Sarah dicecar oleh sang ibu yang memang selalu ingin jika dirinya melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Berbeda dengan gadis itu yang ingin menjelajah ke luar kota dan sesekali pulang untuk mengunjungi rumahnya.
Hal itu tentu saja menjadi bahan perdebatan di antara mereka. Sarah tetap pada keputusannya untuk tidak melanjutkan pendidikannya walau seberapa banyak pun keluarganya memaksa.“Aku ke luar sekarang. Mau tenangin pikiran dulu,” ujarnya segera berlalu dengan sepedanya yang sebenarnya tidak begitu bagus lagi.“Kai, tolong datang dan kejar Sarah sana. Takutnya nanti dia ngelakuin hal nekat,” ujar sang ibu melalui sambungan telepon.Kai yang sebenarnya sudah berada di sekitar tempat itu pun segera meluncur. Apalagi ia yang telah melihat kepergian Sarah.Terlihat jika gadis itu sangat ceria sekarang. Seolah tidak ada masalah dalam hidupnya. Gadis berusia 17 tahun itu terus mendayung sepedanya sambil bersenandung.“Ck,” deca“Kenapa kalian memperlakukan anak itu dengan sangat buruk? Dia sudah tidak punya keluarga. Kami yang akan bertanggungjawab kalau memang terbukti melakukan kejahatan.” Alma menyuarakan pendapatnya dengan lantang.Tak terasa, air matanya bahkan menetes tatkala melihat begitu banyak luka di sekujur tubuh anak itu. Ia menjadi sangat iba. Hal itu juga membuktikan betapa ia sangat menyayangi Jordhy.“Halah, jangan bilang karena kalian orang berada bisa semena-mena!” seru seorang penduduk.“Kaya dari mana? Kami hanya petani. Hei, berhenti berpikiran kuno seperti itu. Saya bisa laporkan kalian ke pihak berwenang. Memangnya kalian mau dipenjara?” balas Alma menantang. Ia benar-benar tidak mau mengalah dan kalah.Bagaimana tidak. Ia berada di tempat itu saja sudah penuh perjuangan. Saat ini suaminya tengah berada di rumah sakit, sendirian.Sudah merasa muak dan tidak terima diperlakukan tidak adil. Jordhy angkat suara.“Kalau memang saya t
Merasa semua ini tidak lagi benar, Jordhy melakukan penyelidikan sendirian. Keadaan di desa sangatlah kacau.Anak-anak bahkan tidak lagi dibiarkan bermain di depan rumah sendiri. Ke mana-mana selaluberamai-ramai atau setidaknya membawa hewan peliharaan sebagai teman.Satu tempat yang memang sangat ingin dikunjungi adalah persawahan ekstrem itu. ia melangkah sendirian ke sana tanpa ada keraguan.Hingga akhirnya tepat di siang itu, jantungnya bahkan hampir lepas. Ia sangat terkejut dengan pemandangan di depannya. Sebuah mayat dengan posisi terbalik di pinggiran sawah yang memisahkan lahan itu dengan ladang.“Tolong!” teriaknya dengan sangat kencang.Para warga dan polisi yang memang selalu berpatroli di segala tempat yang kebetulan tidak begitu jauh dari sana, pun datang. Mereka ikut terkejut.Kabar tentang ditemukannya anak itu menyebar ke mana-mana. Tidak sedikit media yang meliput berita itu sebab memang sudah sangat meresahkan sejauh ini.Miko dan istrinya yang memang sedikit akur d
Kini, kasus telah ditutup. Miko dihukum penjara selama 20 tahun lamanya. Memang bukan waktu yang singkat. Namun, keluarga sudah menerima dengan lapang dada, sebab perbuatannya memang sudah sangat keterlaluan. Pria itu bahkan diberi peringatan agar tidak pernah mengunjungi desa sampai kapan pun.Hal itu berpengaruh besar terhadap nama baik Jordhy. Kini, ia diterima dengan baik oleh warga. Tak sedikit dari mereka yang mendekatkan anak muda di sana untuk berteman dengannya.Rein dan Alma secara kekeluargaan membuat pesta kecil-kecilan untuk menyambut anak itu. Ya, Jordhy diangkat menjadi anak mereka.Sebuah kebahagiaan yang benar-benar dapat dirasakan oleh pria itu. Ia bahkan berharap agar kebahagiaan yang nyata ini bisa dirasakan selamanya.Namun, kebahagiaan itu tidak lama, setelah dirinya mendapatkan panggilan dari pamannya. Ia segera menjauh sekarang.“Jord, apa masih ada yang jagain kamu di sana?” Sebuah pertanyaan yang segera membuat Jordhy tertegun. Sepertinya sang paman sudah t
Joe merasakan kecurigaan yang teramat pada Jordhy. Terlebih ketika ia berkali-kali berusaha menghubungi semua anak buahnya yang selalu hanya berbalas dengan pesan.Kini, ia mengirimkan bala bantuan untuk mencari informasi yang sesungguhnya. Setelahnya, ia memperhatikan Sarma yang tengah memperhatikan wajah Jordhy di pajangan foto.Ia mendekat kemudian membentak gadis itu dengan nada lantang.“Ngapain?! Jangan terlalu berharap banyak! Saya nggak suka kalau kamu berharap bakal ada di pajangan foto itu. ngerti kamu? Sana, menjauhlah!”Ia bahkan secara terang-terangan mendorong tubuh anak itu menjauh.Sarma yang tengah menahan air mata segera berjalan cepat menghampiri Devi yang tengah membersihkan area dapur.Ia memeluk wanita itu dengan sangat erat. lalu menceritakan apa yang baru ia alami barusan.“Dia tidak jahat, Nak. Kamu nggak usah takut, ya?”Sarma menatap wanita di hadapannya dengan tatapan sendu. Ia masih
Sambil bekerja, Jordhy tetap mencari apa yang seharusnya ia cari. Senyumannya mengecut mendapati fakta jika Miko adalah salah satu orang yang dicari.Siang itu, Rein bertanya-tanya tentang siapa dia sebenarnya sebab memang dirinyalah yang membantu pria itu.“Bro, ayahku meninggal karena dibunuh, ibuku juga dilecehkan dan tidak tau di mana keberadaannya sekarang. Aku menyaksikan itu semua dengan mata kepalaku sendiri. Itu aku.”Rein terhenyak. Begitu juga dengan Alma yang sungguh tak habis pikir. Keduanya memasang wajah tidak senang. Bagaimana tidak, tujuan anak itu tak lain untuk membalas dendam. Pikiran buruk tentangnya seketika mencuat.“Om, Tante, aku datang bukan untuk balas dendam. Aku hanya ingin mencari tau.”“Jangan bilang kalau kamu ada hubungannya dengan masalah kemarin?” tanya Alma, jelas sangat meragukan pria itu.Jordhy terdiam. Ia tidak menyangka jika akan segera dicurigai dengan begitu mudahnya.
Boris pulang dengan wajah lesu. Ia dengan surat di tangannya terduduk lemas.Bunga dan Meta yang memang menyambut kedatangannya terlihat bersikap sama. Kedua wanita itu terlihat sangat sedih.“Mengirim surat ke desa juga dilarang. Maaf, Nak. Tidak ada yang bisa kulakukan.”Ucapan Boris membuat Bunga seketika sadar. Ia memang tak seharusnya bersikap seperti itu sebab membawa pengaruh yang buruk.“Tidak apa-apa, Ayah. Lain kali akan kucoba lagi.”Setelahnya wanita itu bergerak ke kebun di belakang rumah. Ia memanen tanaman yang akan dibagi-bagi ke tetangga.Tak berselang lama, anak-anak berdatangan sambil memakai topi dan jubah pelindung tubuh dari panas terik matahari.“Kalian baru pulang sekolah? Bibi nungguin dari tadi.”Terlihat jelas jika wanita itu kembali mendapatkan semangatnya.Boris yang tak kuasa pun menjauh dari sana. Ia duduk di halaman di depan rumah. Rasa kesal dan bingungnya berkecamuk.“Jangan terlalu dibebankan. Semua pasti membaik nantinya, mungkin belum waktunya saja
Di sebuah sekolah, terlihat Devi tengah mengantarkan putrinya memasuki sebuah lokasi elit di daerah itu. ia dengan bangga memperkenalkan Sarma pada teman-temannya.Walau Joe memang melarang, namun ketika pria itu tak sedang berada di sana, ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan.Baginya, jika sudah terlanjur, maka mungkin pria itu tak akan terlalu marah lagi. Tatkala ia dan Sarma tengah berbincang hangat mengenai sekolah itu di taman, seseorang menepuk bahunya. Ia amat sangat terkejut.“Siapa, ya?” tanyanya pada pria berjenggot itu kemudian memeluk Sarma dengan erat.“Bukan orang jahat, kok. Robby. Teman kerja kamu dulu di kepoli-““Robby? Hahaha ... masih ingatlah. Apa kabar kamu sama teman-teman di sana?” balas Devi segera menangkap perkenalan itu.“Seperti yang kamu lihat. Baik-baik saja, Dev. Semuanya aman.”Devi terlihat senang dengan pertemuan itu. ia dan Robby beserta anak masing-masing ke luar bersama men
Sarah yang memang sangat suka berpetualang seolah kembali menemukan arah hidup yang sesungguhnya. Ia yang biasanya tak pernah bersemangat berada di rumah, kini mulai memperhatikan keadaan.Ia bahkan bangun lebih awal dari biasanya. Menyiapkan makanan sang ibu yang tengah sakit, dan meramu obat yang memang seharusnya dikonsumsi.“Kamu mau pergi lagi?” tanya sang ibu ketika gadis itu sudah menyiapkan mandinya di jam 6.“Iya, Mam. Jalan-jalan sebentar. Nanti sore pulangnya. Gapapa, kan?”Wanita itu diam mematung di tempatnya. Sebentar? Pulangnya sore? Apa itu masih sebentar?Begitulah isi pikirannya sekarang. Ia tak kuasa memberi jawaban dan berjalan menjauh dari tempat itu.“Mam, nggak mungkin dong, aku nggak bisa ke luar menikmati-““Iya, pergilah.” Memotong pembicaraan putrinya kemudian masuk ke kamar dan membanting pintu.“Okey. Thanks.” Sarah terlihat santai dengan sikap sang ibu lalu melanjutkan kegiatannya.