Teriakan itu membuat dua gadis yang duduk menghadap meja belajar menoleh secara serempak.Seorang gadis berambut pendek sebahu masuk diikuti dua gadis lain di belakangnya, wajahnya terlihat sombong dan meremehkan tatkala memasuki ruangan. Sedikit membeku ketika melihat Vella ada di situ, salah satu alisnya pun terangkat, kemudian dia berucap, "Oh, ternyata kamu sudah punya teman sekamar ya?"Salah satu teman yang mengikutinya tampak maju selangkah dan membisikkan sesuatu padanya.Seketika dua mata itu melebar mendengar bisikan, lantas dia pun tersenyum mencela ketika melihat Vella dengan seksama. "Oh, dia adalah Kabut Suram itu ya?"Gadis itu menjeda ucapannya sejenak kemudian kembali berkata, "Tapi ... bukankah dia putri dari keluarga kaya? Kenapa dia bisa terdampar di sini sekarang?""Pasti keluarganya sudah menyerah menangani kelakuannya yang kejam seperti itu, makannya dia dibuang ke sini." Gadis lain terdengarnya nyeletuk dengan nada cibiran kental.Vella menghela napas kasar, s
Cahaya lampu malam jatuh menerpa lima anak gadis yang tengah berdiri di hadapan dua perempuan paruh baya dengan binar ketegasan yang tak bisa dibantah.Vella sudah tahu bahwa ini akan terjadi. Dia berdiri tenang kemudian mengangguk setelah mendapatkan pertanyaan yang panjang.Tentu saja Vella mengakui jika dia memang memukul Nadia di kamarnya.Namun, rona wajahnya yang tenang tanpa rasa bersalah, malah membuat dua wanita paruh baya itu menghela napas kasar."Vella, belum ada setengah malam kamu datang ke asrama ini, tapi kamu sudah membuat keributan. Kamu tahu hukuman apa bagi siswa-siswi yang menggunakan kekerasan di sini?" tanya kepala pengurus asrama.Vella menggeleng datar, dan menjawab, "Tidak."Kepala pengurus asrama terlihat mengangguk-anggukkan kepala samar, kemungkinan besar dia memaklumi karena Vella baru datang. Tapi nyatanya perintah hukuman itu tetap Vella dengar."Meski baru datang, bukan berarti kamu lolos dari hukuman, Vella. Ayahmu menyerahkan kamu di sini, maka kami
Segera pengawas itu menoleh dan melihat Vella yang hanya berdiri menatap piring-piring kotor. "Apa kamu ingin hukuman tambahan?" tanyanya.Vella hanya menghela napas kasar, sepertinya kali ini dia memang tak bisa menghindar.Tapi sebelum menyentuh piring-piring yang ada di depannya, manik hitam dingin itu sempat melihat tiga gadis yang tersenyum mencela kepadanya. Tapi detik berikutnya tiga gadis itu kehilangan keberanian untuk tersenyum. Tatapan Vella cukup untuk menenggelamkan nyali mereka.Waktu hampir menunjukkan pukul sembilan malam, manakala keempat gadis itu menyelesaikan hukuman mereka.Vella berjalan santai menuju ke kamarnya, seorang gadis culun yang tidak lain adalah Sabrina tengah menunggunya dengan binar lemah dan ketakutan setibanya di kamar tersebut. Vella lelah, sesungguhnya dia muak melihat ketakutan itu terus-menerus.Vella mendesah kasar. Dan bergegas naik ke tempat tidur yang berada di atas. Tapi segera dia mengurungkan niat kala Sabrina tiba-tiba memegang tanganny
Entahlah, rasanya begitu tidak terima saat Vella tersenyum hangat sembari menyambut lambaian tangan Samuel. Dengan penuh emosi dia menyahut tangan Vella dan mengajaknya pergi. "Ish, lepaskan aku tidak perlu menyeretku seperti ini." Vella mengibaskan tangannya. "Vella, berhenti ya, aku tidak suka kamu terlalu dekat dengan anak kelas sepuluh itu!" Senyum seringai terbit begitu mendengar keluhan Rino. "Lalu bagaimana denganmu? Apa yang kamu lakukan baru-baru ini, ha? Aku tidak menamparmu saja itu sudah bagus." "Vella, kenapa kamu masih secemburu itu dengan adikmu? Sudah aku bilang cuma ada kamu satu-satunya." "Menjijikkan!" Segera Vella meninggalkan Rino usai mengucapkan kata ketus. "Vella ... jangan marah terus seperti itu. Oke, aku tidak akan menjemput Andin lagi mulai sekarang," ucap Rino sembari mengejar langkah lebar Vella. "Terserah!" "Vella ...." Dari sudut yang berbeda Samudera tengah memperhatikan bagaimana cara Rino mengejar-ngejar Vella. Wajah tampannya menunjukkan ron
Seketika Vella terkesiap mendengar ancaman Samudera. Dan entah mengapa dia selalu tidak bisa mengimbangi sikap dingin Samudera, laki-laki yang menggenggam tangannya ini selalu mempunyai sisi dominan yang sangat kuat hingga bisa mengendalikannya.Vella tak bisa berkutik, kala Samudera mengajaknya masuk ke dalam mobil.Vella juga kembali terkesiap kala Samudera menunduk tepat di depan wajahnya."Kamu mau apa? Jangan dekat-dekat!" pekik Vella sembari mendorong dada Samudera agar tidak terus mendekat.Tapi setelah melihat senyum seringai yang sangat menjengkelkan milik Samudera, dia baru sadar jika Samudera hanya ingin memasang sabuk pengaman di tubuhnya.'Menyebalkan!' batin Vella kesal.Segera mobil itu melaju setelah semua penghuninya tenang."Ke mana sopirmu?" tanya Samudera acuh tak acuh."Tidak ada. Tidak ada antar jemput lagi untukku sekarang."Samudera tersenyum samar dan bertanya, "Kenakalan apa lagi yang kamu lakukan?"Sejenak Vella mencerna pertanyaan Samudera. 'Apa benar selam
"Sepertinya itu sangat sulit, Nyonya Arganta," ucap Ramzi setelah tersenyum hambar pada Indina. "Apa maksudnya sulit? Vita sudah tidak ada sekarang, jadi pihak keluarga juga punya hak untuk mengelola aset tersebut selama ahli waris belum bisa mengelolanya." Suara Indina mulai meninggi. "Benar, tapi kekayaan mendiang nyonya Vita terpisah dengan kekayaan tuan Edgar. Itu sudah menjadi perjanjian mereka saat menikah, jadi tidak ada yang bisa mengambil alih kekayaannya selain ahli waris asli, termasuk tuan Edgar sekali pun. Jadi mustahil jika ada pihak lain bisa mengelolanya," terang Ramzi tenang. "Tapi sekarang aku adalah mamanya Vella. Jadi apapun yang berkaitan dengan Vella juga menjadi tanggung jawabku termasuk kekayaan yang dia punya." Indina masih saja ngotot. "Iya Nyonya Arganta, semua orang juga tahu itu, hanya saja saya pikir Anda tidak cukup bodoh untuk mengetahui jika hanya orang yang mempunyai hubungan darah asli yang bisa mewarisi kekayaan mendiang nyonya Vita." Ramzi m
Vella terbengong mendengar tawaran Samudera. 'Ya ampun, anak ini ...,' batinnya."Kamu benar-benar ingin memanfaatkan kesempatan yang ada ya?" tanya Vella ketus kemudian berjalan.Samudera pun tersenyum samar dan mengikuti Vella. "Memangnya kenapa? Bukankah aku melamar di waktu yang tepat?"'Melamar? Apa ini bisa disebut lamaran?' batin Vella geli, memikirkannya saja rasanya Vella tidak berani, tapi laki-laki di sampingnya malah menyebut itu lamaran."Bagaimana? Kita bisa langsung menikah sekarang?" tanya Samudera datar."Aku jadi heran, kenapa anak-anak di sekolah sangat takut padamu? Bahkan sekarang aku melihatmu seperti seorang pelawak," ucap Vella acuh tak acuh."Benarkah? Jika tidak takut, kenapa kamu tidak segera menerima lamaranku?" desak Samudera."Berhenti berkata omong kosong, Sam. Lihatlah seragam yang melekat di tubuh kita. Baru sampai di kantor urusan sipil saja kita pasti sudah ditendang jika menyebut tentang pernikahan.""Kalau begitu ayo kita ganti baju dulu.""Sam ...
Plak!Tamparan Vella terdengar keras, usai menarik Andin di pelataran sekolah keesokan harinya."Kak, sakit! Apa yang kamu lakukan? Ah!"Andin memekik kesakitan kala Vella menyerangnya dengan sangat mendadak."Non, hentikan! Nona Andin bisa sakit." Sang sopir yang baru saja keluar dari dalam mobil mencoba menarik Vella untuk mencegah pertikaian kakak beradik ini.Namun, ketika sang sopir menariknya, Vella juga menarik rambut Andin hingga gadis itu kembali memekik kesakitan."Kak, lepaskan rambutku! Ah, ini sangat sakit!""Non, lepaskan rambut nona Andin, dia bisa botak!" Kembali sang sopir memekik sembari melepaskan tangan Vella dari rambut Andin.Seketika pertikaian kakak beradik pagi ini menjadi pusat perhatian para siswa siswi lain yang baru saja tiba di sekolah."Ada apa lagi dengan mereka?""Entahlah, sepertinya pertikaian mereka tiada akhir."Cuitan siswa siswi lain bisa didengar dengan jelas oleh telinga Vella. Tapi dia tidak peduli."Kak, lepaskan!" Andin terus memekik kesakit
Pukul 7 malam, stadion Galaksi telah dipenuhi oleh lautan manusia.Sebanyak 10.000 penonton memadati dan berdesakan di stadion tersebut. Mereka seolah seperti semut berebut memasuki sarang.Di sisi lain, Virgon secara terpisah mengatur siaran langsung untuk konser malam ini.Sungguh tak terduga, setelah mengetahui antusiasme masyarakat terhadap konser ini, pada akhirnya puluhan platform besar mengajukan diri untuk berkerja sama dengan Star Entertainment guna menyiarkan konser perdana Vella secara langsung di situs mereka.Virgon juga mengerahkan pengawal profesional serta polisi khusus untuk menjamin keamanan yang sebelumnya sudah diatur oleh Samudera. Akibatnya, semua telur busuk, tomat, seledri busuk, serta botol beling yang telah dibawa para haters disita di pintu masuk.Meskipun mereka tidak yakin, namun para haters masih ingin melihat akan sejauh apa Vella mempermalukan dirinya sendiri malam ini.Di sisi lain kota Zaden, dua
Pada akhirnya Andin kembali ke rumah dengan segala kepahitan. Kepercayaan Rino padanya sudah luntur, sebanyak apapun dia menggali sungai untuk menumpahkan air mata, itu hanya akan membuat mata bengkak tanpa mendapatkan pelukan hangat yang penuh perlindungan.Menghabiskan sisa liburan yang hanya tinggal tiga hari. Satu-satunya yang menghibur Andin adalah hujatan yang saat ini menyerbu Vella dari setiap platform yang menjual berita panas tentang perseteruannya dengan Vella.Vella yang tidak bisa menunjukkan bukti pada publik menjadi sasaran empuk setiap ketikan jahat yang terus menghina.Semua orang menganggap bahwa Vella hanya iri dengan kesuksesan single perdana Andin hingga membuat kegaduhan yang menghebohkan dunia hiburan tanah air.Ingin menggelar konser dengan skala besar di stadion Galaksi itu bagaikan lelucon yang pantas dihujat.[Apa dia gila? Dia hanya penyanyi pendatang baru, ingin menggelar konser di stadion Galaksi? Bahkan peny
Niat hati ingin membuat Vella terpuruk dengan memperlihatkan bukti asli teks lagu ciptaan Vita, kini suasana malah berbalik arah, seakan Vella lah yang menebar ancaman.Indina juga tak habis pikir, kenapa anak tirinya itu begitu percaya diri dan sama sekali tak menunjukkan ketakutan sedikitpun?Sudah jelas bukti otentik ada di tangan produser Kay, tapi dia begitu berani melaporkan produser Kay ke pihak berwajib dengan tuduhan pencurian karya.Indina sangat ingat sejak keluar dari rumah, Vella hanya membawa sedikit barang, dan dia sudah mengobrak-abrik semua barang yang ditinggal Vella dan Vita, tapi tak satupun yang terkait dengan lagu itu.'Apa anak ini memang sengaja bermain trik, untuk mengacaukan Andin?' batinnya."Tenang saja, sayang. Meskipun dia melaporkan produser Kay ke polisi, dia juga belum tentu menang di pengadilan. Dia tidak bisa menunjukkan bukti bahwa dia pemilik teks asli itu. Mama yakin dia sengaja mengacaukan emosimu agar kamu tidak bisa bertahan di dunia musik. Jad
Para wartawan yang tadinya meliput klarifikasi Andin terkait lagu All About You, segera mengemasi barang-barang mereka. Kemudian, satu persatu berlari tunggang langgang bergerak ke arah Star Entertainment untuk meliput berita terbaru.Semua orang juga tahu salah satu artis Star Entertainment adalah Vella yang merupakan kakak tiri Andin.Hubungan kakak beradik yang tak harmonis sejak pengkhianatan pertunangan itu jelas membuat para wartawan menerka-nerka apa yang terjadi saat ini.Dengan antusiasme yang sangat tinggi mereka mulai memasang kamera, mengatur mic, menunggu siapa artis Star Entertainment yang akan melakukan jumpa pers.Dan semangat mereka pun kian menggebu ketika yang hadir sesuai ekspektasi. Ini benar-benar berita yang sangat menarik.Vella ditemani manajer Ema dan juga kuasa hukumnya hadir dengan gerakan elegan dan mulai duduk di depan meja khusus untuk menggelar jumpa pers.Sopan santun dan etika perlu diterapkan, k
Vella tersenyum miring mendengar tantangan produser Kay yang begitu percaya diri mengklaim bahwa karya itu adalah milinya.Belum sempat Vella berekpresi lebih jauh, di layar komputer tampak seorang wartawan beralih pada Andin dan mulai bertanya, "Nona Andin, apa sebegitu terganggunya Anda, hanya dengan satu ulasan netizen yang tidak jelas, tapi secepat ini Anda langsung mengadakan pertemuan pers untuk mengklarifikasi?"Seketika itu Vella dan Samudera yang menonton tak bisa menahan senyum mencela mendengar pertanyaan wartawan.Dengan kata lain, wartawan seperti sedang menunjukkan bahwa Andin hanya penyanyi pendatang baru di kancah musik. Tapi dia sangat arogan yang grusa-grusu dalam menangani masalah, seakan dia yang paling tersakiti di dunia ini.Siapa penyayi dan artis di dunia ini yang tidak pernah mendapat ujaran tercela dari netizen?Publik figur yang profesional tidak akan mudah terpancing dengan hanya satu ujaran jahat netizen.
Sean Roster milik Vella berdecit gagah setibanya di pelataran Star Entertainment milik Renzo alias Samudera.Tidak menunggu Sabrina membukakan pintu mobil untuknya. Vella keluar secara mandiri. Busananya juga sangat santai dan simple. Hanya mengenakan Hoodie sweater warna putih dengan celana jeans warna biru, serta sneakers putih yang membingkai lakinya Tubuh Vella yang tinggi semampai seakan tak pernah salah jika mengenakan busana apapun."Brina, kamu nunggu di ruangan manager Ema saja," ucap Vella setelah Sabrina menyerahkan kunci mobil pada petugas valet.Sabrina mengangguk, lantas mengikuti Vella masuk ke dalam kantor.Sebagai artis Star Entertainment tentu saja Vella banyak dikenal karyawan kantor tersebut.Tidak banyak ekspresi yang ditampilkan Vella saat para karyawan menyapanya, hanya senyum tipis yang terlihat resmi. Itu sama sekali tak membuat orang mengumpat atau ingin mencelanya sombong.Mereka sudah terbias
Saat ini Andin sedang menikmati banyak pujian tentang lagunya yang sedang melejit. Lagu romantis yang memang enak didengar ini, sepertinya memang sudah menghipnotis ribuan pendengar dalam waktu singkat. Senyum puas itu seakan tak berhenti sampai dia menemukan komentar yang mengundang orang untuk mencela. [Bagus, tapi sayang sekali hasil curian!] Mata Andin melebar, sudut bibirnya menarik senyum licik yang sangat jahat. 'Akhirnya kamu muncul juga,' batinnya. Meski nama akun itu bukan Vella, tapi Andin yakin sekarang kakaknya sudah mengetahui tentang single perdananya. "Ma, dia muncul!" seru Andin memanggil Indina. Perempuan paruh baya itu pun mendekat dan melihat. "Tahu bulat? Nama akun macam apa itu?" "Jangan pedulikan namanya, Ma. Dia berani menuduhku mencuri, siapa lagi kalau bukan kak Vella? Sepertinya dia sengaja melindungi harga dirinya dengan menggunakan akun lain. Jika tidak sudah pasti netizen akan menyerangnya." Indina tersenyum dingin dan mencela, "Pengecut! Hanya b
Di kota Zaden, Andin terus tersenyum kala melihat viewer penikmat single perdananya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Dia menoleh ke arah Indina dengan senyum puas yang sangat memikat. "Ma, bagaimana? Apakah kak Vella sudah mulai beriak?" tanyanya seakan sedang menunggu apa yang sedang dia harapkan. Indina tersenyum lembut sembari merapikan kuku-kukunya yang baru saja mendapatkan perawatan. Lantas berkata, "Tunggu saja sayang. Dengar-dengar dia sedang berlibur di Prancis 'kan? Jika dia sudah mengetahuinya tidak mungkin bocah itu bisa memendam kemarahan." Andin tersenyum senang. Vella selalu sensitif ketika ada suatu hal yang menyinggung tentang mendiang mamanya. Saat ini Vella pasti akan terbakar setelah mendengar single perdananya. 'Mari kita lihat, apakah kamu masih bisa berlibur dengan tenang di Paris saat karya mendiang mamamu telah aku klaim menjadi milikku?' Andin tersenyum jahat sembari meremas tangannya. Sejak dia melihat postingan terakhir Vella yang berfoto mesra de
Letusan meriah kembang api baru saja berhenti. Menyambut tahun baru dengan segala suka cita dan harapan. Begitu juga aktifitas melelahkan di salah satu kamar hotel yang juga sangat spektakuler layaknya letusan kembang api malam ini.Sampai puncaknya, dua insan yang baru saja menyempurnakan pernikahan mereka hanya bisa terkulai lemas setelah membuat kekacauan di kamar dengan temaram sinar rembulan yang menembus dinding kaca setinggi atap dengan tirai terbuka.Bukan disengaja, mereka memang lupa menyalakan lampu setelah tidak bisa mengendalikan emosi bercampur gairah yang mendebarkan.Vella sudah tak sanggup menggerakkan tubuh meski hanya sebatas ujung jari. Matanya juga sudah tak bisa terbuka meski hanya untuk berkedip. Bahkan dia sudah tak sanggup memikirkan penyesalan akibat tidak bisa mengendalikan diri lantaran cemburu.Padahal sebelumnya Vella sangat ketat memproteksi diri bagaimanapun Samudera merayunya. Meski sudah legal secara hukum, tapi bagaimana pun mereka belum lulus sekol