Sarah segera memastikan kalau pintunya sudah benar-benar terkunci.
Agar dia yakin kalau Sam tidak datang lagi.Baru setelah itu dengan langkah cepat masuk ke dalam kamarnya.Dengan tangan gemetar Sarah memegang file itu.Dia hanya mengambil satu file yang paling penting, setelah Sam memberitahunya.Gadis itu mulai membuka file itu dengan perasaan bersalah.Setelah melihat apa saja isinya, dia pun menyimpan file itu di dalam tasnya.Dia memutuskan untuk mengirim pesan pada orang itu.Tapi nyatanya malam ini dia tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang harus dilakukannya besok.***Kantor Galaxi Group…Sam dengan semangat menyiapkan segala sesuatunya.Hari ini dia akan menemui Pak Agung dan menyerahkan ide kasarnya untuk dianalisa.Barulah akan diserahkan kepada bagian pembangunan dan terakhir mengajukan semua datanya ke pemilik perusahaan yaitu papanya.Setelah laptopnya menya"Apa?!"'Apa file itu adalah milikku yang hilang?' tebak Sam."Dimana kamu melihatnya?" tanya Sam dengan nada tinggi.["Di belakang hotel, Sam. Maaf, bukannya aku sengaja, tadi aku pikir dia sedang menunggumu jadi aku mengikutinya untuk sekalian menyapamu. Setelah melihat pria lain yang keluar dari mobil, aku memilih bersembunyi," jelasnya merasa tidak enak.]Sam menyisir rambutnya cepat dengan jarinya.Pikirannya kalut mendengar hal itu dari Arya.Iya!Arya yang sedang menelponnya saat ini."Baiklah. Apa dia masih di sana?" Sam berusaha untuk tetap tenang.["Tidak ada hal lain yang terjadi. Pria itu sudah pergi dan Sarah juga sudah mengendarai motornya,"]"Ok, terima kasih. Aku mungkin akan membutuhkan pertolonganmu nanti. Aku tutup dulu teleponnya!"Sam mematikan ponselnya dengan emosi tanpa menunggu jawaban dari Arya."Sial! Apa sebenarnya yang sedang terjadi?" teriaknya ka
Sam merasa tidak semangat untuk pergi ke kantor hari ini.Dia merasa berat untuk melangkahkan kakinya setelah apa yang terjadi semalam.Baru saja Sam ingin berjalan menuju ruangannya lalu tiba-tiba resepsionis yang bertugas, memanggilnya."Pagi, Pak. Dengan Bapak Sam bukan?" tanya karyawati itu sopan."Iya, benar. Ada apa, Mbak?""Ini ada paket untuk Bapak. Silahkan!" ucapnya tersenyum.Gadis itu menyerahkan sebuah tas belanja yang dilipat bagian atasnya."Dari siapa, Mbak? Apa seorang pria?" tanya Sam penasaran."Dari wanita cantik, Pak. Tadi dia bilang ini barang penting milik Bapak yang ketinggalan, setelah itu dia langsung pergi," jelasnya.Kening Sam berkerut mendengar penjelasan gadis itu.'Wanita? Apa itu Sonia atau jangan-jangan?' batin Sam coba menebak."Ya sudah kalau begitu terima kasih ya, Mbak!" Sam pun kembali bergegas untuk menuju ruangannya.Setelah masuk dia l
Sam melajukan mobilnya dengan cepat.Semua perasaan senang, sedih, marah dan penasaran semuanya bercampur menjadi satu.Setelah sampai, dia langsung saja masuk saat Sarah membukakan pintu untuknya."Apa maksud semua ini, Sarah? Jelaskan padaku dari awal!" titahnya dengan penuh penekanan.Pemuda blasteran itu menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan keras.Gadis itu hanya diam dan menunduk.Dia memilih duduk di seberangnya.'Aku harus mulai darimana?' hatinya bingung.Setelah hening beberapa saat, barulah Sarah membuka mulutnya untuk menjelaskan semua pada Sam."Aku akan ceritakan semua dari awal tapi dengarkan dulu dan jangan sanggah atau apapun sebelum aku selesai bicara. Bisa 'kan?" pintanya sedikit berani.Sam menjawab dengan anggukan singkat.Dengan menghembuskan napas pelan, gadis itu mulai bercerita.Mulai dari pertemuan mereka hingga saling menyukai, lalu saat Sarah diculik oleh
Sam pulang sedikit terlambat hari ini.Dia melewatkan makan malam dengan mamanya.Ternyata Susan sudah menunggunya dari tadi."Sam, kenapa tidak bilang kalau pulangnya malam. Mama sudah menunggu dari tadi loh?" cerca mamanya saat melihat Sam berjalan menaiki tangga.Susan pun ikut menaiki tangga untuk menghampiri anaknya."Maaf, Ma. Tadi aku ada urusan penting jadi lupa memberitahu mama. Aku sudah makan di luar tadi," jelas Sam buru-buru.Susan menghembuskan napas pelan. "Apa kamu menemui gadis itu lagi?" tebaknya.Sam merasa seperti penjahat yang diinterogasi oleh polisi.Dia akan meluruskan kembali semuanya agar mamanya tidak salah menilai."Ma, kemarin hanya salah paham. Semua sudah selesai dengan baik," ujar Sam tersenyum memberikan pengertian pada mamanya."Darimana kamu bisa menyimpulkan seperti itu?" selidiknya ragu."Sam merasa bersalah, Ma. Seharusnya dia bisa lebih Sam jaga tapi sayang malah membuatnya dalam bahaya. Ma, maaf Sam belum bisa menjelaskan semuanya dengan detail
Hendra dengan cepat melajukan mobilnya, rumah adalah tujuan yang sangat penting kali ini, bukan seperti hari-hari sebelumnya yang hanya menjadi tempat tinggal semata.Langkah lebarnya semakin kentara dengan tegap tubuhnya.Masih lengkap dengan setelan jas hitam yang mempertegas kewibawaan dirinya sebagai seorang pimpinan perusahaan yang sudah dia bangun susah payah.Hendra harus segera menemui istrinya."Sayang! Mas, pulang!" ucapnya sedikit meninggikan suaranya.Hendra mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar, masih tampak sepi."Apa dia belum pulang?" gumamnya.Dia pun memutuskan untuk mengganti pakaian yang lebih santai.Angelina keluar dari kamar mandi. Ternyata dia sudah pulang dan baru selesai membersihkan tubuhnya."Pa, baru sampai?" Angelina tersenyum lembut."Iya, baru saja. Oh, ya! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu," ucapnya serius.Angelina mengernyitkan dah
Sam mendengar suara minta tolong Sarah, seketika langsung terkejut bahkan sampai berdiri dari kursinya."Ada apa, Sarah? Apa yang terjadi? Cepat katakan padaku? Apa kamu di kamar atau sedang di luar?" tanya pemuda itu dengan cemas.Semua pertanyaan terlontar begitu saja dari mulutnya.Hening sesaat.Tidak ada jawaban, hanya terdengar suara Sarah yang menangis membuat Sam semakin merasa frustasi karena gadis itu hanya diam saja.“Sayang, cepat katakan ada apa? Tolong jangan membuatku khawatir!" tanya Sam sekali lagi.Kali ini kesabarannya seperti sudah habis."Sayang, aku tidak apa-apa. A-aku sedang duduk di atas meja dapur. Tadi aku melihat ada kecoa yang keluar dari wastafel!" jelasnya dengan suara yang pelan.Sam menghembuskan napas lega mendengar itu. Dia pikir sesuatu yang buruk sudah terjadi pada gadis yang paling dia sayangi itu."Sarah! Aku pikir ada apa! Masa sama kecoa saja takut?" ledek Sam gemas.Sarah yang mendengar ucapan Sam yang meledeknya, otomatis dia langsung memasa
Sam memukul meja kerjanya dengan keras.Wajahnya memerah menahan marah."Sial! Mereka pasti sudah tahu kalau kita sedang mengejarnya. Apa kita terlalu gegabah dalam bertindak, Pak?" tanya Sam berbalik arah menatap pria berkacamata itu.Sorot matanya memperlihatkan kebingungan.Pak Yudi pun mengerti tentang kegelisahan Tuannya."Tindakan kita sudah benar, Tuan. Karena kalau tidak maka Nona Sarah pasti sudah tidak aman lagi sekarang. Biarlah saat ini mereka mengetahui kalau kita sedang memburu mereka. Setidaknya untuk saat ini, pasti mereka sedang bersembunyi di suatu tempat!" jelasnya mencoba mengemukakan pendapatnya.Sam paham akan situasi yang terjadi.Dia yakin kalau ini keputusan yang tepat.Setelah penjagaan di sekitar apartemen, ternyata di hari yang sama mereka mengincar Sarah.Terlambat sedikit saja kekasihnya bisa dalam bahaya."Benar sekali, Pak. Mereka pasti akan menggunakan cara lain dan sebel
Hari ini wajah Sam terlihat lebih ceria dari biasanya.Hal itu membuat orang tuanya merasa senang melihat anaknya bersemangat lagi.Sam sudah mau sarapan bersama mereka lagi seperti biasa."Hari ini kita akan mulai melakukan pembangunan, Sam. Papa harap kamu bisa membuat proyek ini berhasil! Semua ada di tanganmu," tutur Adam tersenyum."Iya, Pa. Semoga semuanya lancar sampai selesai!" jawab Sam mantap."Mama harap semua karyawan melihat hasil dan prestasi dari pekerjaanmu, Sam. Bukan hanya karena kamu anak papa. Para direksi pasti akan terkejut kalau kamu berhasil di proyek ini," Susan ikut menimpali."Iya, Ma. Aku akan langsung mengumumkan kalau Samuel adalah pewaris perusahaan kita. Lebih cepat lebih baik!" ujarnya yakin.Sam ingin protes pada keputusan Papanya. Bukan dia tidak mau tapi itu terlalu cepat.Dia masih perlu sedikit waktu lagi untuk menyiapkan semuanya.Tapi sekarang dia hanya bisa diam. Sam tidak ingin Mamanya melihat dia berdebat dengan Papanya.Dia harus membicaraka