dia pun dengan cepat memutar otak untuk mencari ide. Waktu terus berjalan, jadi dia tidak akan membiarkan sedetikpun berlalu dengan percuma.Anak mereka, Alice, masih sarapan di meja makan. Jadi Hendra meminta Angelina untuk segera mengantarnya ke depan pintu."Ma, ada yang ingin aku bicarakan," pintanya setelah selesai memakai sepatu."Tentang apa, Pa?""Bagaim
Sam juga terkejut mendengar hal itu. Terlihat Pak Yudi yang menghembuskan napas dengan kasar, karena hanya dia yang mengetahui hal itu saat mendampingi Adam.Ya, sudah lama dia bekerja untuk perusahaan ini. Dari awal Adam merintis perusahaan dan dialah yang menjadi asistennya pertama kali sampai sekarang.Tentu saja hampir tidak ada rahasia yang disembunyikan Adam darinya. Termasuk soal pemberian saham pada Angelina.Angelina terlihat shock mendapatkan fakta bahwa selama ini Adam yang memberikan saham itu padanya bukan dari Papa mereka. Wajah putihnya semakin terlihat putih karena sudah pucat pasi dan dadanya naik turun karena napas yang sudah tidak beraturan.Selama ini memang Angelina tidak pernah ikut andil dalam hal perusahaan, jadi Adam memutuskan hanya memberikan sedikit saham pada adiknya itu.Dia sangat menyayangi Angelina meskipun adiknya tidak memberikan apa-apa pada perusahaan ini. Tapi sekarang Angelina tiba-tib
Ya benar!Orang itu adalah Dion!.Entah kebetulan atau apa, dia memang lumayan sering datang ke restoran itu karena di sana juga memiliki club yang terletak di belakang gedung.Dion memang suka menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang di club yang banyak wanita cantik.Dia pun dengan cepat memutar otak untuk memutuskan melakukan apa dengan kesempatan yang langka ini.Lalu terlintas di pikirannya yang ingin mengganggu mereka agar makan malam romantis itu jadi berantakan.Dengan gaya angkuh dan santai Dion berjalan melewati meja Sam dan juga Sarah.Lalu menyapa gadis itu dengan gaya sok kenal."Halo, Mbak cantik! Ternyata kita bertemu lagi di sini, ya?" sapanya sambil tersenyum ramah.Sarah yang terkejut melihat pria yang berdiri di samping meja mereka, seketika itu juga menghentikan aktivitas makannya.Sam juga mengerutkan keningnya karena heran.'Siapa pria ini?!' tanyanya dalam hati.
Angelina yang sudah lama menunggu suaminya pulang, akhirnya berdiri dari duduknya.Setelah Hendra masuk ke dalam kamar.Dia langsung mengeluarkan semua uneg-unegnya yang dari tadi ditahan."Pa! Mama sangat malu tadi! Mama sangat marah!" adunya dengan wajah kesal dan matanya mulai berair.Hendra yang melihat istrinya seperti itu langsung mendekat dengan cepat."Ada apa, Ma? Apa yang Mas Adam katakan?" Hendra bertanya dengan tidak sabar.Setelah lelah menahan akhirnya tangis wanita itu pecah juga."Aku diusir dari perusahaan, Pa!" dia menangis terisak."Apa?!" Hendra terkejut tidak percaya.Angelina pun menangis dipelukan suaminya."Bagaimana bisa, Ma? Kenapa Mas Adam tega mengusirmu?" Hendra mulai menjadi marah dan emosi.Tapi Angelina tidak lantas menjawab. Dia masih menumpahkan kesedihan dan juga kekesalannya.Setelah beberapa saat dan tangisnya mereda. Barulah dia mulai bicara.
Sam heran mendengar penuturan dari Juna. Dia merasa masalah baru terus bermunculan padahal dia baru saja menyelesaikan satu tapi sudah datang lagi yang lain."Siapa yang kamu maksud?" dia tidak bisa lagi menebak."Orang yang menelpon adalah Pak Bambang, Tuan!" jawabnya serius."Apa katamu? Pak Bambang yang menelpon?" Sam mengulang kembali perkataan asistennya."Iya benar, Tuan. Dia mengatakan kalau ingin meminta sesuatu hal dan jika Tuan mengabulkannya, maka dia akan memberikan informasi rahasia bahkan sangat penting tentang Pak Hendra, suami dari Nyonya Angelina, Tuan" jelasnya lebih rinci."Apa maksud dari orang tua bangka itu?! Jangan sampai dia mempermainkanku! Kalau tidak, aku akan membuatnya membusuk di penjara!" ucap Sam geram sambil berkacak pinggang."Tapi, Tuan … " Sam menatap Juna dengan tajam karena emosi.Juna sedikit menyela, "Dia bilang kali ini dia serius dan yakin kalau Tuan membutuhkan in
Adam pun geram karena merasa menyesal membiarkan Angelina memilih menikah dengan orang yang dia cintai dulu.Memang Adam tidak suka pada Hendra, tapi karena adiknya itu yang memilih sendiri calon suaminya dan demi kebahagiaan Angelina, Adam pun dengan rela merestui hubungan mereka.Sebelum menikah dengan adiknya, waktu itu Hendra hanyalah seorang karyawan biasa. Dan juga berkat adiknya juga dia bisa mengembangkan bisnis perusahaannya hingga sebesar sekarang.Tapi dengan kasus belakangan ini setelah Hendra membuat rencana yang selalu menyusahkan Samuel, anaknya. Hal itu semakin membuat Adam membencinya dan yakin kalau dia itu hanya tamak soal harta."Kalian harus waspada dengan Hendra! Aku tidak tahu apalagi yang sudah direncanakan olehnya sebelum ini. Dan aku tidak ingin dia selangkah maju di depan kita! Kita harus bisa menutup setiap celah sekecil apapun itu!" titahnya dengan penuh penekanan."Lalu bagaimana, Pa? Apa kita kirim saja Om H