Sam melajukan mobilnya dengan cepat.
Semua perasaan senang, sedih, marah dan penasaran semuanya bercampur menjadi satu.Setelah sampai, dia langsung saja masuk saat Sarah membukakan pintu untuknya."Apa maksud semua ini, Sarah? Jelaskan padaku dari awal!" titahnya dengan penuh penekanan.Pemuda blasteran itu menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan keras.Gadis itu hanya diam dan menunduk.Dia memilih duduk di seberangnya.'Aku harus mulai darimana?' hatinya bingung.Setelah hening beberapa saat, barulah Sarah membuka mulutnya untuk menjelaskan semua pada Sam."Aku akan ceritakan semua dari awal tapi dengarkan dulu dan jangan sanggah atau apapun sebelum aku selesai bicara. Bisa 'kan?" pintanya sedikit berani.Sam menjawab dengan anggukan singkat.Dengan menghembuskan napas pelan, gadis itu mulai bercerita.Mulai dari pertemuan mereka hingga saling menyukai, lalu saat Sarah diculik olehSam pulang sedikit terlambat hari ini.Dia melewatkan makan malam dengan mamanya.Ternyata Susan sudah menunggunya dari tadi."Sam, kenapa tidak bilang kalau pulangnya malam. Mama sudah menunggu dari tadi loh?" cerca mamanya saat melihat Sam berjalan menaiki tangga.Susan pun ikut menaiki tangga untuk menghampiri anaknya."Maaf, Ma. Tadi aku ada urusan penting jadi lupa memberitahu mama. Aku sudah makan di luar tadi," jelas Sam buru-buru.Susan menghembuskan napas pelan. "Apa kamu menemui gadis itu lagi?" tebaknya.Sam merasa seperti penjahat yang diinterogasi oleh polisi.Dia akan meluruskan kembali semuanya agar mamanya tidak salah menilai."Ma, kemarin hanya salah paham. Semua sudah selesai dengan baik," ujar Sam tersenyum memberikan pengertian pada mamanya."Darimana kamu bisa menyimpulkan seperti itu?" selidiknya ragu."Sam merasa bersalah, Ma. Seharusnya dia bisa lebih Sam jaga tapi sayang malah membuatnya dalam bahaya. Ma, maaf Sam belum bisa menjelaskan semuanya dengan detail
Hendra dengan cepat melajukan mobilnya, rumah adalah tujuan yang sangat penting kali ini, bukan seperti hari-hari sebelumnya yang hanya menjadi tempat tinggal semata.Langkah lebarnya semakin kentara dengan tegap tubuhnya.Masih lengkap dengan setelan jas hitam yang mempertegas kewibawaan dirinya sebagai seorang pimpinan perusahaan yang sudah dia bangun susah payah.Hendra harus segera menemui istrinya."Sayang! Mas, pulang!" ucapnya sedikit meninggikan suaranya.Hendra mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar, masih tampak sepi."Apa dia belum pulang?" gumamnya.Dia pun memutuskan untuk mengganti pakaian yang lebih santai.Angelina keluar dari kamar mandi. Ternyata dia sudah pulang dan baru selesai membersihkan tubuhnya."Pa, baru sampai?" Angelina tersenyum lembut."Iya, baru saja. Oh, ya! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu," ucapnya serius.Angelina mengernyitkan dah
Sam mendengar suara minta tolong Sarah, seketika langsung terkejut bahkan sampai berdiri dari kursinya."Ada apa, Sarah? Apa yang terjadi? Cepat katakan padaku? Apa kamu di kamar atau sedang di luar?" tanya pemuda itu dengan cemas.Semua pertanyaan terlontar begitu saja dari mulutnya.Hening sesaat.Tidak ada jawaban, hanya terdengar suara Sarah yang menangis membuat Sam semakin merasa frustasi karena gadis itu hanya diam saja.“Sayang, cepat katakan ada apa? Tolong jangan membuatku khawatir!" tanya Sam sekali lagi.Kali ini kesabarannya seperti sudah habis."Sayang, aku tidak apa-apa. A-aku sedang duduk di atas meja dapur. Tadi aku melihat ada kecoa yang keluar dari wastafel!" jelasnya dengan suara yang pelan.Sam menghembuskan napas lega mendengar itu. Dia pikir sesuatu yang buruk sudah terjadi pada gadis yang paling dia sayangi itu."Sarah! Aku pikir ada apa! Masa sama kecoa saja takut?" ledek Sam gemas.Sarah yang mendengar ucapan Sam yang meledeknya, otomatis dia langsung memasa
Sam memukul meja kerjanya dengan keras.Wajahnya memerah menahan marah."Sial! Mereka pasti sudah tahu kalau kita sedang mengejarnya. Apa kita terlalu gegabah dalam bertindak, Pak?" tanya Sam berbalik arah menatap pria berkacamata itu.Sorot matanya memperlihatkan kebingungan.Pak Yudi pun mengerti tentang kegelisahan Tuannya."Tindakan kita sudah benar, Tuan. Karena kalau tidak maka Nona Sarah pasti sudah tidak aman lagi sekarang. Biarlah saat ini mereka mengetahui kalau kita sedang memburu mereka. Setidaknya untuk saat ini, pasti mereka sedang bersembunyi di suatu tempat!" jelasnya mencoba mengemukakan pendapatnya.Sam paham akan situasi yang terjadi.Dia yakin kalau ini keputusan yang tepat.Setelah penjagaan di sekitar apartemen, ternyata di hari yang sama mereka mengincar Sarah.Terlambat sedikit saja kekasihnya bisa dalam bahaya."Benar sekali, Pak. Mereka pasti akan menggunakan cara lain dan sebel
Hari ini wajah Sam terlihat lebih ceria dari biasanya.Hal itu membuat orang tuanya merasa senang melihat anaknya bersemangat lagi.Sam sudah mau sarapan bersama mereka lagi seperti biasa."Hari ini kita akan mulai melakukan pembangunan, Sam. Papa harap kamu bisa membuat proyek ini berhasil! Semua ada di tanganmu," tutur Adam tersenyum."Iya, Pa. Semoga semuanya lancar sampai selesai!" jawab Sam mantap."Mama harap semua karyawan melihat hasil dan prestasi dari pekerjaanmu, Sam. Bukan hanya karena kamu anak papa. Para direksi pasti akan terkejut kalau kamu berhasil di proyek ini," Susan ikut menimpali."Iya, Ma. Aku akan langsung mengumumkan kalau Samuel adalah pewaris perusahaan kita. Lebih cepat lebih baik!" ujarnya yakin.Sam ingin protes pada keputusan Papanya. Bukan dia tidak mau tapi itu terlalu cepat.Dia masih perlu sedikit waktu lagi untuk menyiapkan semuanya.Tapi sekarang dia hanya bisa diam. Sam tidak ingin Mamanya melihat dia berdebat dengan Papanya.Dia harus membicaraka
Sam mengucapkan itu dengan tenang tanpa perasaan bersalah."Apa? Hahaha!"Pak Bambang yang mendengar Sam memecat dirinya langsung tertawa keras.Dia merasa pemuda itu benar-benar kehilangan akal sehat dan merasa tinggi hati."Memangnya kamu siapa? Anak baru kemarin sore saja kamu sudah belagu!" ucap pria itu ketus.Sam hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar. Sepertinya dia harus lebih bersabar menghadapi pria tua ini."Baiklah, kalau memang kamu tidak percaya. Besok pagi semua orang harus berkumpul di ruang meeting! Aku akan menyampaikan sesuatu yang penting pada kalian semua!" ucap Sam tegas."Tidak akan ada yang datang dan tidak ada orang yang mau mendengarkanmu! Aku sudah lama bekerja di perusahaan ini. Tidak semudah itu untuk memecatku!" ucapnya tetap sombong."Aku tidak akan banyak bicara, Pak. Kita lihat saja besok, hari ini aku ingin fokus bekerja!"Setelah mengatakan itu Sam pun pergi meninggalkan Pak Bambang yang menatapnya dengan tajam, terlihat jelas kilatan amarah
Ayah dan anak itu tersenyum pada semua orang yang ada di ruangan.Semua yang hadir terkejut karena tidak menyangka kalau selama ini dia adalah anak dari Tuan besar mereka.Kecuali Pak Agung yang sudah tahu lebih dulu, tapi dia bisa menyesuaikan diri dengan baik.Tapi satu orang yang pastinya paling shock melihat fakta ini.Siapa lagi kalau bukan Pak Bambang!.Wajahnya mendadak pucat pasi, keringat dingin mulai bercucuran dari keningnya.Tubuhnya terasa tidak bertulang dan tak mampu untuk duduk lebih lama lagi.'Apa aku salah dengar? Dia adalah putra Tuan besar? Tidak! Tidak mungkin!' batinnya ketakutan.Pantas saja Sam lebih berani padanya dibanding karyawan yang lain.Ternyata selama ini dia menyembunyikan identitas aslinya dari semua orang.Tidak ada yang peduli dan memperhatikan pria itu.Saat ini semua pandangan tertuju ke depan.Adam pun meminta anaknya untuk memberikan sedikit kata sambutan kecil.Sam sebenarnya sedikit gugup.Dia belum pernah ditatap oleh banyak orang apalagi d
Angelina kaget mendengar suaminya bicara seperti itu.Selama ini Hendra tidak pernah ikut campur soal perusahaan keluarganya tapi kenapa akhir-akhir ini dia seperti sibuk mencari tahu yang berkaitan dengan perusahaan Galaxi Group."Apa maksud ucapanmu, Pa? Sam itu anak Mas Adam! Tentu saja dia harus ikut menjalankan perusahaan," ucapnya sedikit kesal.Hal sepele seperti itu seharusnya suaminya sudah tahu tanpa harus dijelaskan.Hendra hampir saja lepas kendali.Dia akan lebih berhati-hati lagi karena saat ini istrinya belum sepenuhnya bisa dipengaruhi.Hendra berkata dengan pelan, "Bukan begitu, Ma. Maksudku, coba deh mama pikirkan lagi. Mas Adam masih mampu untuk memimpin perusahaan tapi kenapa Samuel yang masih belum tahu apa-apa sudah diberi jabatan tinggi. Pasti ada sesuatu hal!" Hendra mengutarakan pendapatnya secara keseluruhan.Ada juga alasan lain tapi dia hanya mengatakan salah satunya saja."Iya, Pa. Aku tahu, jadi itulah alasan Mas Adam. Justru karena dia ingin Sam belaja
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak